Covid-19 Dianggap Konspirasi, Kasus Positif Tinggi di Sumbar

CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2020 01:27 WIB
Lembaga survei menyebut 39,9 persen warga Sumbar menganggap Covid-19 sebagai konspirasi global, akibatnya angka kasus positif corona tinggi di provinsi itu.
Petugas medis mengambil sampel lendir dari seorang pedagang saat tes swab di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Rabu (20/5/2020). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Padang, CNN Indonesia --

Peneliti Spektrum Politika, Andri Rusta, menilai warga Sumatera Barat banyak yang menganggap Covid-19 sebagai konspirasi global. Menurutnya, hal ini mengakibatkan angka kasus positif Covid-19 tinggi di provinsi itu.

Sebelumnya, lembaga konsultasi dan penelitian itu menyatakan bahwa 39,9 persen masyarakat Sumbar menganggap Covid-19 konspirasi global atau persekongkolan negara-negara besar di dunia.

"Karena menganggap Covid-19 konspirasi global, mereka tidak mematuhi protokol kesehatan. Akibatnya, mereka menyumbang kasus positif Covid-19," ucapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hasil survei Spektrum Politika tentang persepsi masyarakat Sumbar terhadap penanganan Covid-19 oleh pemerintah daerah diketahui bahwa 28,5 persen masyarakat Sumbar sering keluar rumah, 60,3 persen masyarakat sering menggunakan masker di luar rumah, 52,2 persen masyarakat mengakui pentingnya menjaga jarak, dan 66,3 persen masyarakat selalu mencuci tangan atau penyanitasi tangan.

Ahli virologi dari Fakultas Hukum Universitas Andalas (Unand), Andani Eka Putra, juga menilai bahwa banyaknya orang yang menganggap Covid-19 konspirasi global berpengaruh terhadap tingginya kasus positif corona.

Variabel lain yang berkontribusi terhadap tingginya kasus positif di Sumbar ialah kurangnya kontrol terhadap pendatang.

"Di seluruh Indonesia masalah penanganan Covid-19 hampir sama, yakni edukasi tentang Covid-19 terhadap masyarakat kurang. Saya tidak heran terhadap hasil survei itu bahwa banyak masyarakat tidak percaya Covid-19. Dari awal saya sebutkan bahwa edukasi kita tentang Covid-19 itu gagal," tuturnya.

Akibat banyaknya masyarakat yang tak percaya Covid-19 sehingga tak mematuhi protokol kesehatan, kata Andani, pihaknya menyiasati hal itu dengan menambah pengetesan (testing) spesimen warga Sumbar. Ia mengungkapkan bahwa testing normal di Sumbar sekitar 900 spesimen. Kini pihaknya melakukan 4.500 spesimen sehari.

"Akibat banyak masyarakat yang tak mematuhi protokol kesehatan, terpaksa testing kami lakukan lima kali lipat daripada testing normal," ucap Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand itu.

Menurut Andani, untuk mengurangi orang yang tak percaya Covid-19, perlu diperbanyak edukasi tentang Covid-19 dan bahayanya. Edukasi itu bisa dilakukan oleh siapa saja yang memiliki pengetahuan tentang Covid-19, seperti pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, kepolisian, penceramah.

Ia pun sedang merancang makalah tentang Covid-19 sebagai bacaan bagi penceramah/ustaz untuk disampaikan di setiap ceramah.

Andani berharap media massa juga membantu memberikan pemahaman tentang Covid-19 melalui berita. Selama ini ia melihat berita tentang Covid-19 didominasi oleh berita tentang angka kasus positif dan pasien Covid-19 yang meninggal, serta hukuman bagi masyarakat yang tak patuh protokol kesehatan.

Hingga Minggu (4/10) jumlah kasus positif Covid-19 di Sumbar sebanyak 7.122 kasus. Dari total pengidap Covid-19 itu, 3.675 orang sembuh (51,60 persen), sedangkan 146 orang meninggal dunia (2,05 persen). Adapun tingkat kepositifan (positivity rate) Covid-19 di provinsi itu 4,22 persen.

(adb/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER