Antropolog dari Universitas Indonesia, Ruddy Agusyanto menilai kehadiran capres fiktif Nurhadi-Aldo merupakan simbol ketidakpuasan masyarakat terhadap kandidat yang sedang bertarung di Pilpres 2019.
"Ini sebagai tanda tak bisa sepenuhnya mengakomodasi calon pemimpin yang diinginkan masyarakat," kata Ruddy kepada
CNNIndonesia.
com.
Pria yang akrab disapa Ruddy Kipam itu menilai kegagalan mengakomidasi tersebut diakibatkan oleh pemerintah dan parpol yang gagal menciptakan ruang bagi masyarakat untuk menyeleksi kandidat capres-cawapres di Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan partisipasi masyarakat sangat tertutup saat proses kandidasi pasangan calon yang akan berlaga di Pilpres.
"Karena masyarakat sebagian besar bukan anggota parpol. Hanya berdasarkan pandangan mereka [Parpol] saja, seolah-olah masyarakat menginginkan calon ini. Bagaimana idealisme seorang pemimpin kan masyarakat berbeda-beda," kata dia.
[Gambas:Instagram]Fenomena serupa juga ditunjukan oleh para calon anggota legislatif yang banyak tak dikenal masyarakat. Tak ayal, kata Ruddy, masyarakat menjadi antipati dengan ditandai angka golput di Pemilu terus bermunculan dan meningkat dari waktu ke waktu.
"Para caleg kalau ditanya ke masyarakat banyak tidak kenal, jadi inilah sinyal para pemilih untuk golput itu jadi muncul terus. Kita tak terakomodasi," kata dia.
Di sisi lain, Budayawan Arswendo Atmowiloto menilai ramainya pembahasan paslon Nurhadi-Aldo di media sosial tak lepas dari kondisi perpolitikan Indonesia yang menakutkan belakangan ini.
Ia menyatakan para kandidat di Pilpres 2019 kali ini lebih banyak melontarkan pernyataan yang bernada menakut-nakuti ketimbang membuat rakyat ceria.
"Politik sekarang memang tak lucu, seram, dikit-dikit dilaporkan [ke Polisi], ada Indonesia punah dan lain-lain," kata Arswendo dalam program
CNN Indonesia Prime News, kemarin (6/1).
Arswendo turut menilai kehadiran Nurhadi-Aldo di media sosial seharusnya menjadi warning bagi para timses para kandidat. Ia menyatakan seharusnya para timses bisa membuat masyarakat lebih cerdas dan bukan sebaliknya untuk membodohi demi kepentingan kontestasi.
"Jadi ini juga sebagai
warning kepada timses," kata dia.
(osc/rzr/gil)