Pilkada Sumatera Barat diprediksi bakal menjadi ajang bagi para penantang merong-rong pasangan calon petahana. Serangan berupa kritik, sindiran atau jenis lain bakal sering ditujukan kepada petahana ketimbang sesama pasangan calon penantang.
Di Pilkada Sumbar, ada 4 pasangan calon yang akan bertarung. Mereka adalah Nasrul Abit-Indra Catri, Mahyeldi-Audy Joinaldy, Mulyadi-Ali Mukhni, dan Fakhrizal-Genius Umar.
Pasangan calon petahana adalah Nasrul Abit-Indra Catri. Saat ini, Nasrul menjabat Wakil Gubernur Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti Spektrum Politika, Andri Rusta menilai Nasrul-Indra akan sering menjadi bulan-bulanan kritik tiga paslon lainnya. Hal itu dikarenakan Nasrul-Indra berada di posisi yang kuat atau punya kans menang lebih tinggi.
"Nasrul Abit-Indra Catri diusung oleh partai pemenang pemilu nomor satu di Sumbar dan nomor dua di tingkat nasional (Gerindra). Dengan begitu, Gerindra memiliki sumber daya yang ditakuti oleh calon-calon lain," katanya saat dihubungi, Sabtu (26/9).
"Serangan-serangan seperti itu menjadi hal wajar karena penyerang mencari titik lemah untuk menggerus suara Nasrul Abit-Indra Catri. Itu risiko paslon diusung partai tunggal," sambungnya.
Walaupun demikian, Andri Rusta melihat bahwa serangan-serangan itu hanya isu yang bermain pada tingkat elite. Bagi masyarakat awam atau pemilih tradisional, isu itu tidak mempengaruhi pilihan mereka.
Dengan kata lain, serangan itu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap elektabilitas Nasrul-Indra.
"Kecuali isunya Nasrul Abit korupsi, itu baru berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas," ucapnya.
Ia berpendapat target penyerang ialah mengganggu konsentrasi Nasrul-Indra supaya tak fokus melakukan kampanye.
Serangan juga bisa saja terjadi terhadap tim pemenangan atau Gerindra selaku partai tunggal pengusung Indra-Nasrul. Namun, menurut Andri, tidak akan terlalu berpengaruh.
Dihubungi terpisah, pengamat politik Effendi Gazali juga berpendapat serupa. Nasrul-Indra diprediksi akan menerima banyak serangan karena memang dinilai punya kans menang. Terlebih, Nasrul juga calon petahana.
"Menurut teori, calon yang paling kuat itu rentan diserang. Itu terjadi di mana-mana. Dia dianggap lawan bersama," ujarnya.
Soal apakah serangan dapat mempengaruhi elektabilitas paslon yang diserang, Effendi memandang bahwa hal itu bergantung bagaimana cara menghadapinya. Jika tim Nasrul-Indra kreatif menjawab serangan, akan ada titik balik yang menguntungkan.
"Kalau kreatif menjawab serangan, yang diserang justru akan relatif imun. Kemudian mulai muncul simpati terhadap yang diserang sehingga mereka susah dikalahkan," tutur dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu.
Lihat juga:Perang 3 Dinasti Berebut Tangsel di Pilkada |
Ketua Tim Pemenangan Nasrul-Indra, Supardi mengklaim sudah tiga kali menerima serangan sejauh ini.
Serangan pertama ialah pelaporan Indra Catri ke Polda Sumbar atas kasus dugaan pencemaran nama baik. Serangan kedua ialah pelaporan istri Nasrul Abit ke Polda Sumbar atas kasus dugaan pemalsuan dokumen pajak.
Serangan ketiga ialah tuduhan bahwa Nasrul memakai ijazah palsu dalam mendaftar di KPU.
"Kami melihat serangan-serangan itu sebagai black campaign. Kami tidak menuduh siapa-siapa sebagai penyerangnya. Kami dari tim pemenangan tidak terpancing serangan-serangan itu," kata Supardi.
(adb/bmw)