Polri Akui Densus Kendurkan Pengawasan Pelaku Bom

CTR | CNN Indonesia
Kamis, 24 Mei 2018 22:35 WIB
Perakit bom dan pelaku bom bunuh diri di Surabaya sempat diawasi Densus 88. Namun pengawasan itu mengendur hingga akhirnya serangan bom pecah di Surabaya.
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengakui Densus 88 Antiteror melonggarkan pengawasan kepada perakit bom Surabaya. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengakui Densus 88 Antiteror memang melonggarkan pengawasan kepada para pelaku teror bom di Surabaya dan perakit bom di Sidoarjo, Jawa Timur. Padahal sejak beberapa bulan sebelumnya, polisi selalu mengawasi pergerakan mereka.

Densus 88 mengendurkan pengawasan kepada pelaku bom bunuh diri di gereja Surabaya yaitu Dita Oeprianto, perakit bom Sidoarjo Anton Ferdiantono, dan pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya Tri Murtiono.

"Memang sekitar tiga bulan terakhir sebelum kejadian kan, dari Densus pengawasannya agak dikendurkan," kata Setyo di Mabes Polri Jakarta, Kamis (24/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Setyo mengatakan polisi menganggap para pelaku dan keluarganya sudah bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat. Salah satunya Anton yang tinggal di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, bersama istrinya Puspitasari (47) dan anak pertamanya RAR (17). Anton adalah perakit bom Surabaya.

"Kami melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik," ujar Setyo.

Setyo mengatakan kelonggaran itu dimanfaatkan Dita dan kawan-kawannya untuk merakit bom.

Sementara pekerjaan utama mereka dianggap hanya sebagai kamuflase belaka, seperti Anton yang bekerja membuat obat herbal.


"Iya, saat mengendurkan pengawasannya mereka manfaatkan untuk membuat bom. Karena dia sendiri kan membuat herbal itu enggak curiga," ujar Setyo.

Dia menambahkan berdasarkan keterangan anaknya, Anton kerap mempraktikkan pembuatan bom saat pengajian. Dalam pengajian itu juga dipelajari film cara pembuatan bom secara manual.

"Mereka kan setiap minggu, menurut anaknya Anton, mereka ada pengajian. Di pengajian itu disampaikan film-film tentang kekerasan, film-film manual tentang pembuatan bom," kata Setyo.

Polisi mengendurkan pengawasan kepada Tri Murtiono sejak lima bulan sebelumnya. Diketahui Tri tinggal di Jalan Tambak Medokan Ayu VI Nomor 36, Rungkut, Surabaya.

"Ia belajar bersama-sama [secara] manual tentang pembuatan bom," ujar Setyo.


Serangan bom bunuh diri pecah di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5). Salah satu pelakunya adalah Dita Oeprianto.

Pada malam harinya, bom meledak di sebuah rusun di Sidoarjo. Anton yang diduga pemilik bahan peledak di rusun itu mengalami luka parah. Petugas kemudian menembak mati karena Anton masih memegang alat picu bom.

Sementara Tri Murtiono meninggal saat meledakkan diri di Mapolrestabes Surabaya.

[Gambas:Youtube] (pmg/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER