Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan bakal menjamin pendidikan bagi anak terduga pelaku teror yang masih hidup.
Dari aksi teror yang terjadi di Rusunawa Mocopolo dan Mapolrestabes Surabaya, empat anak masih hidup dan menjalani perawatan di rumah sakit.
"Siapapun anak itu harus dijamin pendidikannya. Kita tidak boleh melihat itu anak siapa. Harus nondiskriminasi," ujar Muhadjir saat ditemui di kantor wakil presiden, Rabu (16/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo yang berhasil selamat adalah AR (15), FP (11), dan GHA. Ketiganya adalah anak Anton Febriantono, terduga teroris yang tewas setelah bom di dalam rumahnya di Rusun Wonocolo, Sidoarjo, meledak pada Minggu (13/5) malam.
Sementara satu anak lain yang selamat adalah AIS, anak pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Selasa (15/5), mengatakan tiga dari empat anak pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo mengalami gangguan psikologi berat. Kepolisian Daerah Jawa Timur bakal memberikan pendampingan hingga anak-anak itu sembuh.
"Kalau kami perhatikan ketiga anak ini mengalami tekanan luar biasa terhadap psikologinya sehingga kami melakukan relaksasi itu," kata Barung.
Menteri Muhadjir mengatakan pihaknya masih menunggu kondisi kesehatan para anak terduga pelaku teror. Ia baru akan mengambil tindakan usai ketiganya dinyatakan sembuh.
"Kita belum tahu (tindakan selanjutnya). Biar sembuh dulu, ini pada dasarnya mereka korban," ucapnya.
(wis)