Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengantisipasi insiden penyerangan massa terhadap jemaah
Ahmadiyah di Dusun Tanak Eat, Desa Greneng, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) agar tidak menjalar ke wilayah lain.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan langkah-langkah antisipasi itu telah diambil oleh masing-masing kepala kepolisian satuan wilayah (kasatwil), mulai dari tingkat resor, sektor, hingga daerah.
"Sudah diantisipasi. Kasatwil sudah tahu tugasnya," kata Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin (21/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setyo melanjutkan pihaknya tidak bisa bekerja seorang diri dalam mengantisipasi beragam insiden kekerasan yang dialami kelompok minoritas. Menurutnya, Polri harus bekerja sama dengan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan pemangku kepentingan lain agar insiden seperti di Lombok Timur tidak terulang di hari mendatang.
"Kembali saya menegaskan bahwa masalah ini bukan hanya tugas polisi tapi kami harus kerja sama, ada Kementerian Agama dan MUI yang tentunya masalahnya harus diselesaikan secara komprehensif," tuturnya.
Dia menerangkan Kepala Kepolisian Resor Lombok Timur Ajun Komisaris Besar Eka Fathur Rahman tengah memimpin proses penyidikan seputar insiden penyerangan terhadap warga kelompok Ahmadiyah sekaligus mengambil langkah-langkah guna mensterilisasi keadaan di sekitar lokasi.
Setyo pun menjamin, aparat kepolisian akan terus melanjutkan proses hukum dalam insiden yang menghancurkan sejumlah rumah milik jemaah Ahmadiyah.
"Kapolres masih melakukan penyidikan juga melakukan proses pemulihan keamanan agar masyarakat bisa beraktivitas secara normal. Tapi proses hukum tetap berlangsung," ucap jenderal bintang dua itu.
Jemaah Ahmadiyah di Dusun Grepek Tanak Eat diserang oleh massa yang diduga berasal dari wilayah yang sama. Penyerangan disertai upaya pengusiran jemaah dari wilayah Lombok Timur.
Juru bicara Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yendra Budiana mengatakan penyerangan terjadi pada Sabtu (19/5) lalu. Sekitar pukul 11.00 WIB, massa mengusir tujuh kepala keluarga yang berjumah 24 orang dari Dusun Grepek Tanak Eat.
"24 orang penduduk yang rumahnya diamuk massa dievakuasi oleh polisi ke Kantor Polres Lombok Timur," kata Yendra Budiana dalam keterangan tertulisnya.
Malam harinya, massa kembali datang. Saat itu massa merusak sebuah rumah lain milik jemaah Ahmadiyah meski ada penjagaan dari petugas kepolisian. Aksi perusakan terulang pada Minggu (20/5) pagi. Sebuah rumah milik jemaah Ahmadiyah kembali dirusak.
"Target penyerang adalah meratakan seluruh rumah penduduk komunitas Muslim Ahmadiyah dan mengusirnya dari Lombok Timur," kata Yendra.
(pmg/gil)