Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar mengimbau warga mengurangi penggunaan air tanah dan beralih menggunakan air PAM Jaya. Namun pasokan air PAM rupanya belum merata mencukupi kebutuhan warga.
Di Tegal Alur, Kali Deres, Jakarta Barat, misalnya, lurah Mochamad Suratma mengungkapkan baru tiga RW dari 16 RW di kawasannya yang sudah mendapatkan pasokan air dari PAM.
"Sudah RW 6, 7 ,9. Semuanya memakai air PAM," kata Suratman di kantornya, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minimnya pasokan PAM ke Tegal Alur disebut Suratman karena terkendala jaringan pipa.
Dia menyatakan telah berulang kali meminta PAM Jaya melakukan pipanisasi di seluruh daerah Tegal Alur, tapi permintaan itu tak juga direalisasikan.
"Berpuluh kali sudah mengusulkan hal tersebut, cuma tidak pernah terealisasi," kata Suratman.
Suratman menceritakan kelurahan terparah dalam pasokan air bersih berada di Tegal Alur dan Kamal.
Jumlah pabrik yang banyak dan lokasi yang berdekatan dengan laut, kata Suratman, berdampak negatif bagi kuantitas dan kualitas air tanah.
"Di sini (Tegal Alur) merupakan kawasan industri, kedua dekat dengan laut. Jadi sudah dengan air laut dan limbah-limbah pabrik," kata dia.
Lurah Pegadungan, Sulastri juga menyebut tidak semua rumah di daerahnya mendapatkan pasokan air dari PAM Jaya.
Pasokan air di perumahan-perumahan komplek di daerah Pegadungan bahkan dikelola perusahaan air swasta Sukses Global Abadi (SGA).
Sulastri mengatakan tarif dari perusahaan air swasta ini lebih mahal dari PAM Jaya.
"Untuk sementara ini kami tawarkan SGA, tapi warga tidak setuju dengan harganya. Mereka lebih mengharapkan PAM Jaya dan PALYJA karena lebih murah," ujar Sulastri di kantornya, Pegadungan, Kali Deres, Jakarta Barat.
Menurut Sulastri, perusahaan air SGA bisa dijadikan solusi sementara agar masyarakat bisa mengakses air bersih karena PAM Jaya baru akan menyuplai air bersih ke seluruh kecamatan Kali Deres pada tahun 2019.
"Kalau warga tidak mau solusinya, ya kami tidak bisa paksakan. Mau menunggu PAM Jaya tahun 2019 atau untuk sementara pakai SGA dulu, ya terserah. Yang penting kami sudah menjembatani sudah memfasilitasi mereka mendapatkan air bersih," tuturnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebelumnya gencar mengkampanyekan penggunaan air PAM atau PALYJA. Sebab, kata Sandi, penggunaan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari bisa berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan kota Jakarta.
Eksploitasi air tanah dapat mengakibatkan permukaan tanah turun secara drastis.
"Kita semua ingin memulai suatu gerakan. Kita eliminir penggunaan air tanah," kata Sandi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (14/3).
Sandiaga menyatakan akan memulai gerakan pengurangan air tanah itu di daerah yang telah terlayani pipa Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya di lima wilayah Jakarta.
(wis/gil)