Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto menduga ada pihak yang 'menggoreng' rangkaian peristiwa teror terhadap sejumlah pemuka agama dan tempat ibadah yang belakangan terjadi.
Dia menuturkan, 'penggorengan' itu dilakukan dengan menyebarkan informasi bohong atau hoax dan mengeluarkan opini yang bersifat memprovokasi masyarakat. Polisi pun tengah menyelidiki dugaan dalang di balik isu penyerangan tokoh agama yang kemudian digoreng tersebut.
"Saat ini kami sedang dalami terus para penggoreng isu lalu mereka sendiri yang sebarkan isu itu. Terpenting, justru seharusnya masyarakat melontarkan pertanyaan, siapa sutradara yang menggoreng lalu menyebarkan isu sendiri itu?" kata Ari dalam keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com, Rabu (21/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenderal bintang tiga itu juga meminta masyarakat tidak terprovokasi atau memprovokasi kembali. Ari berkata, menyebarkan kembali opini terkait peristiwa itu justru melarikan esensi, yakni menjaga Indonesia lewat penyuksesan program pemerintah.
Dia menerangkan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara polisi disimpulkan bahwa setiap peristiwa teror penganiayaan terhadap pemuka agama itu memiliki motif dan modus yang berbeda-beda dan cenderung tidak berkaitan dengan dugaan yang selama ini menjadi pembicaraan masyarakat.
"Mengaitkan peristiwa itu dalam bingkai seolah-olah besar, justru kontra produktif. Justru jadi terjebak dalam pusaran yang lari dari esensi" kata dia.
Ari pun menegaskan, pihaknya tidak tinggal diam dalam menyikapi rangkaian peristiwa teror terhadap sejumlah pemuka agama ini. Menurutnya, Polri terus menggali data dan fakta.
Dia menuturkan, berdasarkan data yang dimiliki Bareskrim, ada 21 peristiwa teror penganiayaan terhadap pemuka agama yang terjadi di enam provinsi, yakni Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Menurutnya, jumlah peristiwa terbanyak terjadi di Jawa Barat dengan total 13 peristiwa dan Jawa Timur dengan total empat peristiwa.
"Percayakan pada aparat bahwa menggali agar mengungkapkan ini semua bukan seperti membalikkan telapak tangan. Data dan fakta yang nantinya disampaikan kepada masyarakat, harus konkret agar justru tak malahan menjadi hoax," kata Ari.
 MUI menduga ada rekayasa jahat di balik penyerangan tokoh agama di tahun politik. (CNN Indonesia/Safir Makki). |
Rencana JahatSebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mensinyalir ada pihak-pihak yang membuat rencana jahat demi menciptakan kekacauan di tahun politik di balik teror terhadap sejumlah pemuka agama dan tempat ibadah belakangan ini.
"MUI menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antar-elemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik," ucap Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi, melalui siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (20/2).
Menurut dia, pihak yang ingin memecah belah kerukunan di masyarakat tersebut memanfaatkan momentum tahun politik.
Kekerasan dan pembunuhan terhadap sejumlah pemuka agama bertujuan untuk membuat masyarakat dinaungi ketegangan, ketakutan serta rasa curiga satu sama lain. Kekacauan akan muncul dengan sendirinya Jika itu telah terjadi secara meluas di masyarakat.
Zainut pun meminta aparat kepolisian untuk mengusut hingga tuntas kasus-kasus tersebut. Menurutnya, hal itu mesti lekas dilakukan karena telah melahirkan banyak rumor tak sedap di masyarakat.
"Apabila tidak segera diusut dan dicegah, dikhawatirkan dapat menimbulkan prasangka-prasangka menyesatkan," ucap dia.
Sejumlah peristiwa kekerasan terhadap pemuka agama terjadi di awal 2018 dalam rentang waktu yang cenderung berdekatan.
Misalnya, penganiayaan yang dilakukan terhadap Tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus Pengasuh Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Bandung, Jawa Barat pada 27 Januari lalu.
Kekerasan lalu kembali terjadi terhadap Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) Prawoto, pada 1 Februari. Prawoto harus kehilangan nyawa akibat kejadian tersebut.
Kemudian Gereja Lidwina, Sleman, Yogyakarta diserang oleh seorang pemuda dengan pedang pada Minggu pagi 11 Februari.
Mereka yang tengah khusyuk berdoa lantas lari tunggang langgang keluar gereja. Empat orang terluka akibat sabetan pedang pelaku, salah satunya adalah Romo Edmund Prier yang terluka di bagian kepala.
(asa/gil)