Batam, CNN Indonesia -- Dua anak buah kapal (
ABK) kapal Lu Qing Yuan Yu 901 berbendera China yang terjun ke laut disebut sempat dijanjikan gaji Rp50-60 juta sebagai pelayan di Korea. Mereka kemudian dijemput di Singapura sebelum kemudian menjalani
penyiksaan di kapal tersebut.
Sebelumnya, dua orang itu, Reynalfi Sianturi (22) dan Andri Juniansyah (30) ditemukan di Perairan Perbatasan Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (6/6), setelah terapung selama sekitar 7 jam. Mereka mengaku tak digaji dan tak pernah turun ke darat sejak masuk kapal.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kepri Kombes Arie Dharmanto mengungkapkan kepolisian kemudian meringkus perekrut dua ABK itu, Saripuddin, di Cileungsi, Bogor, Rabu (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Saripuddin) ini yang bertugas mencari orang-orang yang mau kerja atau korban. Dia berpindah-pindah, kadang di Jakarta, kadang di Depok dan kadang di Bogor," kata , Kamis (11/6).
Arie menjelaskan Saripuddin merekrut para korban hanya melalui sambungan telepon. Kepada para korban, pelaku menjanjikan pekerjaan sebagai pelayan restoran di Korea dengan gaji Rp50-60 juta per bulannya.
Kkorban, katanya, juga dimintai sejumlah uang untuk pengurusan dokumen seperti paspor dan biaya perjalanan dari daerah asal menuju Singapura.
"Jadi mereka (korban) ini berangkat ke Singapura. Sampai di sana, mereka dijemput oleh seseorang dan langsung masuk ke kapal. Kapal itu langsung lepas jangkar dan berlayar," terang Arie lagi.
 Foto: Astari Kusumawardhani |
Terkait orang yang menjemput korban di Singapura, Arie menjelaskan, dari hasil pemeriksaan terhadap korban, diketahui bahwa pelaku tersebut merupakan warga negara asing.
"Mereka (dua ABK) enggak kenal, katanya [penjemput] enggak bisa bahasa Indonesia. Artinya WNA," tutur Arie.
Selama berada di atas kapal Cina tersebut, korban mengaku kerap dipukuli oleh majikan dan perlakuan tak menyenangkan lainnya.
"Mereka disiksa, dipukuli, disabet, dipecut. Dan mereka sudah cukup lama berada di kapal, sudah beberapa bulan. Mereka terus di atas kapal, enggak turun-turun, muter-muter kapalnya," jelas Arie.
Guna proses penyidikan lebih lanjut, Arie mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengingat jaringan yang tengah diungkap merupakan jaringan internasional.
"Ini sudah menjadi perhatian internasional. Baik lembaga pemerintah maupun lembaga pemerhati hak asasi manusia. Terlebih di atas kapal itu masih ada 10 WNI lainnya," kata Arie.
(dek/arh)
[Gambas:Video CNN]