Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Joko Widodo mengakui sistem kesehatan nasional tidak akan mampu menangani wabah
virus corona (Covid-19) jika masyarakat panik. Atas dasar pertimbangan itu, pemerintah sempat merahasiakan sebagian informasi seputar penanganan Covid-19.
"Kita sampaikan awal-awal saat ditemukan pasien 01, 02. Saya menyampaikan agar hati-hati menyampaikan informasi ke lapangan agar tidak membuat masyarakat panik. Karena kalau panik, sistem kesehatan nasional kita enggak akan mampu menangani ini," ujar Jokowi dalam siaran Mata Najwa, Rabu (22/4) malam.
Ia memberi contoh, akibat dari kepanikan masyarakat akan berpengaruh terhadap kesiapan rumah sakit yang kemungkinan besar disambangi banyak orang untuk melakukan tes virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau semua orang berbondong-bondong ke Rumah Sakit, minta diperiksa, minta dites, enggak akan mampu. Negara mana pun enggak akan mampu," katanya.
Belakangan, Jokowi meminta jajarannya agar menyajikan semua informasi yang berkaitan dengan penanganan pandemi Covid-19 secara terpadu dan terbuka.
Jokowi ingin semua data terkait dengan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP), jumlah orang dalam pemantauan (ODP), pasien positif, hingga pasien meninggal serta telah sembuh bisa diakses masyarakat.
"Data terpadu ini menyangkut PDP, ODP, yang positif kemudian yang sembuh, yang meninggal, jumlah untuk yang sudah di PCR berapa, ada semuanya dan terbuka sehingga semua orang bisa mengakses data ini dengan baik," kata Jokowi saat membuka Rapat Terbatas (Ratas) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/4).
Mantan Wali Kota Solo itu pun menegaskan bahwa saat ini pemerintah sama sekali tidak menutupi data terkait kasus Covid-19. Sebab, terang dia, data-data yang telah disampaikan kepada publik bersumber dari setiap daerah yang kemudian dikonsolidasikan dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional dan Kementerian Kesehatan.
"Apa yang tidak terbuka. Saya kadang-kadang tidak mengerti," katanya.
Pasien positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia hingga Rabu (22/4) berjumlah 7.418 kasus. Sebanyak 635 orang di antaranya meninggal dunia dan 913 orang dinyatakan sembuh.
"7.418 orang, ini adalah positif terkonfirmasi dengan menggunakan real time PCR," kata Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam konferensi pers, di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (22/4).
(ryn/wis)
[Gambas:Video CNN]