Adang bersandar di undakan lahan sebidang tanah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Tak ada teduh yang melindungi tubuh hitam legamnya dari terik.
Peluh keringat di pelipisnya tak lagi bisa dibendung. Begitu pula raut lelahnya yang tak bisa ia tutupi.
"Iya, lagi istirahat aja ini. Sebentar," kata pria 40 tahun itu menjawab pendek, Rabu (9/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adang adalah satu dari puluhan petugas gali makam untuk jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon. Siang itu, ia dikabari pengelola TPU akan kedatangan 26 jenazah yang harus dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Hingga sekitar pukul 14.30 WIB, Adang bersama sejumlah rekannya mengaku telah kedatangan 16 jenazah Covid-19. Jenazah-jenazah itu datang silih berganti dalam jeda waktu cukup padat.
Pernyataan Adang pada kenyataannya memang bukan bualan. Di lokasi, CNNIndonesia.com mendapati kedatangan ambulans telah mengantarkan tak kurang dari tiga jenazah yang siap dimakamkan dengan protokol Covid-19 dalam rentang waktu kurang dari satu jam.
Kedatangan ambulans-ambulans itu lalu disambut petugas dari Suku Dinas Pertamanan dan Kehutanan Wilayah Jakarta Timur. Mereka yang umumnya terdiri dari empat sampai lima orang itu, memang khusus bertugas memasukkan jenazah ke lubang yang sebelumnya telah disiapkan oleh Adang dan rekan-rekannya.
![]() |
Mereka mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Sebelum prosesi pemakaman, para petugas itu terlebih dahulu disemprot cairan disinfektan, begitu pula setelahnya.
Saat prosesi pemakaman, jenazah telah berada dalam peti putih yang tertutup rapat ketika dikeluarkan dari ambulans. Petugas yang telah bersiap kemudian membawa peti tersebut ke lubang yang telah disiapkan, untuk kemudian langsung dimasukkan.
Usai dimasukkan ke liang lahad, petugas langsung menguruk tanah yang telah digali disusul kumandang azan oleh keluarga yang mengikuti proses pemakaman, bagi keluarga Muslim.
TPU Pondok Ranggon diketahui membagi membagi dua area pemakaman khusus jenazah Covid-19: blok Muslim dan Kristen. Blok Kristen atau non-Islam termasuk memakamkan jenazah dari agama lain, seperti Konghucu, Hindu, maupun Budha.
Adang, bapak empat anak itu mengaku telah 12 tahun atau sejak 2008 bekerja di TPU Pondok Ranggon. Namun, sejak Maret lalu, ia mendapat tugas tambahan sebagai penggali liang makam untuk jenazah dengan protokol Covid-19.
Tugas itu bergilir dalam setiap regu yang terdiri dari 24 orang. Dua minggu dalam sebulan, ia akan bertugas penuh untuk menggali lubang jenazah Covid-19. Sementara dua minggu sisanya, ia bekerja untuk membabat rumput dan menggali lubang untuk jenazah reguler.
Dalam sehari, ia rata-rata bekerja selama 7-8 jam. Jam kerja itu kadang bisa bertambah bergantung pada jumlah jenazah. Hari Rabu (9/9) ini misalnya, dari semula ada 16 jenazah Covid-19 yang akan dimakamkan, menjelang sore ia menerima kabar jumlah jenazah bertambah hingga 32 jenazah.
"Kami kerja di sini dari jam 7, stay, pulangnya setelah tugas selesai, infonya dari dinas sudah habis, baru kami sudah bisa pulang. Ya, paling malam juga jam 9-an," katanya.
![]() |
Dalam sepekan terakhir, Adang menyebut TPU Pondok Ranggon mengalami lonjakan jumlah jenazah. Puncaknya terjadi pada Sabtu (5/9) lalu, saat ia harus menggali 37 lubang untuk jenazah-jenazah itu.
Kendati demikian, jika dirata-ratakan, Adang memperkirakan tak kurang 20 jenazah setiap harinya ke TPU Pondok Ranggon.
"Datanya turun naik. Enggak selalu di angka 30, enggak selalu di angka 20, ya kalau lagi naik, di akhir Agustus itu bisa nyampe 37. 37 itu sudah angka paling tinggi," ucapnya.
Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon, Jaya di memperkirakan jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol Covid-19 saat ini hanya tersisa sekitar 1.100 lubang makam seiring lonjakan kasus dan kematian di Provinsi DKI Jakarta.
Hingga saat ini, kata Jayadi, total ada sekitar 2.000 jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon sejak dibuka per 13 Maret.
Lihat juga:Anies Tarik Rem Darurat, Jakarta PSBB Total |
Belakangan, Pemprov DKI Jakarta kemudian mengonfirmasi telah menambah kapasitas pemakaman bagi jenazah pasien terpapar Covid-19, di TPU Pondok Ranggon.
"Saat ini sudah ada alat berat berupa satu unit buldozer dan excavator yang bekerja setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB untuk persiapan lahan," kata Penanggung Jawab Lapangan dari Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Syamsudin di TPU Pondok Ranggon, seperti dikutip dari Antara, Rabu (9/9).
Sementara itu, Adang melanjutkan, sejak mendapat tugas ekstra dalam kurun waktu enam bulan terakhir, ia mengaku saat ini sudah mulai terbiasa, selain memang karena tanggung jawab pekerjaan. Menurut Adang, tugas menggali lubang untuk jenazah Covid-19 tak berbeda dengan makam-makam pada umumnya.
Hanya saja, ujarnya, dalam dua minggu mendapat giliran bertugas, ia harus lebih bekerja ekstra untuk menyiapkan lubang-lubang galian untuk para jenazah yang jumlahnya tak sedikit itu. Sebab, jika di hari biasa, jumlah galian bahkan tak lebih lima lubang.
"Kalau di sini kan kami gali harus siap terus menyiapkan lubang, sebanyak mungkin. Kalau enggak habis, besok bisa dipakai lagi soalnya kan setiap hari datang jenazah terindikasi Covid ini," kata Adang.
"Kalau di tempat biasa ya, reguler namanya, kami paling 2-3 lubang, kalau di sini kan bisa 20 lubang," ucap dia lagi.
![]() |
Sejak mendapat tugas tambahan ini pula, Adang mengaku mendapat penghasilan tambahan. Meski tak banyak, ia berujar insentif ekstra itu ia terima dengan lancar.
Saat ditanya suka duka, pria bertubuh tambun itu langsung menepis. Ia mengaku lebih banyak mengalami duka selama bertugas menggali lubang untuk jenazah Covid-19.
"Untuk bicara suka duka, kebanyakan duka. Duka kami kerja enggak melihat panas, apalagi musim hujan. Haduh, itulah dukanya malam-malam harus gali makam. Kalau sukanya berkumpul sama teman-teman, gitu aja sukanya, dibawa happy aja biar enggak terkena virus. Jangan dipikirin, kerja aja," kata Adang.
Petugas lain yang kami temui adalah Rahmat. Pria 39 tahun itu tengah leyeh-leyeh istirahat di bawah rimbun pohon yang hanya berjarak sepelemparan batu dari sejumlah makam yang baru saja ia dan teman-temannya gali.
Aroma tanah dan terik matahari langsung menyeruak dari badannya saat kami mendekat. Ia baru saja beristirahat setelah jenazah ke-18 dimakamkan. Ia ditemani tiga sampai lima orang petugas lain yang tengah beristirahat.
Berbeda dengan Adang, Rahmat mengaku telah bekerja di TPU Pondok Ranggon sejak akhir 90an. Ia bahkan mengaku sempat menggali lubang makam untuk para korban kerusuhan di ujung pemerintahan Presiden Soeharto pada 1998.
"Kita dulu tragedi 98 bantuin. Kita penguburannya. Ya, anak kuburanlah istilahnya bantuin," ujar dia sambil terkekeh.
Sejak mulai mendapat tugas tambahan menggali lubang jenazah Covid-19, Rahmat mengaku sempat mengalami trauma. Ia takut ikut terinfeksi virus pandemi yang berasal dari Wuhan, China itu. Ia terutama takut keluarganya akan terinfeksi, apalagi ia baru memiliki anak berusia 7 bulan.
Alhasil, ia mulai rajin mandi. Ia akan mandi sebelum dan setelah bertugas. Untuk membersihkan badan setelah bekerja, ia bahkan sampai menggunakan sabun cuci piring.
"Awal takut sendiri malah. Maret takut sendiri. Gimana biar safety, mandi dulu di sini. Kita mandi pake apa aja. Sunlight kita pake. Detol. Pulang sampe rumah mandi lagi. Maret tuh awal-awal," katanya.
Rahmat tak berharap banyak atas tugasnya dalam tujuh bulan terakhir ini. Ia bahkan mengaku bersyukur telah mendapat insentif lebih atas tugasnya. Terutama kebutuhan fasilitas kesehatan selama ia bertugas, termasuk dengan diberikan vitamin.
(pmg)