Surabaya, CNN Indonesia -- Serangan bom bunuh diri di Surabaya pada Minggu (13/5) kemarin dan Senin (14/5) hari ini menguak pola baru. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan para pelaku itu melibatkan anak-anak mereka dalam aksinya.
"Pelibatan anak-anak baru pertama di Indonesia. Memprihatinkan," kata Tito dalam jumpa pers di Polda Jawa Timur, Surabaya, hari ini.
Namun demikian, Tito menyatakan pola serangan bom menggunakan anak-anak dan perempuan kerap dilakukan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Menurut dia serangan bom di Surabaya memperlihatkan ada keterkaitan pelaku dengan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tidak terkait dengan agama apapun, tetapi jaringan dari Timur Tengah," kata Tito.
Tito menyatakan serangan bom bunuh diri memang sudah beberapa kali terjadi. Sedangkan Termasuk juga dengan melibatkan perempuan sebagai 'pengantin' bom bunuh diri.
Menurut Tito, pada 2017 lalu Polri berhasil mencegah serangan bom yang akan dilakukan oleh 'pengantin' wanita bernama Novi. Dia bertujuan menyerang Istana Merdeka di Jakarta.
"Novi saat itu ditangkap dalam keadaan hamil, kemudian dibawa ke Mako Brimob, dan beberapa bulan kemudian melahirkan," ujar Tito.
Tito melanjutkan, saat proses persalinan dan perawatan bayinya, Novi dibantu oleh anggota perempuan Densus 88, Iptu Sulastri. Dia menjadi salah satu korban penganiayaan dalam kerusuhan rumah tahanan Mako Brimob yang berhasil diselamatkan.
Tito juga menyatakan pelaku serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya hari ini sudah dikenali. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, ternyata terduga pelakunya juga satu keluarga yang diduga merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Pelakunya satu keluarga juga, sudah teridentifikasi, empat meninggal," kata Tito.
Menurut Tito, pelaku serangan bom di Mapolrestabes Surabaya menggunakan dua sepeda motor terpisah. Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak. Namun, kata dia, satu bocah itu terlempar dari sepeda motor saat terjadi ledakan.
"Yang anak-anak terlempar, masih selamat. Saat ini ada di RS Bhayangkara," ujar Tito.
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin juga menyatakan hal yang sama dengan Tito. Menurut dia, pelaku serangan bom di Surabaya pada Minggu kemarin dan hari ini adalah sama-sama melibatkan keluarga. Sama halnya dengan korban ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, yang juga menewaskan satu pasang suami istri dan seorang anaknya.
Menurut Tito, pelaku meledakkan bom di gerbang Mapolrestabes Surabaya karena tidak bisa menerobos penjagaan. Alhasil, empat polisi yang berjaga mengalami luka-luka dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
"Mereka bagian dari kelompok yang sama. Kenapa aksinya di Surabaya? Karena mereka menguasai daerah ini," kata Tito.
Tito menyatakan, alasan kelompok JAD bergolak karena dua pimpinan mereka, yakni Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori, ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut dia, kelompok yang paling keras bereaksi adalah JAD Surabaya pimpinan terduga D, yang tewas dalam serangan bom bunuh diri kemarin. Istri D, PK, dan empat anaknya juga turut meninggal dalam aksi bom bunuh diri.
(ayp/asa)