Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK Raffles B. Panjaitan mengatakan pihaknya masih melakukan penanganan kasus
kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Kalimantan Barat. Beberapa titik panas (hot spot) mengalami penurunan.
"Monitoring semalam
hot spot sudah turun, tinggal 100 tapi itu kan levelnya 30-79 persen. Yang di atas 80 persen sudah tinggal delapan," kata Raffles kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (24/8).
Menurut Raffles, petugas gabungan yang terdiri dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah disiagakan sejak April lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PKHL sudah memprediksi pada Agustus akan terjadi kebakaran karena musim kemarau dan ada tradisi gawai serentak. Tradisi ini merupakan persiapan musim tanam dengan membuka lahan dengan cara membakar.
Raffles menyampaikan kabut asap masih menyelimuti daerah Kubu Raya dan Pontianak, Kalimantan Barat. Kendati demikian, asap sudah tidak terlalu pekat sehingga jadwal penerbangan di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, sudah beroperasi normal kembali.
"Di lapangan masih ada asap tapi sudah tidak terlalu pekat, kemudian penerbangan tidak ada yang ter-
cancel," kata Raffles.
Sebelumnya hasil pantauan 24 jam terakhir Satelit Aqua, TErra, SNNP milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) mendeteksi 885 titik panas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat pada Kamis (23/8) pada pukul 07.30 WIB. Dari 885 titik panas tersebut terdiri 509 titik panas kategori sedang dan 376 kategori tinggi.
Dampak dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Barat telah menyebabkan empat orang meninggal dunia sejak sebulan terakhir. Korban meninggal akibat terpapar asap dan api saat lahan di sekitarnya terbakar.
Keempat korban tersebut terjebak dalam kepungan api yang dibuat untuk membersihkan lahan. Korban berasal dari daerah yang berbeda yaitu Kabupaten Melawi, Sambas dan Sintang.
(pmg/gil)