Jakarta, CNN Indonesia --
Kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Ratangga mulai diujicoba. Ratangga, yang berari 'kereta perang' itu, nantinya pada Maret 2019 akan melayani rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Rute tersebut merupakan fase tahap I, sedangkan tahap II yang menghubungkan bundaran HI-Kampung Bandan baru akan dibangun Desember 2018.
Rute Lebak Bulus-Bundaran HI melintas sepanjang 16 kilometer, dan akan melewati 13 stasiun. Perjalanan tersebut terbagi menjadi dua jalur, yakni jalur bawah tanah dan jalur layang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat nantinya beroperasi telah disediakan 16 rangkaian kereta, setiap rangkaiannya terdiri dari enam kereta.
CNNIndonesia.com berkesempatan untuk menjajal kereta MRT tersebut, Senin (10/12). Ujicoba Ratangga itu dimulai dari stasiun Bundaran HI menuju stasiun Lebak Bulus.
Sebelum memasuki stasiun MRT Bundaran HI, terlebih dulu diwajibkan memakai APD (Alat Pelindung Diri). Hal itu wajib dilakukan mengingat sampai saat ini proyek MRT masih berlangsung.
Sepatu bot, rompi, hingga helm proyek, sudah dipakai.
CNNIndonesia.com langsung menuruni tangga untuk masuk ke dalam stasiun.
 Gerbang masuk MRT di Stasiun Bundaran HI. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Ada sebuah eskalator di stasiun itu, namun eskalator tersebut masih belum dapat digunakan, sehingga terpaksa harus menggunakan tangga.
Stasiun Bundaran HI terdiri dari dua lantai, yakni lantai pertama yang disebut dengan area concourse dan lantai kedua yang berada di bawahnya disebut dengan peron. Concourse sering diartikan tempat terbuka di stasiun.
Di area concourse, sejumlah bahan dan alat proyek masih terlihat di sejumlah titik. Tanda pembangunan stasiun Bundaran HI belum selesai. Di area itu terdapat sebuah tempat untuk penjualan tiket. Kemudian di sampingnya, terdapat sejumlah
tapping gate yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat keluar-masuk penumpang menuju ke area peron.
Nantinya, di area concourse juga akan disediakan lokasi khusus untuk area fasilitas umum dan retail.
Kemudian menuju ke area peron, bisa menggunakan eskalator maupun tangga. Namun, lagi-lagi, eskalator tersebut masih belum difungsikan.
 Kondisi bagian dalam kereta MRT. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Baik di area concourse maupun peron, debu-debu masih cukup terasa, meski pendingin udara di dua area tersebut sudah berfungsi. Pendingin ruangan, sangat vital di stasiun MRT, terutama yang terdapat di bawah tanah, untuk membantu sirkulasi udara agar tak terasa pengap.
Sementara, sinyal ponsel akan langsung menghilang saat berada di area peron. Untuk di area concourse, sinyal ponsel masih berfungsi dengan baik. Pihak MRT Jakarta akan memasang penguat sinyal dan jaringan wi-fi di stasiun. Sehingga penumpang masih bisa melakukan komunikasi menggunakan ponselnya.
Tiba di area peron, sudah ada seorang petugas yang kemudian mengarahkan untuk masuk ke dalam kereta yang saat itu memang sudah tersedia.
Area peron ini ,menjadi tempat bagi para penumpang untuk menunggu kereta. Antara peron dengan kereta, dibatasi dengan
platform screen doors (PSD) atau pintu tepi peron.
Masuk ke dalam kereta, sepatu bot yang tadinya dipakai sebagai bagian dari APD justru diminta untuk dilepas. Pihak MRT telah menyediakan sejumlah sandal berbahan karet yang bisa digunakan selama berada di dalam kereta.
Lantai kereta ditutupi dengan semacam kertas berwarna coklat yang tujuannya untuk melindungi lantai kereta agar tetap bagus sebelum nantinya resmi dioperasikan. Maklum, masih dalam tahap ujicoba.
Interior kereta tersebut didominasi dengan warna putih. Untuk tempat duduknya, disediakan sebanyak 54 kursi setiap gerbongnya, di mana 12 di antaranya merupakan kursi prioritas.
Kursi di kereta MRT berbahan plastik dan berwarna biru. Kursi tersebut tampak berbeda dengan kursi yang ada di kereta KRL yang justru menggunakan busa. Sehingga, saat duduk di kursi kereta MRT bisa dikatakan tidak seempuk saat duduk di kursi KRL Commuterline.
Kata petugas MRT, kursi tersebut dipilih karena waktu tempuh kereta MRT terbilang singkat dan tidak selama KRL. Meski berbahan plastik, kursi itu dirasa masih nyaman bagi para penumpang.
Selain itu, di sisi atas juga tidak disediakan tempat untuk menaruh tas atau barang bawaan penumpang. Namun, khusus di bagian atas kursi prioritas, disediakan tempat untuk menaruh tas atau barang bawaan tersebut.
Tidak tersedianya tempat tersebut, kata petugas MRT, lagi-lagi dikarenakan waktu tempuh kereta yang terbilang singkat.
Di dalam kereta tersebut, juga disediakan tempat khusus untuk penumpang yang menggunakan kursi roda.
Di dalam kereta juga tersedia pegangan tangan yang diperuntukkan bagi para penumpang yang tidak mendapat tempat duduk sehingga diharuskan untuk berdiri. Ketinggian pegangan tangan tersebut pas, sehingga nyaman untuk digunakan.
Kereta MRT yang dijajal oleh CNNIndonesia.com, berangkat dari Stasiun Bundaran HI Senin (10/12) tepat pukul 16.30 WIB. Menurut petugas, dalam ujicoba kali ini kecepatan kereta berkisar 80 km/jam. Namun, kecepatan itu bisa berubah tergantung dengan lokasi atau lintasan yang dilalui.
Ada 13 stasiun yang dilalui dalam rute perjalanan Bundaran HI-Lebak Bulus, enam di antaranya merupakan stasiun bawah tanah, dan tujuh sisanya merupakan stasiun layang.
Enam stasiun bawah tanah tersebut adalah Stasiun Bundaran HI, Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Setiabudi, Stasiun Bendungan Hilir, Stasiun Istora, dan Stasiun Senayan.
Sedangkan tujuh stasiun layang yakni Stasiun Sisingamaraja, Stasiun Blok M, Stasiun Blok A, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Cipete Raya, Stasiun Fatmawati, dan Stasiun Lebak Bulus.
Selama perjalanan kereta MRT berada di jalur bawah tanah terasa nyaman dan lancar. Getaran pun tidak terasa selama kereta berjalan. Hanya saja suara mesin kereta cukup terdengar jelas. Namun, suara mesin kereta tidak terlalu menganggu dan masih terasa nyaman.
Kemudian, saat berada lintasan menanjak antara Stasiun Senayan dengan Stasiun Sisingamaraja juga tidak berbeda dengan saat berada di lintasan bawah tanah. Peralihan dari bawah tanah menuju stasiun layang terbilang mulus, penumpang tak terasa dengan peralihan itu.
Di lintasan jalur layang juga terbilang mulus. Jika di jalur bawah tanah, tak ada pemandangan yang bisa dinikmati lantaran kanan kirinya merupakan dinding, saat di jalur layang penumpang bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas.
Pengalaman menyaksikan pemandangan kota Jakarta dari atas terbilang cukup menyenangkan.
Sepanjang 16 kilometer lintasan kereta MRT tersebut, hanya terdapat satu jalan berkelok, yakni dari Stasiun Cipete Raya menuju ke Stasiun Fatmawati.
Saat melintas di jalan berkelok tersebut, kecepatan kereta sedikit diturunkan menjadi sekitar 40 km/jam. Ketika kereta berbelok, getaran tak terasa.
Kereta MRT tiba di stasiun akhir yakni Stasiun Lebak Bulus. Lama perjalanan yang ditempuh dari Stasiun Bundaran HI sekitar 15 menit. 'Kereta Perang' itu tiba di Stasiun Lebak Bulus pada pukul 16.45 WIB.
Waktu tempuh perjalana uji coba itu lebih cepat dibanding dengan perkiraan waktu tempuh saat nantinya beroperasi. Ketika beroperasi, waktu tempuh kereta MRT dari Stasiun Lebak Bulus sampai Bundaran HI sekitar 30 menit. Perhitungan waktu tempuh tersebut, sudah termasuk dengan waktu pemberhentian di setiap stasiun.