Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar sudah menetapkan dan membagi nomor urut kepada 4 pasangan calon yang akan berkontestasi. Semuanya telah dinyatakan memenuhi syarat untuk ikut pilkada.
Mereka adalah Mohammad Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi dengan nomor urut 1, Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando dengan nomor urut 2.
Kemudian, Syamsu Rizal- Fadli Ananda dengan nomor urut 3 dan Irman Yasin Limpo-Andi Muhammad Zunnun Armin NH dengan nomor urut 4.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Sukri menilai Pilkada Makassar kali ini adalah pertarungan para raksasa. Tak lepas dari latar belakang para calon yang didukung oleh patron politik yang kuat dan jaringan yang luas.
Danny Pomanto dan Syamsu Rizal adalah mantan walikota dan wakil walikota Makassar periode 2014-2019. Irman Yasin Limpo berasal dari dinasti Yasin Limpo, adik Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo.
Andi Muhammad Zunnun adalah putra sulung politikus Golkar, Nurdin Halid. Lalu Munafri Arifuddin adalah CEO PSM, masih kerabat dekat Jusuf Kalla.
"Pertarungan ini kalau boleh saya bilang adalah pertarungan para raksasa, pertarungan besar karena ini adalah kekuatan besar yang saling bersaing. Tidak hanya dilihat pada kandidatnya tapi termasuk latar belakang dan pengalaman mereka," kata Sukri beberapa waktu lalu.
![]() |
Sukri menilai pertarungan di Pilkada Makassar akan berjalan seru. Semua paslon memiliki sumber daya atau modal yang besar untuk saling berebut suara.
"Ini akan jadi sangat seru karena ada empat kutub yang akan saling berhadap-hadapan. Juga karena calon yang akan maju itu adalah tokoh yang secara sosial, politik maupun ekonomi adalah orang-orang yang dianggap mapan. Ditambah lagi dengan orang-orang kuat di belakangnya," terang Sukri.
Banyak paslon yang bertarung di Pilkada Makassar membuat tingkat kerawanan konflik menjadi tinggi. Sukri menilai hal itu tergantung dari sikap para paslon.
Sikap para pendukung yang berlebihan harus bisa ditahan oleh para paslon. Jangan sampai keluar dari aturan main hingga menimbulkan konflik.
"Saya istilahkan seperti di lapangan. Ada empat yang mengambil tempat, bergerak sedikit, pasti akan bersenggolan," ujarnya.
Sukri belum mau memprediksi siapa yang paling berpotensi memenangkan Pilkada Makassar. Sejauh ini pun belum ada hasil survei mengenai elektabilitas paslon.
![]() |
Meski demikian, Sukri mengatakan Danny Pomanto punya kans yang lebih besar. Tak lepas dari riwayatnya sebagai mantan wali kota Makassar.
"Biasanya yang yang pernah menjabat itu atau petahana diuntungkan karena dianggap masih terkait dengan yang lalu yakni Danny Pomanto meski sempat ada jeda," ujarnya.
Lihat juga:Perang 3 Dinasti Berebut Tangsel di Pilkada |
Senada dengan Sukri, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Priyanto juga menilai, empat pasangan yang akan maju di Pilkada Makassar punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Terutama karena mereka atau calon wali kota dan calon wakil wali kota dikawinkan oleh partai pengusungnya.
"Lazimnya perkawinan politik, chemistry hubungan politik mereka belum terukur. Bisa jadi justru mereka saling melengkapi dan memperluas basis dukungan," kata Luhur.
"Bisa juga sebaliknya justru menggerus elektabilitas pasangan. Apalagi jika keduanya berasal dari basis sosiokultural yang berbeda," tambahnya.
Luhur belum mau memprediksi siapa yang saat ini berada di posisi paling berpotensi meraih kemenangan di Pilkada Makassar. Namun, mantan wali kota dan mantan wakil wali kota Makassar punya keuntungan.
"Sebenarnya kandidat petahana selalu punya previlege, dia sudah meninggalkan legacy. Apalagi penantang tidak terkonsolidasi di satu kelompok perlawanan," kata Luhur.