Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aetra Air Jakarta menyarankan Pemprov DKI untuk tidak serta-merta melarang penggunaan air tanah, khususnya di tempat-tempat yang belum berhasil dijangkau oleh operator penyedia air bersih.
Aetra merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengelolaan air minum.
"Memang kalau dari kemampuan saat ini, sudah terbatas sebetulnya untuk seluruh potensi yang ada itu untuk langsung diterapkan. Artinya, kalau langsung (air tanah) ditutup semua, saya kira agak sulit, (sebaiknya) bertahap," kata Direktur Operasional Aertra Lintong Hutasoit kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (15/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Lintong, industri seperti hotel atau pabrik tentu tidak mau bisnisnya terganggu karena aliran air tidak lancar. Oleh karena itu, Lintong mengimbau Pemprov DKI memeriksa kesiapan perusahan air seperti PD PAM Jaya dan Palyja, termasuk Aetra memenuhi kebutuhan air di semua titik ibu kota.
"Sebelum DKI laksanakan itu, pastikan PD PAM Jaya, Aertra, Palyja, mampu enggak melayani? Itu prosedur operasional dan kalau tidak mampu, ya, enggak usah dipaksakan," katanya
Sebagai operator PAM Jaya, Aetra bertugas menyediakan layanan air bersih untuk pelanggan Jakarta bagian timur. Area pelayanannya meliputi sebagian Jakarta Pusat, sebagian Jakarta Utara, dan seluruh Jakarta Timur.
Lintong tak menampik beberapa wilayah di Jakarta Utara belum mampu dicakupnya
"Daerah Jaktim air kita masih oke, Pasar Rebo. Jakut, masih terbatas, masih kurang," ujarnya.
Menurut Lintong, sebaiknya perusahaan air diberi waktu untuk mampu menyediakan pasokan air secara bertahap.
Cara Aetra menambah pasokan air secara bertahap, kata Lintong, adalah dengan menurunkan non-revenue water (NRW) atau tingkat kehilangan air.
"Aliran bocor-bocor itu diturunkan. Kita tutup, kita perbaiki bocornya. Air yang terbuang akan meningkatkan ketersediaan air di jaringan, baru kita kasih ke pelanggan," kata Lintong. Dengan demikian, air yang terbuang itu dapat dimanfaatkan untuk pelanggan baru.
Menurunkan NRW pun membutuhkan biaya yang besar karena perusahaan harus memperbaiki pipa-pipa transmisi, maupun pipa distribusi yang bocor.
Sementara itu, Lintong mengeluh, pihaknya belum bisa menurunkan kehilangan air sampai level terendah. Berdasarkan data yang diperoleh
CNNIndonesia.com, Aetra 'baru' menurunkan tingkat kehilangan air sebesar 14,64 persen dari tahun 1998 sampai 2016.
"Sehingga memang peraturan itu bagus, cuma bila dikatakan sekarang yuk kita pindah (dari air tanah) semua, atau sumber daya semua disetop, berat ya. Bertahap saja," ujar Lintong
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya meminta masyarakat mengurangi penggunaan air tanah. Menurutnya, eksploitasi air tanah dapat mengakibatkan permukaan tanah turun secara drastis.
(wis/gil)