Selama ikut Ahok, Arief mengaku banyak belajar. Misalnya saat dia ikut Ahok ke kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten untuk hendak menemui anak penderita kanker. Anak perempuan itu yang mengirim undangan ke Ahok agar bisa bertemu. “Selama perjalanan saya mikir, ngapain Ahok nemuin orang yang bukan warga Jakarta, mendingan kampanye di Jakarta saja,” ujar Arief. Belakangan ia tahu anak yang ditemui Ahok adalah penderita kanker.
"Anak kecilnya ngomong begini doang, 'Pak Ahok, saya kuat kalau Pak Ahok juga kuat. Dia merasa dia harus kuat demi Ahok. Itu emosional banget'," ucapnya.
Setelah pertemuan itu, Ahok diundang salah satu stasiun televisi swasta untuk mengisi program talkshow. Tim kreatif televisi tersebut meminta izin kepada Ahok untuk menayangkan foto dan video pertemuannya dengan anak penderita kanker di akhir acara. Kata Arief, foto dan video itu sudah ramai di media sosial dan jadi pemberitaan.
Namun Ahok menolak. Arief sempat membujuk agar foto dan video tersebut tetap ditayangkan. Namun Ahok bergeming.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai akhirnya Arief dipanggil Ahok. Ahok mengatakan kepada Arief agar tetap harus meminta izin kepada orang tua sang anak. Sebab Ahok tidak ingin sengaja menemui anak tersebut untuk pencitraan di televisi.
Akhirnya Arief mengontak ibu anak tersebut dan meminta izin. Sang ibu malah senang pertemuan itu dipublikasikan. Tapi dari sini Arief belajar etika dari Ahok.
Hal lain yang juga dingat Arief saat blusukan ke wilayah Jakarta Selatan. Saat itu ada seorang warga yang mengatakan kepada Ahok akan memilihnya dengan catatan rumahnya tidak digusur. Namun Ahok bilang tidak bisa. Dia harus melihat rumah warga itu lebih dulu.
Usai melihat kondisi sekitar rumahnya yang ada di pinggir kali, Ahok bilang kepada ibu itu, bahwa rumahnya tetap harus digusur, terlepas ibu tersebut memilihnya atau tidak.
Arief menuturkan, Ahok punya pandangan bahwa dia tidak mau berjualan janji kepada masyarakat. Dia juga tidak mau masyarakat memilihnya hanya karena ingin suatu kepentingan.
"Menurut saya, dari pengalaman itu, di dunia ini cuma ada hitam dan putih, nggak ada abu-abu. Iya atau nggak," kata Arief.
Kini semua pengalaman itu hanya tinggal di dalam ingatannya. Arief hanya bisa sesekali melihat foto-foto atau dokumentasi Ahok dalam file komputernya jika ada kesempatan. Menjenguk Ahok ke Mako Brimob pun jarang.
Dengan ragam pengalamannya itu, Arief tidak mau lagi kembali berjibaku dan berurusan dengan dunia politik. Apapun yang pekerjaan yang berbau politik dia akan menghindar, kecuali satu, jika suatu saat Ahok membutuhkan tenaganya lagi.
"Saya nggak bakal mau berurusan sama yang namanya dunia politik lagi. Itu janji saya. Kecuali untuk Ahok," ujar Arif.