Kivlan Zen Merasa Difitnah soal Aliran Dana Habil Marati

CNN Indonesia
Rabu, 19 Jun 2019 04:07 WIB
Tersangka kasus kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen telah dikonfrontasi dengan tersangka perencana pembunuhan empat tokoh nasional, Habil Marati.
Tersangka kasus kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tersangka kasus kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen telah menjalani agenda konfrontasi dengan tersangka perencana pembunuhan empat tokoh nasional, Habil Marati serta sejumlah saksi lainnya.

Kivlan keluar dari Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada Rabu (19/6) sekitar pukul 00.15 WIB. Ia tiba untuk menjalani agenda konfrontasi tersebut pada Selasa (18/6) sekitar pukul 16.55 WIB.


Tak seperti pemeriksaan sebelumnya, kali ini Kivlan mau meladeni sejumlah awak media yang telah menunggunya. Meski begitu, ia tetap tak mau banyak berkomentar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di hadapan awak media, Kivlan mengaku bahwa dirinya merasa difitnah atas informasi soal aliran dana dari Habil Marati kepada dirinya.

"Saya difitnah, saya difitnah," kata Kivlan.

Namun, Kivlan tak menjelaskan lebih lanjut mengapa dirinya merasa difitnah atas aliran dana tersebut.


Lebih lanjut, mantan Kepala Staf Kostrad ini menyampaikan dirinya tak merasa ada kejanggalan dalam proses konfrontasi dengan saksi.

"Enggak ada (yang) janggal (dari konfrontasi saksi)," ujarnya.

Pada Senin (17/6) kemarin, Kivlan juga menjalani pemeriksaan di Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Pemeriksaan itu dilakukan dalam kapasitas Kivlan sebagai saksi bagi Habil Marati dalam kasus rencana pembunuhan empat tokoh nasional.

Kuasa hukum Kivlan, Muhammad Yuntri sebelumnya sempat menyebut bahwa Kivlan mengaku menerima uang dari Habil Marati. Kivlan berdalih uang itu dipakai untuk urusan yang berkaitan dengan kampanye antikomunisme.

"Mengakui, tapi tidak sesuai informasi. Hanya untuk demo dan tidak ada kaitan untuk pembelian senjata, tidak ada sama sekali," kata Yuntri, Senin (17/6).

Yuntri menjelaskan uang yang diterima kliennya dari Habil dipakai untuk membiayai unjuk rasa menyambut momentum Supersemar sebesar Sin$4ribu dan untuk kampanye antikomunisme di sejumlah daerah sebesar Rp50 juta.

Ia mengklaim uang itu bersifat sukarela dari Habil, namun ia tak bisa memastikan uang itu murni dari kantong pribadi Habil semata atau tidak.


[Gambas:Video CNN] (dis/pmg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER