Surabaya, CNN Indonesia -- Pakar
epidemiologi Universitas Airlangga (
Unair) Surabaya, Windhu Purnomo menyayangkan kebijakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan kepala daerah lainnya yang mengizinkan
pesantren boleh dibuka kembali. Menurut Windhu, penyebaran
virus corona masih memprihatinkan.
Dia mengatakan angka infeksi penularan virus corona (Covid-19) di Jatim masih terbilang tinggi, dengan angka reproduksi efektif atau Rt di atas angka 1.
"Jadi saya tidak mengerti apa pertimbangan dari kepala daerah itu [membuka pesantren], seharusnya tahan dulu karena Rt masih di angka 1," ujae Windhu kepada
CNNIndonesia.
com, Senin (15/6).
Windhu mengatakan pesantren termasuk salah satu tempat yang memiliki risiko penularan penyakit tinggi. Hal itu berdasarkan pengalamannya sendiri saat bekerja sebagai kepala puskemas di Mojokerto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu pernah bekerja sebagai kepala Puskesmas di Mojokerto. Kecamatan saya ada empat pesantren besar dan saya secara periodik mesti mendatangi pesantren untuk melihat kondisi kesehatan para santrinya," ujarnya.
Di empat pesantren besar itu, kata dia, para santri biasa berwudhu dalam satu kolam besar tanpa air mengalir dan tidur berdesakan dalam satu kamar. Hal itu tentu memudahkan potensi menularnya penyakit.
"Mereka itu wudhunya sudah di satu kolam yang besar, tidak pakai air mengalir, tidurnya satu kamar berdesak-desakan itu. Satu sakit mata semua sakit mata," kata Windhu.
"Bayangkan kalau ini diaktifkan kembali sementara kondisi belum aman, jadi saya bingung. Pesantren itu kan kondisinya kayak gitu secara umum," tambahnya.
Ia menuturkan sekolah yang bersifat normal saja masih sangat berbahaya jika kembali dibuka di kondisi sekarang. Apalagi lembaga pendidikan yang mengharuskan anak didiknya menginap, seperti pesantren.
Jika pesantren tetap ingin kembali buka, ia meminta pengasuh dan pengurus pondok menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Seperti mengatur jarak, memakai masker, pengecekan suhu tubuh dan lainnya.
Ia juga tak menampik bahwa ada sejumlah pesantren di Jatim yang telah siap menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya yakni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo.
"Ada pesantren-pesantren yang lebih siap seperti Gontor. Tapi banyak pesantren di Jatim itu yang seperti itu kondisinya. Pesantren besar tapi ya itu secara higienis dan sanitasi nya itu tidak bagus," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa sejumlah pondok pesantren di seluruh Jatim sudah bisa kembali buka dan memanggil seluruh santrinya, secara bertahap, mulai hari ini Senin (15/6).
Syarat utama pondok pesantren bisa menggelar kembali aktivitas pendidikannya, yakni mereka haruslah menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat.
Keputusan Khofifah itu termaktub dalam Surat Gubernur Jatim bernomor 188/3344/101.1/2020 tertanggal 29 Mei 2020 yang ditujukan kepada bupati dan wali kota se-Jatim dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
"Jadwal kembalinya santri ke pondok pesantren dapat dimulai tanggal 15 Juni 2020 dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi dan kesiapan pondok pesantren masing-masing untuk menerapkan protokol kesehatan dengan mentaati sepenuhnya hasil koordinasi pengelola pondok pesantren dengan pemerintah kabupaten/kota dan Forkompimda setempat," kata Khofifah, Minggu (14/6).
(frd/bmw)
[Gambas:Video CNN]