Pendeta Yeremia Zanambani tewas karena tembakan diduga dari anggota TNI yang tengah melakukan penyisiran atau pencarian anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9). Sebelum hari kematian Yeremia, diketahui ada aksi penyerangan KKB terhadap anggota TNI yang berujung pada kematian seorang prajurit dan sipil di Distrik Sugapa, Intan Jaya.
"Hari Jumat (18/9) terjadi penyisiran oleh TNI, mereka cari-cari [pelaku penembakan prajurit TNI] dan tidak ketemu. Katanya menurut informasi tidak ada jejak," kata Ketua Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Sinode Wilayah Papua, Pendeta Petrus Bonyadone dalam konferensi pers yang diselenggarakan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) secara daring, Kamis (24/9).
"Jadi ada semacam kecurigaan terhadap warga kami di Hitadipa," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petrus menerangkan pada Sabtu lalu Yeremia bersama istrinya sedang pergi menuju kandang babi dan ternak-ternaknya untuk memberi makan yang tak jauh dari kediaman mereka. Saat itu, tutur Petrus, Mereka berpaspasan dengan personel TNI yang menaruh kecurigaan terhadap pendeta itu. Dikatakan Petrus, aparat menganggap Yeremia hendak memberi makan anggota KKB.
"Tapi bapak ini [Pendeta Yeremia] bilang terus terang kalau tidak [memberi makan KKB]," ujar Petrus.
Singkat cerita, pasangan suami istri ini pun dapat melanjutkan perjalanan untuk memberi makan hewan-hewan ternak miliknya. Namun, sesaat sebelum penembakan terjadi, sang istri kembali ke rumah terlebih dahulu. Yeremia yang tidak bersama dengan istrinya pun kembali bertemu aparat TNI dan diduga ditembak.
Suara tembakannya pun disebutkan terdengar oleh sang istri yang telah berada di rumah. Hal itu kemudian sontak membuat istri korban segera mendatangi lokasi kejadian. Yeremia disebutkan masih sempat berbicara dengan istrinya.
"Jadi kata dia kepada istrinya, 'aduh mama saya sudah ditembak'. Jadi dia menceritakan bagaimana sampai dia ditembak," ujar Petrus.
Namun sesaat setelahnya, nyawa Yeremia sudah tidak dapat tertolong lagi.
Dari penuturannya, Yeremia mengaku kembali dicurigai anggota TNI di sana karena setelah melakukan penyisiran, mereka tidak menemukan pelaku penyerangan anggota TNI.
"Katanya dia [Yeremia] coba mengangkat tangan, bahwa dia tidak melakukan itu. Dan pada saat itu dia ditembak di bahu," ujar Petrus menceritakan kesaksian tersebut.
Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria enggan menanggapi tudingan terkait dengan insiden yang terjadi tersebut. Dia menyatakan bahwa saat ini pihak Kodam Cenderawasih dan Polda Papua telah melakukan penyelidikan terkait insiden tersebut.
Meski demikian, Reza tidak mau membagikan rencana penyelidikan yang akan dilakukan oleh tim gabungan terkait insiden itu.
"Saat ini Kodam dan Polda sedang melaksanakan pendalaman dan investigasi. Bila ada perkembangan akan diinformasikan," ujar dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (24/9).
Hingga saat ini, perkara tersebut masih belum menemukan titik terang. Sebelumnya TNI mengklaim pendeta Yeremia ditembak anggota KKB. Sementara itu kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNBP-OPM) yang disematkan sebutan KKB itu justru menuding balik bahwa prajurit TNI lah yang menembak pendeta tersebut.
Dalam perkembangannya, TNI dan Polri menyatakan melakukan penyelidikan menyeluruh terkait dengan insiden penembakan itu. Sementara, bukan hanya dari kubu aparat, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pun mempersiapkan tim investigasi untuk mengusut kematian Yeremia.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara mengatakan Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua telah menerima aduan langsung dari Dewan Adat Papua, John Gobay terkait insiden penembakan terhadap Pendeta Yeremia tersebut.
Dalam hal ini, desakan penyelesaian kasus oleh tim independen mencuat dari kalangan masyarakat sipil. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak Kapolda Papua membentuk tim independen guna menyelidiki insiden itu. Hal itu juga turut untuk merespons dua informasi berbeda terkait penembakan tersebut.
Lihat juga:Panas Dingin Konflik Papua di Tangan Jokowi |