Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres)
Joko Widodo-Ma'ruf Amin serta
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tengah saling berupaya menggerus suara pemilih di kandang lawan.
Jokowi-Ma'ruf berupaya menggerus suara Prabowo-Sandi di Provinsi Jawa Barat (Jabar), sementara Prabowo Sandi berusaha mencuri suara Jokowi-Ma'ruf di Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Upaya ini wajar dilakukan oleh kedua paslon capres-cawapres, baik untuk mengunci kemenangan ataupun mengejar ketertinggalan jelang hari pencoblosan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, Jabar merupakan salah satu lumbung suara bagi Prabowo. Berkaca pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, Prabowo yang kala itu bertandem dengan Hatta Rajasa sukses meraup total 14.167.381 atau 59,78 persen suara. Sementara Jokowi yang kala itu berduet dengan Jusuf Kalla hanya mendapatkan suara sebanyak 9.530.315 atau 40,22 persen.
Sedangkan, Jateng terkenal sebagai basis massa pendukung PDIP, partai politik pengusung Jokowi-Ma'ruf. Di Pilpres 2014 silam, pasangan Jokowi-JK meraup 12.959.540 atau 66,65 persen suara, sementara Prabowo-Hatta kala itu hanya mendapatkan 6.485.720 atau 33,35 persen.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Idil Akbar mengatakan peluang Jokowi untuk meraih suara yang lebih besar di Jabar dibandingkan Pilpres 2014 terbuka.
Menurutnya, hal itu bisa dilihat berdasarkan hasil survei terakhir lembaga Indikator Politik yang menunjukkan pasangan Jokowi-Maruf unggul dari Prabowo-Sandi.
"Survei terakhir [Indikator Politik], di Jabar masih menang Jokowi," kata Idil kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (8/2).
Menurutnya, sejumlah strategi politik harus dimainkan Jokowi untuk memastikan kemenangan di Jabar, salah satunya terkait penguasaan wilayah. Pasalnya, kata Idil, Jokowi hanya berhasil menang di empat kabupaten di Jabar pada Pilpres 2014 silam.
Namun demikian, kata dia, terdapat dua wilayah yang sulit untuk dikuasai oleh Jokowi yaitu Priangan Barat dan Priangan Timur. Menurutnya, sejumlah isu terkait identitas ekonomi, hingga keberpihakan membuat elektabilitas Jokowi di dua wilayah tersebut.
"Di sisi wilayah memang Jokowi berat di Priangan Barat dan Priangan Timur, terutama di Priangan Timur seperti Garut, Tasikmalaya, dan Banjar. Mungkin hanya Pangandaran plus Ciamis yang bisa dikuasai.
Kemudian, dia memperkirakan Jokowi juga akan kesulitan untuk meraih suara di sejumlah kota metropolitan seperti Depok, Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Bekasi. Menurutnya, hal ini dikarenakan kota-kota tersebut merupakan lumbung suara partai politik pengusung Prabowo-Sandi.
"Selain soal isu, tapi di sana juga dikuasai oleh partai politi kubu Prabowo," ucapnya.
Idil menilai, tim kampanye Jokowi-Ma'ruf harus lebih bekerja keras untuk mencuri kemenangan di Jabar. Menurutnya, langkah-langkah yang telah dilakukan selama masa kampanye beberapa bulan terakhir belum terlihat di tengah masyarakat.
Menurutnya, catatan prestasi Jokowi selama memimpin Indonesia dalam empat tahun terakhir belum didengar oleh masyarakat Jabar.
"Bukan tidak bekerja, tapi belum tampak. Di masyarakat yang terlihat selama ini hanya alat peraga kampanye, tapi pendekatan belum tampak. Meskipun masyarakat tahu Jokowi capres, tapi upaya pemulihan dengan menceritakan prestasi Jokowi itu masih belum cukup kuat," ucapnya.
Peluang Prabowo di Jateng
Pengamat politik dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Agus Rianto, mengatakan harapan Prabowo untuk memperoleh suara di Jateng dibandingkan Pilpres 2014 sangat terbuka.
Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari sambutan dan aspirasi yang diberikan masyarakat pada kampanye yang dilakukan oleh tim Prabowo-Sandi.
"Usaha itu akan ada hasilnya karena beberapa kunjungan [paslon] 02, terutama Sandi sambutannya lumayan cukup diapresiasi, walau mungkin tak sebesar ekspektasi menjungkirbalikkan pemenang," kata Agus.
Menurutnya, upaya Prabowo meraih suara lebih banyak dibandingkan dari Pilpres 2014 juga terbuka bila melihat karakter pemilih di Jateng. Agus berkata, tidak semua pemilih loyal terhadap PDIP walaupun Jateng terkenal sebagai 'kandang banteng'
"Tidak semua pemilih loyal PDIP, walau mayoritas PDIP karena sejak 1971 itu selalu PDIP pemenang," ujarnya.
Dia menerangkan strategi politik yang digunakan Prabowo-Sandi turut membuka peluang mendapatkan perolehan suara lebih besar tersebut. Namun begitu, Agus meyakini, penambahan perolehan suara Prabowo tidak akan melesat signifikan dari perolehan di Pilpres 2014 silam.
Lebih lanjut dia menyampaikan, Prabowo dapat memperoleh dukungan suara yang lebih banyak di kantong-kantong suara Sudirman Said saat mencalon diri menjadi Gubernur Jateng pada 2018 silam. Wilayah itu meliputi Brebes, Magelang, Cilacap, dan Semarang.
Prabowo-Sandi, lanjutnya, memiliki harapan mendapatkan banyak suara dari pemilih yang taraf kehidupannya menengah ke atas yang berada di sejumlah kota besar di Jateng.
Sementara untuk dukungan suara yang sulit diperoleh oleh Prabowo, dia memprediksi berasal dari kawasan Pantai Utara (Pantura) dan Solo Raya.
"[Di kota besar] relatif malah bisa karena [pemilih] menengah ke atas, kalau pemilih di kelompok bawah agak sulit berubah pilihan karena bukan pemilh rasional tapi fanatis," kata Agus.
[Gambas:Video CNN] (mts/ugo)