Herd Immunity Tak Dianjurkan untuk Atasi Corona di Indonesia

CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2020 20:57 WIB
Petugas medis berjalan melewati fasilitas baru untuk pasien anak yang terinfeksi virus corona (COVID-19) di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Kamis (30/4/2020). Kapasitas ruangan untuk penanganan pasien Corona RS tersebut bertambah dari sebelumnya dilakukan di tiga lantai Gedung Kiara (lantai 1, 2, dan 6) menjadi empat lantai dengan tambahan di lantai 4. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nz
Ilustrasi penanganan virus corona. (ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli epidemiologi dan biostatisik, Iqbal Elyazar, mengatakan herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan cara yang berisiko dalam mengatasi pandemi virus corona di Indonesia.

Herd immnunity atau kekebalan kelompok ini merupakan kondisi saat sebagian besar orang dalam suatu kelompok memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.

Dalam pandangan Iqbal, penanganan Covid-19 tidak bisa hanya mengandalkan pada imunitas atau kekebalan tubuh semata. Terlebih lagi jika pasien-pasien tersebut merupakan kelompok rentan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masalahnya kita tidak pernah tahu ada orang yang imunitasnya baik atau tidak," ujar Iqbal dalam video conference, Selasa (12/5).

Dalam pemaparannya, Iqbal menjelaskan bahwa sekitar 80 persen kasus positif Covid-19 tidak menimbulkan gejala (OTG), 15 persen dengan gejala sedang, sementara 5 persen lainnya dengan gejala berat dan berisiko kematian.

Kelompok 5 persen ini merupakan penderita Covid-19 dengan gejala berat, biasanya merupakan pasien dengan penyakit bawaan (komorbid) dan pada banyak kasus diderita oleh orang dengan usia lebih dari 46 tahun.

"Bayangkan [yang] 5 persen itu dari 10.000 kasus, itu besar, sangat luar biasa jumlah kematian pada kelompok yang berat ini," ucap Iqbal.

"Jadi herd immunity itu berisiko karena kita ingin menjaga yang 5 persen tadi. Dengan begitu herd immunity tidak dianjurkan," tutur Iqbal menambahkan.

Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan langkah yang semestinya diambil pemerintah saat ini adalah dengan memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk melindungi kelompok usia rentan dari virus yang dibawa oleh OTG.

Terlebih lagi di beberapa wilayah di Indonesia, PSBB masih belum dilakukan secara serempak. Padahal angka kasusnya terus bertambah setiap harinya.

"Tidak hanya pulau Jawa-Bali, tapi ada kekhawatiran juga di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi yang hampir 1.000 kasus. Sepatutnya PSBB diperketat untuk memutus penularan dari OTG," kata Iqbal.

Sebelumnya Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengimbau masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk meningkatkan imunitas dalam melawan Covid-19.

"Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk meningkatkan imunitas," ujar Yuri kepada CNNIndonesia.com, Minggu (10/5).

Selain menerapkan PHBS, Yuri juga meminta setiap orang untuk mengikuti protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta tetap diam di rumah demi memutus mata rantai penyebaran virus dari OTG ke kelompok rentan.

Untuk mencegah penularan virus, pemerintah juga menerapkan PSBB dan sempat memberlakukan larangan mudik. Namun baru-baru ini, pemerintah menerapkan aturan baru dengan memperbolehkan pengoperasian moda transportasi untuk masyarakat yang dikecualikan. (mln/gil)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER