Jakarta, CNN Indonesia -- Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah dengan daftar pemilih tetap (DPT) terbanyak dibanding wilayah lain pada
Pemilu 2019. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU) jumlah pemilih di Tanah Pasundan itu sebanyak 33,2 juta orang.
Tak ayal Jawa Barat menjadi lumbung suara nasional dan menjadi rebutan pasangan capres-cawapres 01
Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan paslon 02
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kedua pasangan calon pun mengklaim paling unggul di Jawa Barat.
Melihat hasil survei sejumlah lembaga, Jokowi-Ma'ruf unggul sementara dari Prabowo-Sandi di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Center for Strategic and International Studies (CSIS) misalnya yang menyebut Jokowi-Ma'ruf memperoleh 47,4 persen, sementara Prabowo-Sandi 42,1 persen.
Kemudian survei Indopolling Network menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mendapat 41,7 persen, sementara Prabowo-Sandi 37,9 persen. Sementara Rectoverso Institute merilis Jokowi-Ma'ruf mendapat 48 persen, sementara Prabowo-Sandi 47 persen.
Di sisi lain hasil survei lembaga asal Australia memperlihatkan hal berbeda. Prabowo-Sandi unggul dengan 52,5 persen dari Jokowi-Ma'ruf yang mendapat 47,5 persen.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan Jawa Barat adalah wilayah bergengsi untuk dimenangkan pasangan calon.
Sebagai provinsi dengan daftar pemilih terbanyak dibanding provinsi lain, Jawa Barat pun menjadi tempat bertarung utama bagi Jokowi maupun Prabowo dalam Pilpres 2019.
"Menang di Jawa Barat merupakan gengsi tersendiri," kata Ujang kepada
CNNIndonesia.com.
Ujang menilai sebagai petahana, Jokowi tentu tak mau kehilangan muka dengan kalah kembali dari Prabowo seperti pada Pilpres 2014. Saat itu Prabowo mendapat 59,78 persen suara, sedangkan Jokowi 40,22 persen suara.
Menurut Ujang, dengan label sebagai wilayah pemilih terbanyak, kekuatan tim kampanye Jokowi pun banyak menyasar masyarakat Jawa Barat.
"Jadi karena Jawa Barat yang bergengsi tersebut dengan pemilih yang terbanyak di Indonesia, maka seluruh kekuatan 01 banyak menyasar pemilih di Jawa Barat," ujarnya.
Ujang berpendapat baik Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandi memiliki peluang yang sama untuk menang di Bumi Parahyangan. Menurut dia, bila Jokowi menang kemungkinan selisihnya sangat tipis dengan Prabowo, begitu pun sebaliknya.
"Ini masih ada peluang saling mengalahkan. Tentu ini menjadi tantangan sendiri bagi capres dan cawapres untuk memikat hati masyarakat Jawa Barat, sehingga bisa unggul memenangkan pertarungan 17 April," kata Ujang.
Ujang menyebut waktu kampanye pasangan calon tinggal tiga hari lagi. Namun, kata Ujang, masing-masing pasangan calon akan memanfaatkan masa tenang, dari 13 sampai 17 April untuk mendulang suara demi kemenangan di Jawa Barat. Sebab masa tenang rawan akan gerilya politik seperti politik uang dan lain-lain.
"Hari tenang merupakan hari-hari yang rawan hingga hari H. Rawan
money politic dan gerilya politik," ujarnya.
Selama masa kampanye ini, baik Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandi sama-sama sudah turun ke sejumlah wilayah di Jawa Barat. Jokowi sudah melakukan kampanye terbuka di Cirebon, Indramayu, Karawang, dan Bandung.
Kemudian Prabowo telah menyapa masyarakat secara langsung di wilayah Kabupaten Bogor, Ciamis, Bandung, hingga Garut. Belum lagi masing-masing pendampingnya, Ma'ruf dan Sandi yang sudah berkampanye di sejumlah wilayah di Jawa Barat.
Faktor Debat TerakhirPengamat dari Universitas Padjadjaran Idil Akbar mengatakan, berdasar survei sejumlah lembaga, Jokowi-Ma'ruf masih unggul di wilayah Pantura, seperti Cirebon, Indramayu, Subang, Majalengka, dan Karawang.
Selain itu, Jokowi-Ma'ruf juga unggul di kawasan Parahyangan Timur, meliputi Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, dan Banjar.
Sementara, lanjut Idil, pasangan Prabowo-Sandi unggul di wilayah metropolitan seperti Bandung, Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Depok. Prabowo-Sandi juga unggul di kawasan Parahyangan Barat meliputi Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.
"Jadi saya kira memang daerah pertarungan di Jawa Barat masih belum bisa dikatakan siapa yang akan memenangkan calon. Cuma secara umumnya untuk Jawa Barat Jokowi lebih unggul dari Prabowo," ujar Idil kepada
CNNIndonesia.com.
Idil menilai untuk sementara berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga Jokowi memang unggul dari Prabowo, namun tipis. Kondisi ini, kata Idil, sudah berbalik dari hasil Pilpres 2014. Salah satu faktornya adalah pendekatan personal yang dilakukan Jokowi selama 4 tahun ini.
Lebih jauh Idil belum melihat secara jelas faktor dukungan kepala daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota memberikan dampak elektoral bagi-bagi masing-masing pasangan calon.
Menurut Idil, banyak kepala daerah di Jawa Barat yang tidak terang-terangan mendukung pasangan calon. Ia menyebut hanya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang sudah jelas menyatakan dukungan untuk pasangan nomor 01.
Sementara dikutip dari
Antara, kepala daerah tingkat kabupaten/kota di Jawa Barat yang mendukung Jokowi-Ma'ruf sebanyak 22 kepala daerah, sedangkan 5 kepala daerah yang tak mendukung Jokowi-Ma'ruf yakni Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, dan Kota Depok.
"Kalau secara
undeground tentu mereka mempunyai tanggung jawab moral untuk membantu," kata Idil.
Idil menambahkan acara debat terakhir pada 13 April mendatang juga bisa menjadi faktor penentu masyarakat jatuhkan pilihan. Menurut dia, masyarakat akan melihat debat terakhir sebagai penampilan puncak masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden.
"Debat itu cukup memberikan pengaruh, orang akan melihat itu sebagai penampilan puncak," tuturnya.
Kubu 01 Fokus di Bekasi, Bogor, SukabumiKetua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Barat Jokowi-Ma'ruf, Dedi Mulyadi mengakui pihaknya masih berat di wilayah penduduk besar, seperti Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Karena itu Dedi menyebut pihaknya menaruh fokus lebih kepada tiga wilayah itu.
Menurut Dedi, ketiga wilayah itu memiliki DPT yang cukup besar. Ia mengatakan Kabupaten Bekasi memiliki sekitar 2 juta pemilih, Kabupaten Bogor sekitar 3 juta pemilih, dan Kabupaten Sukabumi sekitar 2 juta pemilih.
"Sehingga ketiga daerah itu mendapat perhatian secara seksama, karena kan untuk kemenangan cukup besar kontribusinya," kata Dedi kepada
CNNIndonesia.com.
Politikus Partai Golkar itu mengatakan sejumlah kegiatan sudah dilakukan pihaknya di tiga wilayah itu dan wilayah lainnya di Jawa Barat. Kegiatan-kegiatan itu, kata Dedi dilakukan jaringan partai politik hingga relawan.
Dedi mengakui pihaknya juga mengerahkan 'kiai kampung' dalam menggalang suara masyarakat untuk memilih Jokowi-Ma'ruf. Kata dia, 'kiai kampung' itu merupakan pendamping untuk meluruskan berita hoaks tentang Jokowi kepada masyarakat.
Dedi mengatakan bahwa masyarakat Jawa Barat banyak termakan hoaks tentang Jokowi.
"Di situlah peran para ustaz, para dai, yang memiliki afiliasi politik pada pasangan 01 untuk memberikan penjelasan," ujarnya.
Dedi mengatakan sebenarnya tak ada kesulitan menggalang suara masyarakat Jawa Barat untuk memilih Jokowi-Ma'ruf. Namun, yang berat adalah membersihkan pengaruh hoaks yang sudah tertanam di dalam pikiran masyarakat Jawa Barat.
"Sebenarnya secara umum tidak ada yang sulit tetapi yang berat itu membersihkan seluruh anasir hoaks yang sudah ada dalam pikiran orang," katanya.
[Gambas:Video CNN]