Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksanaan One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE) yang masuk dalam program prioritas kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapatkan kritik dari anggota DPRD DKI Jakarta pada awal bulan ini.
Dalam rapat bersama Dinas UMKM DKI Jakarta, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta
Nur Afni mengkritik pelaksanaan pendampingan dan pelatihan OK OCE yang ia sambangi hampir di seluruh wilayah Jakarta Barat saat reses. Ia melabelinya sebagai program cuap-cuap.
"Saya bingung, [OK OCE] ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. Kalau [pelatihan] Dinas Tenaga Kerja saya pernah datang, di sana melatih solder, merakit membenarkan HP, menjahit. Masuk akal," kata Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selasa (9/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta
Sandiaga Uno mengatakan wajar sebuah penyampaian ilmu dilakukan dengan cuap-cuap alias berbicara meski tanpa praktik. Termasuk, pelatihan kewirausahaan program andalannya bersama sang gubernur.
Pendataan Peminat OK OCE
CNNIndonesia.com menyempatkan diri untuk berkunjung ke tiga kecamatan di tiga wilayah administratif kota berbeda di DKI Jakarta sepekan ini.
Saat disambangi pada 13 Januari lalu, Kecamatan Pasar Rebo, sudah memiliki ruangan khusus untuk pelatihan (
coaching) OK OCE. Ruangan berukuran sekitar 7x3 meter itu dilengkapi kursi, meja, dan perangkat komputer.
Meski sudah disediakan ruang, Ketua Satuan Pelaksana (Kasatpel) UMKM Kecamatan Pasar Rebo, Surip mengatakan OK OCE belum berjalan di wilayahnya. Ia mengatakan para pendamping yang berjumlah empat orang pun baru efektif bekerja per 5 Februari 2018.
Surip mengatakan sejauh itu pihaknya masih dalam tahap sosialisasi dan mendata warga yang ingin mengikuti OK OCE. Selain itu, pihaknya mengaku masih menunggu anggaran serta pedoman dalam program ini.
"Setelah ada datanya, ini orang mau
diapain? Kan perlu ada pedoman menjalankannya," kata Surip, Sabtu (13/1).
Sebelumnya, pada hari yang sama, Kecamatan Jagakarsa yang disambangi. Berbeda dengan di Pasar Rebo, di Kantor Kecamatan Jagakarsa belum memiliki ruangan khusus untuk OK OCE.
Di kantor wilayah kecamatan yang berbatasan dengan Kota Depok tersebut, pelatihan OK OCE masih dilakukan di ruang pengaduan masyarakat sebelum ada ruangan khusus. Salah satu pelatih kewirausahaan (
coach probono) OK OCE di Kecamatan Jagakarsa, Dina, sudah berada di sana untuk menerima warga.
"Kami setiap Sabtu ke kecamatan menunggu kalau ada warga yang mau konsultasi tentang usahanya," kata Dina yang juga mengaku berprofesi sebagai pengusaha kopi gayo tersebut.
Membimbing WargaDina menyebut biasanya ia dan satu orang
coach lainnya melayani satu atau dua orang setiap Sabtu. Di sana, sambungnya, mereka akan membimbing warga yang berminat bermitra ataupun membangun usaha.
Sepekan berikutnya, 20 Januari 2018, giliran kantor Kecamatan Palmerah yang disambangi. Setelah bertanya soal OK OCE, salah seorang petugas yang berjaga mengarahkan ke sebuah ruangan berukuran 10x5 meter.
Di ruangan itu sudah ada empat pendamping OK OCE dan Kasatpel UMKM Kecamatan Palmerah Makmun HM. Namun, belum ada
coach yang datang pagi itu. Terlihat ada dua orang yang sedang dilayani pendamping OK OCE. Salah satunya Saidi Hadiwaluyo, yang ingin berwirausaha katering atau jasa boga.
Tak lama kemudian, datanglah Elva Septinawati yang menjadi
coach probono OK OCE di Kecamatan Palmerah. Perempuan pengusaha aksesoris mutiara ini pun langsung menerima Saidi.
"Bapak mau di-
coaching tentang apa?" tanya Elva dengan ramah.
Lalu Saidi pun mengungkapkan persoalan yang dihadapi karena memerlukan pelatihan tata boga untuk karyawannya demi mengurus masa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)-nya yang sudah habis. Untuk memperpanjang, ia harus memiliki setidaknya satu karyawan yang sudah melewati pelatihan tata boga. Karyawan itu juga harus mendapat sertifikat pelatihan tata boga. Saidi pun berharap bisa dibantu OK OCE.
