Survei LSI: Elektabilitas Jokowi Tertinggi, Namun Mulai Goyah

Dias Saraswati | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mei 2018 00:27 WIB
Elektabilitas Jokowi yang tak menembus 50 persen, dan isu lain seperti tenaga kerja asing dan pelemahan ekonomi dianggap bisa menggoyahkan posisi Jokowi.
Sosok Jokowi sebagai capres dinilai mulai goyah karena elektabilitasnya tak melampaui angka 50 persen berdasarkan survei terbaru LSI Denny JA. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) untuk Pilpres 2019 masih tertinggi dibanding calon lainnya, namun dinilai mulai goyah.

Dalam survei terbaru LSI Denny JA, elektabilitas Jokowi saat ini hanya sebesar 46 persen. Survei tersebut dilakukan terhadap 1200 responden dalam kurun waktu 28 April hingga 5 Mei dengan margin of error 2,9 persen.

Survei LSI  ini menggunakan metode multistage random sampling. Denny JA sebagai pendiri Lingkaran Survei Indonesia mendukung Jokowi saat Pilpres 2014 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan elektabilitas Jokowi yang dibawah 50 persen tersebut menunjukkan Jokowi sebagai seorang petahana masih belum aman untuk bisa terpilih kembali.

"Jokowi masih terkuat, namun masih goyah," ujarnya di Kantor LSI, Senin (14/5).

Elektabilitas Jokowi ternyata juga tak unggul signifikan jika dibandingkan dengan total elektabilitas sejumlah tokoh yang digadang bakal maju sebagai capres.

Sejumlah nama tokoh gabungan tersebut di antaranya Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono, Anies Baswedan, dan lainnya, yang total elektabilitasnya mencapai 44,7 persen atau hanya kalah 1,3 persen dari elektabilitas Jokowi.

"Elektabilitas semua tokoh jika digabung hanya terpaut tipis dengan elektabilitas Jokowi," kata dia.

Adjie juga memaparkan lima hal lain yang membuat elektabilitas Jokowi tidak aman atau goyah.

Pertama, isu #2019gantipresiden yang dinilai sangat populer padahal baru diluncurkan sekitar satu bulan.

Dari 1200 responden, 50,8 persen di antaranya mengaku tahu soal isu tersebut. Sementara, 49,8 persen di antaranya mengaku suka dengan isu #2019gantipresiden.

"Jokowi semakin goyah karena attacking campaign tampaknya semakin masif dan terstruktur," ucap Adjie.

Kedua, isu soal tenaga kerja asing. Adjie menyampaikan isu tenaga kerja asing sebenarnya belum diketahui secara luas oleh masyarakat, namun sebagian besar masyarakat tidak setuju tenaga kerja asing masuk ke Indonesia.

Adjie menuturkan jika isu tenaga kerja asing makin meluas akan merugikan Jokowi, sebab tingginya resistensi terhadap isu tersebut.

Ketiga, ketidakpuasan ekonomi, khususnya soal lapangan pekerjaan. Adjie menyebut isu ekonomi menjadi akar masalah yang berpotensi menyulut munculnya isu lain.

Keempat, isu islam politik. Dalam isu ini, sebanyak 35,8 persen setuju agama harus terpisah dari politik. Sementara, 47,8 persen tak setuju pemisahan agama dan politik.

Survei LSI menunjukkan Jokowi menang di segmen yang meyakini pemisahan islam dan politik, tetapi di segmen yang mendukung penyatuan islam dan politik, Jokowi kalah.

Data itu, kata Adjie, menunjukkan bahwa Jokowi kalah populer di komunitas Islam politik yang sedang menggeliat.

Isu lain adalah persepsi publik bahwa Jokowi masih lemah dan bisa dikalahkan. Survei LSI menunjukkan 32,8 persen yang menyatakan Jokowi kuat dan akan menang dan hanya terpaut tipis dengan publik yang menganggap Jokowi akan kalah yakni sebesar 28,02 persen.

Sebelumnya, survei dari Indonesia Network Election Survey (INES) menyebut Prabowo Subianto bisa memenangkan pemilihan Presiden jika dihelat hari ini (Minggu 6 Mei 2018). Dalam survei INES itu Prabowo mendapatkan suara 50,2 persen, sementara Jokowi hanya mampu mengambil hati 27,7 persen dari total responden.

Direktur Eksekutif INES Oskar Vitriano mengatakan survei tersebut merupakan hasil nama-nama top of mind yang dihimpun dari 2.180 orang di 408 kabupaten dan kota.

Survei yang diselenggarakan pada 12 hingga 28 April 2018 ini juga diklaim memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error sebesar 2,1 persen. Meski demikian, survei INES tersebut mendapat sorotan banyak kalangan karena hasilnya bertentangan dengan mayoritas lembaga survei lain yang masih mengunggulkan elektabilitas Jokowi. (wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER