Kemenkes Tak Ingin Angka Kematian Corona Buat Warga Pesimis

CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2020 04:40 WIB
Kemenkes tak pernah membandingkan angka kematian pasien Covid-19 Indonesia dengan negara lain.
Kemenkes tak ingin angka kematian Covid-19 buat masyarakat pesimis. Ilustrasi (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto mengatakan angka kematian pasien terpapar virus corona (Covid-19) di beberapa provinsi memang tinggi. Secara nasional angka kematian pasien Covid-19 Indonesia sebesar 4,2 persen.

Yuri menyebut pihaknya tak membandingkan angka tersebut dengan negara lain, tetapi melihat kapasitas di dalam negeri dalam menangani pasien Covid-19.

"Bagi kita mendapat angka ini bukan kemudian membandingkan dengan negara lain tapi melihat kapasitas kita. Karena kapasitas kita tidak menjadi baik hanya karena melihat kapasitas negara lain lebih baik," kata Yuri sambil memperlihatkan data angka kematian Covid-19 dalam webinar, Kamis (3/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuri mengatakan tak ingin informasi terkait angka kasus Covid-19 memunculkan pesimisme selama penanganan pandemi. Menurutnya, semua pihak harus membangun optimisme di tengah pandemi virus corona.

"Ini adalah informasi yang perlu kita bangun agar tidak memunculkan pesimisme, menyalahkan diri, tidak memunculkan rasa minder. Kita harus membangun optimisme," ujarnya.

Kesalahan mengartikan isolasi, kata Yuri, juga berakibat pada sulitnya penanganan Covid-19. Yurianto mengatakan masih banyak masyarakat yang mengartikan isolasi sebagai pengucilan.

"Isolasi menjadi dilematis bagi kita karena satu sisi stigmatisasi masyarakat masih ada, itu terjemahan di masyarakat kalau isolasi itu harus dikucilkan, padahal isolasi bukan pengucilan," katanya.

Tantangan selanjutnya ialah dalam strategi pengendalian Covid-19. Yurianto mengakui bahwa upaya tracing dan testing belum maksimal. Meskipun pihaknya masih terus berupaya meningkatkan kapasitas testing agar merata di seluruh provinsi.

"Kita mengakui bahwa testing-tracing itu belum maksimal, tapi ini kesempatan baik dengan adanya Covid ini kita bisa mengevaluasi sistem kesehatan yang kita miliki, tentunya banyak ruang untuk memperbaiki," ujarnya.

Mantan juru bicara pemerintah khusus Covid-19 itu menyebut kapasitas sumber daya manusia (SDM) tenaga medis di daerah belum merata. Terutama untuk tenaga laboratorium yang akan menggunakan mesin PCR untuk memeriksa spesimen.

"Kapasitas belum merata, beberapa daerah mampu membeli PCR, mesinnya,  tetapi tidak mampu menciptakan SDM-nya, sehingga tidak berjalan dengan maksimal. Ini juga jadi hal yang perlu kita pikirkan bersama," ujar Yurianto.

Selain itu, Yurianto menyinggung standar operasional rumah sakit (SOP) yang dibutuhkan dalam pengendalian dan penanganan pasien Covid-19. Ia melihat faktor kedisiplinan untuk patuh pada SOP pengendalian penyakit infeksi masih belum maksimal. 

Ini juga menjadi faktor banyak tenaga medis yang berguguran. IDI mencatat per 31 Agustus lalu sebanyak 100 dokter telah gugur dengan positif Covid-19.

"Saat ini kita semua sadar bahwa menghadapi pandemi ini butuh kedisiplinan mematuhi SOP dalam pengendalian penyakit infeksi. Kami berduka melihat banyak tenaga kesehatan gugur,  tapi disamping itu kami berusaha objektif untuk menganalisa masalahnya, kita yakini banyak yang tertular bukan dalam kapasitas pekerjaan profesinya tapi  karena fungsi sosialnya," katanya.

Lebih lanjut Yurianto mengatakan masa pandemi menjadi ruang untuk terus memperbaiki sistem kesehatan. Pihaknya juga terus melakukan evaluasi.

"Dengan Covid-19 ini kesempatan baik untuk mengevaluasi sistem kesehatan nasional yang kita miliki, dengan pandemi ini banyak ruang yang dapat kita perbaiki," ujarnya.

Hingga hari ini, jumlah kumulatif kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 184.268 kasus. Dari jumlah itu, 132.055 orang dinyatakan sembuh dan 7.750 orang lainnya meninggal dunia. Kasus positif diprediksi akan terus bertambah hingga akhir tahun dan baru mencapai puncaknya pada 2021 mendatang.

(mln/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER