Pengusaha Temui Setnov Bahas Chip Proyek e-KTP

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Senin, 22 Jan 2018 15:32 WIB
Pengusaha Charles Sutanto Ekapradja mengaku pernah bertemu terdakwa korupsi Setya Novanto sebanyak tiga kali untuk membahas proyek e-KTP.
Pengusaha Charles Sutanto Ekapradja mengaku pernah bertemu terdakwa korupsi Setya Novanto sebanyak tiga kali untuk membahas proyek e-KTP. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusaha Charles Sutanto Ekapradja mengaku pernah bertemu terdakwa korupsi Setya Novanto sebanyak tiga kali untuk membahas proyek e-KTP.

Pertemuan itu dilakukan di kediaman Setnov di Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, dan DPR pada medio 2011.

Hal ini diungkapkan Charles saat menjadi saksi dalam sidang korupsi proyek e-KTP dengan terdakwa Setnov di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (22/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertemuan terakhir, Charles membahas soal chip yang akan digunakan pada e-KTP. Saat itu ada pula Direktur PT Sandipala Arthaputra Paulus Tannos. Menurut Charles, Setnov saat itu menanyakan soal harga chip yang akan digunakan dalam proyek e-KTP.

“Biayanya sekitar US$2,5 sampai US$3 per chip,” ujar Charles.

Saat itu Setnov juga sempat menanyakan apakah bisa menggunakan chip dari China agar harganya lebih murah.

“Benar terdakwa menanyakan bisa enggak (penyediaan chip) dari China?” tanya hakim mengonfirmasi.

“Iya betul. Saya enggak tahu kenapa dia tanya, tapi memang kalau dari China lebih murah,” jawab Charles.

Charles menyebut dirinya pertama kali ke rumah Setnov atas ajakan Direktur PT Delta Energi Investama Made Oka Masagung. Made disebut juga menjadi orang kepercayaan Setnov.

Charles menceritakan, awalnya mengetahui proyek e-KTP dari Johannes Marliem selaku penyedia produk Automated Fingerprint Identification System (AFIS) merk L1 dari Amerika.

Sebagai Country Manager Hewlett Packard (HP) Enterprise Service saat itu, Charles diberitahu bahwa L1 pernah bekerja sama dengan HP untuk membuat produk serupa kartu identitas di Amerika.

“Dia bilang L1 pernah punya kerja sama dengan HP untuk cover proyek kartu identitas. Kemudian ada proyek nasional ini (e-KTP),” terangnya.

Charles kemudian bertemu kembali dengan Setnov di DPR atas ajakan Made. Namun menurutnya, pertemuan saat itu hanya diisi dengan kegiatan makan siang bersama sejumlah anggota DPR lainnya.

Ia mengaku menerima upah sebesar US$800 ribu atas jasa konsultasi soal penyediaan perangkat tersebut dari Marliem. Uang itu dibayarkan sebesar US$30 ribu per hari selama hampir setahun.

“Ya, saya terima uang itu untuk keperluan pribadi,” ucap Charles.

Setnov sebelumnya didakwa menerima uang sebesar US$7,3 juta dan jam tangan merk Richard Mille. Ia juga disebut telah mengatur proyek e-KTP bersama sejumlah pihak termasuk Andi. (pmg/djm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER