Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menilai bahwa kapasitas kepolisian dan intelijen dalam menjalan tugas dan fungsinya bergantung kepada pemimpin politik yang tengah berkuasa.
Dia mengatakan hal tersebut ketika ditanyakan apakah Polri dan intelijen perlu dievaluasi lantaran terjadi aksi teror secara beruntun dalam sepekan terakhir.
"Semua itu kalau menurut saya, semua itu adalah pengguna pemimpin politiknya bagaimana. Itu saja," ucap Prabowo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabowo mengibaratkan polisi dan intelijen seperti rencong atau keris. Meski rencong atau keris itu sangat tajam, semuanya tetap kembali kepada penggunanya.
"Siapa yang memakai dan bagaimana memakai," ucap Prabowo.
Begitu pula polisi dan intelijen. Menurut Prabowo, meski polisi memiliki modal dan kemampuan yang hebat, belum tentu berujung pada hasil yang optimal atau sesuai harapan.
"Mau polisinya hebat, disalahgunakan, ya, salah. Hasilnya tidak baik dan tentara juga," katanya.
Mengenai aksi teror beruntun yang terjadi dalam sepekan ke belakang, Prabowo mengklaim selalu mengingatkan bahwa aspek keamanan jangan dianggap remeh.
Prabowo mengatakan dirinya dan Gerindra secara kelembagaan kerap meminta agar anggaran TNI dinaikkan.
Sebelumnya, Prabowo juga sempat mengatakan setuju agar TNI diberi peran lebih besar dalam penanggulangan bahaya terorisme.
"Bukan untuk mengancam negara lain tetapi untuk menjaga keamanan negara kita," ujar Prabowo.
(wis)