Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Stasiun Geofisika BMKG Karangkates Malang, Musripan SE mengatakan sebanyak 557 gempa bumi mengguncang di Jawa Timur sepanjang 2017. Sedikitnya delapan gempa di antaranya dirasakan atau berdampak terhadap masyarakat.
"Tahun ini terekam sebanyak 557 gempa bumi dan delapan kali gempa yang dirasakan oleh masyarakat di beberapa daerah di Jatim," kata Musripan dalam surat elektronik yang diterima Antara di Kabupaten Jember, Jawa Timur, seperti dikutip Antara, Senin (25/12).
Aktivitas gempa ini menurun dari tahun lalu. Jumlah gempa bumi yang tercatat di BMKG Karangkates pada tahun 2016 sebanyak 566 gempa, namun gempa yang dirasakan atau berdampak di masyarakat Jatim sebanyak 15 kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 2016, gempa terbanyak terjadi pada bulan Februari sebanyak 117 gempa. Sedangkan pada Januari tercatat 39 gempa bumi. Kemudian Maret dan April masing-masing 43 gempa, Mei 32 gempa, Juni 37 gempa, Juli 50 gempa, Agustus 41 gempa, September 45 gempa, Oktober 36 gempa, November 35 gempa, dan Desember 48 gempa.
Ia mengatakan jumlah gempa bumi tahun 2017 cenderung menurun dibandingkan tahun 2016 baik jumlah gempa secara keseluruhan maupun gempa yang berdampak atau dirasakan oleh masyarakat di Jawa Timur.
Menurutnya pembangkit gempa bumi ditinjau dari kedalaman hiposenternya rata-rata gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lempeng. Dalam hal ini sesar atau lempeng Indo Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia dan terjadi deformasi batuan hingga memicu terjadinya gempa bumi.
"Jenis gempa bumi rata-rata yang terjadi selama tahun 2017 adalah gempa bumi dangkal dan lokal di Jawa Timur," katanya.
Musripan mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tidak mudah percaya dengan adanya kabar atau isu gempa yang akan terjadi di berbagai daerah karena gempa bumi tidak dapat diprediksi.
"Jangan mudah percaya dengan isu prediksi gempa yang sumbernya tidak jelas seperti yang terjadi beberapa waktu lalu menyebar melalui media sosial dan pesan berantai melalui whatsapp, itu menyebabkan keresahan masyarakat," ujarnya.
Hingga kini, lanjut dia, gempa bumi tektonik belum bisa diprediksi secara ilmiah dengan baik, sehingga BMKG akan mengeluarkan keterangan resmi terjadinya gempa bumi, setelah gempa bumi tersebut terjadi.
Informasi tentang terjadinya gempa bumi biasanya juga akan diteruskan BMKG kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk ditindaklanjuti.
"Masyarakat sebaiknya meminta informasi kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan tidak mempercayai kabar burung yang tidak jelas sumbernya itu," kata Musripan.
(osc)