Waktu
coaching dibatasi 15 menit setiap warga. Sepanjang masa itu pula, Elva terus bertanya kepada Saidi, tanpa sekali pun memberi saran atas kegundahan Saidi.
Elva bertanya pada Saidi tentang apa yang sudah dilakukan, sudahkah ia mencari pelatihan, apa yang ia lakukan untuk mempersiapkan karyawan dan usahanya, apa yang menurutnya harus dilakukan, serta siapa yang akan mengingatkannya untuk melakukan hal itu.
Usai sesi itu, Elva mengatakan demikianlah standar operasi (SOP) seorang
coach dalam OK OCE. Ia disebut tak boleh memberi saran, tetapi terus menggali pertanyaan. Hal itu, kata Elva, karena sosok yang dilatih (
coachee) sudah mengetahui jawabannya.
Seorang warga Palmerah sedang berkonsultasi dengan coach probono dalam program OK OCE di Kantor KEcamatan Palmerah, Jakarta Barat. (CNNIndonesia/Dhio Faiz) |
Terganjal AnggaranSerupa dengan situasi yang dihadapi di Jagakarsa dan Pasar Rebo, Makmun mengatakan di Palmerah sendiri sejauh ini masih dalam tahap pendataan bagi warga yang berminat mengikuti OK OCE.
Selain sosialisasi, tampung masalah, Makmun menyatakan belum ada pelatihan lebih lanjut OK OCE. Pihaknya pun masih mengandalkan coach probono seperti Elva.
"Kita masih mendata, nanti rencananya April pelatihannya, masih menunggu anggaran," ujar Makmun.
Soal menunggu anggaran itu pun diamini Ketua Perkumpulan Gerakan OK OCE (PGO) Faransyah. Faransyah mengatakan anggaran rencananya baru akan turun di pertengahan Februari.
"Februari tengah rencananya sudah mulai untuk pelatihan resmi dari Pemprov," ucap Faransyah saat dikonfirmasi, Senin (22/1).
Sementara itu saat ini, selama 100 hari kepemimpinan Anies-Sandi ini, Faran mengatakan pihaknya masih melakukan pelatihan lewat metode
coaching. PGO, kata dia, menyiapkan sekitar 63 coach yang diterjunkan di 44 kecamatan di DKI Jakarta.
Karena masih probono alias gratis, kata Faran,
coaching clinic hanya dilakukan di kantor kecamatan setiap hari Sabtu dari pukul 8.00 hingga 11.00.
Ke depan, Faransyah berharap empat orang pendamping yang ditugaskan di tiap kecamatan bisa menggantikan peran
coach probono.
"Rencananya kalau pendampingnya sudah siap, kita akan setop probono. Jadi
coaching tidak harus menunggu hari Sabtu, bisa setiap hari," janji Faran.
Namun untuk melakukan
coaching, para pendamping harus memiliki sertifikat
coaching dari PGO. Faran belum bisa memastikan kapan para pendamping bisa bersertifikat semua. Pasalnya saat ini belum ada anggaran untuk melakukan sertifikasi tersebut.
"Kalau sekarang mengajukan, paling cepat Oktober sertifikasinya," ujar Faran memberikan prediksinya.
Kini pihaknya berusaha menempa para pendamping dengan kemampuan
coaching terlebih dahulu. Jadi jika sertifikasi sudah bisa digelar, para pendamping sudah memiliki kemampuan yang baik.
Target Bunga Modal OK OCE Selain mengklaim OK OCE sebagai program cuap-cuap, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim juga mengkritisi bunga selangit dari pinjaman OK OCE.
Berdasarkan temuannya, pinjaman OK OCE memiliki bunga 13 persen. Ia menyayangkan bunga yang tinggi untuk pinjaman bagi pedagang yang merintis usahanya.
Faransyah membantah hal tersebut. Ia mengklarifikasi sama halnya dengan anggaran, saat ini pun belum ada besaran bunga pinjaman untuk pemodalan OK OCE.
PGO, kata dia, sedang dalam perbincangan terkait hal itu bersama Bank DKI selama dua pekan terakhir. Dan, Faransyah berharap nanti bunga pinjaman untuk modal OK OCE tidak setinggi temuan Afni.
"Bila memungkinan kami meminta 7 sampai 9 persen," ujar Faran menungkapkan harapannya atas kesepakatan modal yang diberikan dalam salah satu program prioritas Anies-Sandi itu.
(kid/asa)