Polisi Buru Sisa Teroris Kelompok Poso dan Bima
CNN Indonesia
Selasa, 31 Okt 2017 14:05 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Polri masih mengejar sisa-sisa kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, dan kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Munandar di Bima, NTB. Kedua kelompok ini disebut memiliki ikatan erat.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, hubungan kuat antara kedua kelompok yang terpisah pulau ini dibuktikan dengan perintah Santoso alias Abu Wardah kepada sejumlah orang untuk melakukan aksi teror di Bima.
“Dari data yang saya tahu, kelompok Poso ada link kuat dengan kelompok Bima, dan orangnya bolak-balik (antara Poso-Bima)," tutur Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
Setyo mengatakan, operasi Satuan Tugas (Satgas) Tinombala masih memburu tujuh orang anggota kelompok MIT yang diperkirakan bersembunyi di hutan Gunung Biru, Poso, Sulawesi Tengah.
Mereka adalah Aku Ahmad alias Ali Kalora, Khalid, Qatar alias Farel, Abu Alim, M. Faizal alias Namnung alias Kobar, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.
Wakapolda NTB Kombes Tajuddin menyatakan, pihaknya masih mengejar sisa anggota kelompok teroris Bima yang kabur usai baku tembak di kawasan pegunungan, perbatasan Kabupaten Bima dengan Kota Bima, NTB, pada Senin (30/10).
Pengejaran dilakukan berdasarkan laporan lapangan tim gabungan dari Detasemen Khusus 88/Antiteror dibantu anggota kepolisian setempat. "Untuk identitasnya sudah ada, termasuk kelompoknya. Sekarang anggota masih di lapangan melakukan pengejaran," kata Tajuddin, dikutip dari Antara.
Sebelumnya, baku tembak antara Densus 88/Antiteror dengan kelompok Bima menewaskan dua anggota dari kelompok teroris. Keduanya adalah Muhammad Amirullah alias One Dance (37) dan Rahmad Fadhlidzil Jalal alias Yaman (27).
Meski memiliki hubungan erat dan mendapat perintah dari kelompok Poso, Setyo melanjutkan, dua terduga teroris asal Bima yang tewas itu tidak termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Satgas Tinombala. Hal itu disebabkan karena kelompok teroris di Bima bergerak terpisah dengan MIT di Poso.
"Sehingga (anggota teroris) yang masih bertahan di Poso tidak ada namanya memang,” ujarnya.
Operasi Tinombala adalah nama sandi untuk mengejar anggota MIT di Poso. Operasi gabungan TNI-Polri ini menggantikan Operasi Camar Maleo yang sudah digelar sebanyak empat kali. Operasi Tinombala ini berhasil menewaskan Santoso pada 18 Juli 2016.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, hubungan kuat antara kedua kelompok yang terpisah pulau ini dibuktikan dengan perintah Santoso alias Abu Wardah kepada sejumlah orang untuk melakukan aksi teror di Bima.
“Dari data yang saya tahu, kelompok Poso ada link kuat dengan kelompok Bima, dan orangnya bolak-balik (antara Poso-Bima)," tutur Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setyo mengatakan, operasi Satuan Tugas (Satgas) Tinombala masih memburu tujuh orang anggota kelompok MIT yang diperkirakan bersembunyi di hutan Gunung Biru, Poso, Sulawesi Tengah.
Mereka adalah Aku Ahmad alias Ali Kalora, Khalid, Qatar alias Farel, Abu Alim, M. Faizal alias Namnung alias Kobar, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.
Pengejaran dilakukan berdasarkan laporan lapangan tim gabungan dari Detasemen Khusus 88/Antiteror dibantu anggota kepolisian setempat. "Untuk identitasnya sudah ada, termasuk kelompoknya. Sekarang anggota masih di lapangan melakukan pengejaran," kata Tajuddin, dikutip dari Antara.
Lihat juga:Evolusi Jaringan Teroris Indonesia |
Sebelumnya, baku tembak antara Densus 88/Antiteror dengan kelompok Bima menewaskan dua anggota dari kelompok teroris. Keduanya adalah Muhammad Amirullah alias One Dance (37) dan Rahmad Fadhlidzil Jalal alias Yaman (27).
Meski memiliki hubungan erat dan mendapat perintah dari kelompok Poso, Setyo melanjutkan, dua terduga teroris asal Bima yang tewas itu tidak termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Satgas Tinombala. Hal itu disebabkan karena kelompok teroris di Bima bergerak terpisah dengan MIT di Poso.
"Sehingga (anggota teroris) yang masih bertahan di Poso tidak ada namanya memang,” ujarnya.
Operasi Tinombala adalah nama sandi untuk mengejar anggota MIT di Poso. Operasi gabungan TNI-Polri ini menggantikan Operasi Camar Maleo yang sudah digelar sebanyak empat kali. Operasi Tinombala ini berhasil menewaskan Santoso pada 18 Juli 2016.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK