Warga Warakas Ungkap Kengerian Insiden Sembako Maut di Monas

Ihsan Dalimunthe | CNN Indonesia
Kamis, 03 Mei 2018 18:17 WIB
Banyak perempuan dan anak-anak terhimpit saat antre sembako Pesta Rakyat di Monas. Ada juga warga yang baku pukul dan beradu mulut berebut tempat antrean.
Pesta Rakyat di Monas memakan korban meninggal dunia. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Eka (35), warga Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara menjadi saksi peristiwa 'maut' Pesta Rakyat bertajuk 'Untukmu Indonesia' yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas), Sabtu (28/4) lalu. Saat kejadian banyak warga yang membawa serta anaknya untuk mengantre sembako.

Eka menuturkan sehari sebelum acara itu berlangsung, dia diberikan kupon sembako oleh tetangganya. Kupon itu kata dia juga sudah tersebar di setiap gang di lingkungannya.

"Kayak acara partai gitu ada bagi-bagi kupon, tapi ini tidak jelas siapa yang kasih. Ada yang bilang dibagiin sama RT. Di kupon cuma ada tulisan acara 'Pesta Rakyat'," kata Eka kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Jenis kupon yang diterima Eka beragam. Ada kupon berwarna biru, merah dan kuning. Warna itu menentukan jenis sembako yang akan diberikan. Misalnya warna biru untuk makanan, warna merah untuk minyak, dan warna kuning untuk gula.

"Saya cuma dapat tiga. Merah, kuning, dan biru. Ada juga tetangga yang dapat warna yang lain," ujar Eka.


Setelah mengantongi kupon, Eka memutuskan untuk berangkat bersama tetangga yang juga membawa kedua anaknya. Namun, Eka yang sudah berangkat sejak pukul 09.00 WIB pagi itu kaget dengan kondisi terminal Busway dari Tanjung Priok yang sudah penuh oleh warga.

"Ternyata yang ikut banyak banget. Di setiap terminal busway menuju Monas semua penuh banget dan antre pada mau ikutan ke Monas. Pada bawa anak semua," kata Eka.


Setibanya di Monas, Eka pun mengaku makin terkejut sekaligus ketakutan. Jumlah warga yang mengantre sudah mengular. Anak-anak yang dibawa serta oleh orang tua mereka dimanfaatkan untuk mengantre di pos-pos yang sudah terbagi berdasarkan jenis sembako yang dibagikan.

Sayangnya pembagian sembako tak sesuai espektasi Eka. Warga yang sudah mendapatkan sembako mengeluh terkait jumlah minyak dan gula yang mereka dapatkan hanya berjumlah seperempat hingga setengah kilogram. Menurut Eka itu tidak sebanding dengan panjangnya antrean dan perjuangan warga yang sudah berdesak-desakan untuk mendapatkan sembako.


Ditengah suasana yang desak-desakan dan panasnya terik matahari, Eka dan temannya akhirnya memutuskan untuk tidak ikut mengantre. Pasalnya, Eka sudah menyaksikan beberapa anak dan ibu-ibu terjepit di tengah antrean.

Saat itu panitia yang menerapkan sistem buka tutup barisan, memperlakukan warga tidak manusiawi. Polisi yang menurut Eka jumlahnya sudah banyak itu pun terlihat tak berdaya melihat padatnya warga.
Cerita Warga Warakas yang Ikut di Insiden Pesta Rakyat MonasWarga berdesakkan saat akan mengambil sembako di Pesta Rakyat di Monas. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Hingga akhirnya Eka mendengar sirene mobil ambulans. Warga yang mengantre sempat panik karena mendengar ada dua anak dan seorang ibu yang pingsan akibat terinjak-injak. Beberapa warga menurut Eka berteriak histeris dan tidak sedikit yang beradu mulut hingga fisik. Eka pun akhirnya memilih hanya mengantre di pos makanan dan diberikan kotak berisi nasi, ayam goreng dan air mineral.

"Kami semua kesel dan lemes. Tidak jadi antre sembako dan akhirnya ambil kupon makan aja. Akhirnya kan berita yang keluar dua anak itu rupanya meninggal. Untung mundur dari antrean," ungkap Eka.


Ia mengaku tidak mengenal pihak atau orang yang menggelar acara 'Pesta Rakyat' tersebut.

Sepanjang pengamatannya, Eka tak melihat ada sosok tokoh ataupun artis yang biasa tampil di publik. Beberapa orang di panggung yang mengisi acara hiburan pun tak ada yang dikenal oleh Eka. 

"Tidak ada yang kenal. Di spanduk acara juga tidak ada muka orang, cuma ada tulisan 'Pesta Rakyat'," tutur Eka.

Hingga malam tiba, warga masih memadati Monas dan sekitarnya. Melihat ramainya Monas dan stasiun Busway, Eka pun memilih untuk pulang dengan dijemput menggunakan mobil tetangganya.


Acara yang digagas Forum Untukmu Indonesia itu dikabarkan memberikan satu juta kupon untuk warga Jabodetabek melalui RT/RW setempat. Bukan cuma bagi-bagi sembako, acara itu diisi dengan panggung hiburan dan sunatan massal.

Agenda besar yang dihadiri ratusan ribu warga itu mengakibatkan dua anak meninggal dunia. Tak hanya itu, acara juga menyisakan sampah plastik bekas makanan dan minuman memenuhi sekitar area Monas hingga jalan protokol yang mengitarinya seperti Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Medan Merdeka Selatan, dan Jalan Medan Merdeka Utara.

Tak hanya riuh karena berdesakan dan insiden pembagian makan gratis, gelaran itu juga sempat membuat kemacetan parah di ruas jalan sekitar Monas dan membuat TransJakarta melakukan pengalihan rute di beberapa koridor sebagai antisipasi.


Kemacetan panjang yang mengular tak hanya tampak di sekitaran Monas, tapi juga terlihat dari arah Senen menuju Salemba/Kampung Melayu maupun Senen menuju Cempaka Putih/Pulo Gadung.

Polisi menyatakan terus mengusut kejadian kematian dua anak itu. Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan sudah membentuk tim buat menyelidiki perkara itu.

"Saya sudah bentuk tim, tim gabungan dari (Polres) Jakarta Pusat dan Ditreskrimum (Polda Metro Jaya) untuk menyelidiki apakah dan bagaimana latar belakang kasus itu," ujar Idham di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/5).

Idham mengatakan hingga kini penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian dua anak di acara tersebut. Penyelidikan juga berkaitan dengan penyelenggaraan acara.

(dal/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER