Puasa Pasukan Oranye, Atur Tenaga dan Takjil Gratis di Masjid

Dias Saraswati | CNN Indonesia
Jumat, 25 Mei 2018 07:59 WIB
Para pasukan oranye tetap harus bekerja seperti biasa di bulan Ramadan. Mereka tetap berpuasa meski aktivitas padat. Puasa bukan halangan bagi mereka.
Sebagai pasukan oranye, Lily tetap harus bekerja seperti biasa di bulan Ramadan ini. Dia dan anggota PPSU lain harus pintar-pintar membagi waktu untuk bekerja dan menunaikan ibadah. (CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati).
Jakarta, CNN Indonesia -- Terik matahari tak menyurutkan semangat Lili (45) untuk bekerja di bulan Ramadan ini. Meski harus menahan haus dan lapar, Lili bersama teman-teman lainnya di Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) tetap bekerja seperti biasa, menjaga kebersihan Ibu Kota.

Seperti hari ini, Kamis (24/5), Lili cs tetap bertanggung jawab atas pekerjannya di wilayah Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Saat ditemui CNNIndonesia.com, Lili pun tampak bersemangat menjalankan pekerjaannya. Bahkan senyum pun sesekali mengembang di wajahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lili yang kebetulan mendapatkan jam kerja siang hari ini, yakni mulai pukul 13.00-21.00 mengaku tak ada perubahan sistem kerja selama Ramadan ini. Menurut dia, puasa bukan berarti jam kerja berubah. Justru diri sendirilah yang harus pintar membagi waktu, antara bekerja dan menjalankan ibadah.

Lili mengungkapkan memang tak ada sistem khusus yang diterapkan bagi para pasukan oranye di Ramadan ini. Juga tak ada kesulitan berarti bekerja di siang hari sembari puasa.

"Ya sama saja kayak bulan biasa, enggak ada yang beda," ujar Lili sambil sesekali menyapu dedaunan yang jatuh di atas trotoar.
Ia baru benar-benar beristirahat sejenak saat sudah tiba waktu berbuka. Biasanya dia bersama dua temannya akan mencari makanan untuk berbuka puasa yang berada di sekitar sana, misalnya ke Gedung Dana Reksa atau ke Balai Kota yang memang menyediakan takjil.

"Kalau mau buka paling langsung ke Dana Reska atau ke Balai Kota, di masjidnya kan bagi-bagi makanan dan boleh buat siapa saja," tutur ibu dua anak ini.

Tarawih

Satu hal yang agak Lili sulit lakukan di bulan Ramadan ini, yakni salat tarawih. Dia mengakui sukar untuk tarawih karena masjid atau lokasi tarawih cukup jauh dari tempat dia membersihkan jalan.

"Misalnya pas lagi nyapu di depan sini (depan Wisma Antara) terus harus cari tempat tarawih suka jauh," ungkapnya.

Lili pun mengakui belum pernah melaksanakan salat tarawih selama Ramadan tahun ini. Lili yang telah bekerja sebagai pasukan oranye selama satu tahun ini, lebih memilih untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya.

Meski menurut Lili sebenarnya tak ada larangan bagi para pasukan oranye untuk tarawih di tengah bekerja. Solusinya, paling Lili dkk harus menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar masih bisa tarawih.

Misal, jika biasanya 'bilas'--istilah para pasukan oranye untuk memastikan lokasi tempatnya bekerja sudah bersih dari sampah--dilakukan mulai sekitar pukul 19.30, maka jika ingin tarawih, 'bilas' harus dilakukan lebih cepat seperti dimulai sejak pukul 18.30.

Nantinya, mereka tinggal melaporkan komandan regu di grup Whatsapp bahwa akan melakukan 'bilas' lebih cepat karena hendak tarawih.

"Yang penting laporan saja, biar komandannya tahu. Tapi yang pasti enggak ada larangan," kata Lili.

Lain halnya dengan Sahrul (33) yang bertugas di Jalan Medan Merdeka Barat. Ia mengaku selalu meluangkan waktu untuk tarawih. Karenanya, ia berusaha lebih cepat dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Meski harus menyelesaikan pekerjaan lebih cepat agar bisa tarawih, Sahrul mengaku hal itu tak menjadi beban. Sebab, ia sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakoni selama kurang lebih 10 bulan ini.

"Sudah biasa, jadi bisa atur tenaga," ujar Sahrul.
Pasukan Oranye, Harus Pintar Bagi Waktu dan Harapan THRPasukan oranye tetap menjalankan puasa Ramadan di tengah padatnya aktivitas membersihkan ibu kota. (ANTARA FOTO/Reno Esnir).
Kendati demikian, Sahrul mengaku sempat absen tarawih sekali, tepatnya Senin (21/5) lalu. Dia tak tarawih lantaran harus membersihkan sisa-sisa demo Himpunan Mahasiswa Islam di depan Istana Negara. Saat itu, kata Sahrul, ia dan teman-temannya yang bertugas di lokasi itu harus menunggu sampai aksi demo selesai untuk kemudian melakukan pembersihan.

"Itu kan sampai bakar ban juga ya, dan kita baru bisa bersih-bersih pas udah selesai," ungkapnya

Sementara itu, untuk beban kerja, Sahrul mengaku lebih ringan selama Ramadan ini. Sebab, tidak banyak pedagang yang berjualan, sehingga tidak terlalu banyak sampah yang harus dibersihkan. Ia juga mengaku tak ada yang berbeda antara bekerja di Ramadan atau di bulan-bulan lainnya.

Berharap THR

Selain persoalan menunaikan ibadah di tengah bekerja, Lili maupun anggota PPSU lain juga punya harapan di bulan Ramadan ini. Dia berharap dapat Tunjahan Hari Raya (THR) seperti kebanyakan pekerja di bidang lain.

Sebetulnya, pasukan oranye dapat gaji ke-13 pada tahun lalu. Mereka menganggap gaji itu sebagai THR.

"Tahun lalu itu bukan THR sih, tapi istilahnya gaji ke-13, tapi itu THR kalau buat kita," ujarnya.
Untuk tahun ini, Lili mengaku belum mengetahui secara pasti ada THR atau gaji ke-13 seperti tahun lalu. Dia juga berharap, gaji ke-13 itu lebih besar dari yang ia terima tahun lalu.

"Ya pengennya sih lebih besar waja," kata Lili sembari tertawa.

Di sisi lain, Sahrul yang belum genap bekerja selama satu tahun pun mengaku berharap ada THR tahun ini. "Ya berharapnya bisa dapat THR," ujarnya.

Meski dia sudah mendapat informasi perihal para pekerja yang belum genap satu tahun tidak akan mendapatkan THR utuh alias tidak satu kali gaji. Karena pada tahun sebelumnya, dia mendengar dari anggota PPSU lainnya, bahwa gaji ke-13 yang diterima sama semuanya, baik yang sudah setahun maupun yang belum setahun.

"Kalau tahun lalu itu katanya enggak di-bedain yang sudah satu tahun atau belum," ucap Sahrul. (osc/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER