Jakarta, CNN Indonesia -- Acara keagamaan kembali digelar di Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada Kamis (21/2) sore hingga tengah malam. Kali ini
Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta yang menjadi inisiator. Nama acara itu sendiri adalah
Malam Munajat 212.
Beberapa hari sebelumnya, sejumlah pihak sudah membeberkan agenda utama Malam Munajat 212. Staf Informasi dan Komunikasi MUI Jakarta Nanda mengatakan acara bakal diisi dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dan negara. MUI Jakarta, kata Nanda, bekerja sama dengan majelis taklim se-Jabodetabek.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengatakan hal yang tak jauh berbeda. Ketua Bidang Advokasi PA 212 Damai Hari Lubis menyebut acara akan diisi dengan doa bersama dimulai dengan salat Maghrib berjamaah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI)
Rizieq Shihab pun turut mengeluarkan imbauan beberapa hari sebelum Malam Munajat 212 digelar. Dia meminta umat muslim datang ke Monas untuk doa bersama demi keselamatan bangsa.
Tidak ada pihak yang menyebut bahwa Malam Munajat 212 merupakan acara yang bertujuan untuk menggalang kekuatan politik. Baik untuk mendukung parpol, caleg, atau capres-cawapres tertentu.
Akan tetapi, panorama di Monas pada pelaksanaan Malam Munajat 212 berkata lain. Begitu banyak pemandangan dan orasi yang bernuansa politis.
Pose 2 Jari ala Pendukung Prabowo-SandiPara pendukung pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memiliki kode tertentu untuk menunjukkan pilihannya pada Pilpres 2019. Mereka kerap mengacungkan ibu jari atau jempol dan telunjuk secara bersamaan. Umumnya, itu ditemui di acara deklarasi dukungan atau agenda yang memang dihelat oleh timses.
Namun, kode dua jari itu juga mudah ditemui pada saat Malam Munajat 212 di Monas yang merupakan tempat terbuka.
CNNIndonesia.com tidak mendapati tokoh politik atau massa yang hadir meneriakkan nama Prabowo atau Sandi. Hanya sebatas kode dua jari yang seolah tak sungkan untuk diumbar.
Tokoh politik yang jelas menunjukkan pose dua jari ala pendukung Prabowo adalah Siti Hediyati Haryadi atau Titiek Soeharto. Pemandangan itu sudah diberitakan oleh sejumlah media.
Bahkan, meski tak mengajak massa untuk memilih atau meneriakkan nama Prabowo, Titiek tak ragu berpose dua jari di atas panggung. Titiek sendiri adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya yang merupakan pendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
"Kami doakan mudah-mudahan menjadi ibu negara," tutur salah seorang panitia dari atas panggung menggunakan pengeras suara, Kamis (21/2).
 Titiek Soeharto didoakan jadi ibu negara di malam munajat 212. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Wakil Ketua DPR Fadli Zon juga berpose dua jari saat berada di Monas untuk menghadiri Malam Munajat 212. Sejumlah media juga memberitakan hal tersebut. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menunjukkan pose dua jari saat masih berada di dalam mobilnya.
Selain tokoh politik, massa yang hadir juga sering menunjukkan pose dua jari ala pendukung Prabowo secara bersamaan. Mereka melakukan itu, misalnya ketika tengah berada dekat dengan Titiek Soeharto, Fadli Zon atau tokoh politik lain yang hadir di lokasi. Seolah ingin menegaskan paslon pilihannya dalam Pilpres 2019.
 Pose dua jari turut mewarnai malam munajat 212. (REUTERS/Willy Kurniawan) |
Massa Malam Munajat 212 tidak hanya terpusat di sekitar panggung utama. Ada yang berada jauh dari panggung, pula tidak sedikit yang berada di luar Monas.
CNNIndonesia.com sempat mendapat anak-anak muda tengah menaiki mobil bak seraya bersorak ria melantunkan lagu Ganti Presiden bersama-sama. Itu terjadi di luar kawasan Monas.
Malam Munajat 212 diisi dengan rangkaian salat berjamaah dan doa bersama. Massa yang hadir tampak begitu khusyuk mengikuti doa-doa yang diucapkan seseorang menggunakan pengeras suara. Selain doa, panitia juga memperkenalkan mars Aksi Bela Negeri kepada massa yang hadir. Berikut penggalan liriknya.
Ulama komando kami
ijtimak pegangan kami
untuk pilih presiden RI
kami taat kami patuhi
Allahuakbar 3x
Aksi Bela Negeri 3x
Istilah ijtimak sudah akrab bagi publik sejak beberapa bulan terakhir. Ijtimak juga sudah terasosiasi dengan aliran dukungan terhadap Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama yang menginisasi ijtimak ulama. Keputusan Ijtimak yang diwakili oleh puluhan ulama dari berbagai wilayah Indonesia adalah mendukung Prabowo-Sandi dalam
Pilpres 2019.
Malam Munajat 212 juga diisi dengan sambutan beberapa tokoh politik yang hadir. Salah satunya adalah Ketua MPR yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Diketahui, PAN termasuk koalisi parpol pengusung paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi.
Dalam sambutannya, Zulhas sempat menyinggung soal presiden. Bahkan, dia yang mengajak massa untuk meneriakkan kata 'dua'. Pemandangan itu telah diberitakan oleh sejumlah media.
"Persatuan nomor satu, soal presiden?" ucap Zulhas.
"Nomor dua!" pekik massa menimpali Zulhas.
Zulhas melakukan itu sebanyak tiga kali. Pewarta sempat bertanya kepada Zulhas terkait makna sambutannya tersebut. Dia hanya menekankan bahwa dirinya ingin ada persatuan meski akan ada kontestasi pemilihan presiden oleh rakyat.
"Kita sepakat demokrasi Pancasila. Kedaulatan di tangan rakyat. Kita milih pemimpin milih presiden, wakil rakyat setiap lima tahun. Itu sesuatu biasa memilih antarkita, bukan perang. Bukan melawan Belanda, maka harus jaga persatuan damai," kata Zulhas.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon, seperti halnya Zulhas, juga mendapat kesempatan untuk memberi sambutan dari atas panggung. Menggunakan pengeras suara, dia mampu membuat sebagian besar massa menyimak dengan saksama.
 Peserta malam munajat 212 Salat Maghrib berjamaah. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Fadli menyinggung soal kondisi ekonomi Indonesia dewasa ini. Menurutnya, masyarakat semakin susah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hingga kemudian dia memancing massa untuk meneriakkan solusi yang tepat atas permasalahan tersebut.
"Kalau demikian, apa yang harus kita lakukan?" tutur Fadli.
"Ganti presiden," teriak massa bersamaan.
Kepada pewarta, Fadli menilai tidak ada hal-hal bernuansa politik praktis dalam acara Malam Munajat 212. Alasannya, tidak ada tokoh yang melontarkan ajakan untuk memilih parpol, caleg, atau capres-cawapres tertentu. Fadli menganggap semuanya masih dalam koridor yang tepat dan tidak bisa disebut sebagai kampanye.
"Kalau saya lihat tidak ada ya yang menyangkut masalah ajakan atau apa yang terkait dengan itu. Semua saya rasa masih dalam koridor. Ya, tentu harus ada bumbu-bumbu, biasa itu bagian dari sebuah retorika untuk memberikan sambutan atau memberikan pencerahan," tutur Fadli di Monas.
Dalam Peraturan KPU No 32 tahun 2018, kampanye berupa rapat umum belum boleh dilaksanakan saat ini oleh capres-cawapres maupun timsesnya. Rapat umum sendiri berarti kampanye di tempat terbuka dan dihadiri oleh ribuan orang. Rapat umum boleh dilaksanakan pada 24 maret-13 April mendatang.
[Gambas:Video CNN]