Tanpa Tes, Libur Panjang dan Demo Jadi Potensi 'Silent Case'

CNN Indonesia
Kamis, 22 Okt 2020 05:56 WIB
Libur panjang Oktober dan demo tanpa diikuti tes secara masif dan serius dapat berpotensi memunculkan silent case Covis-19 atau kasus baru yang tak terdeteksi.
Ilustrasi. Libur panjang Oktober dan demo tanpa diikuti tes secara masif dan serius dapat berpotensi memunculkan silent case Covis-19 atau kasus baru yang tak terdeteksi. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Momen libur panjang pada pengujung Oktober yang didahului aksi demo elemen masyarakat sipil pada 20 Oktober, disebut berpotensi memunculkan kasus baru infeksi virus corona (Covid-19). Karena itu Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menyarankan, kedua kegiatan tersebut harus dibarengi dengan tes Covid-19 secara masif dan serius.

Jika tidak, ia khawatir justru kasus baru akan muncul diam-diam atau menjadi silent case.

"Libur panjang dan klaster demonstrasi bisa menjadi silent case bila testingnya ikutan silent juga," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (21/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan potensi kenaikan silent case menurut dia bakal lebih berbahaya. Mengingat, penularan Covid-19 dari orang tanpa gejala (OTG) juga rentan menjadi silent killer ketika menginfeksi kelompok rentan seperti orang tua dan orang dengan penyakit penyerta (komorbid).

Selain itu deteksi dan penelusuran kontak erat juga akan kian susah. Sebab pasien Covid-19 OTG acapkali merasa sehat sehingga tetap beraktivitas padahal berpotensi menularkan virus ke orang lain.

Hal tersebut pula yang ia khawatirkan bisa terjadi pada lingkaran peserta aksi 20 Oktober lalu dan warga yang kelak berlibur. Dicky menjabarkan, aksi demonstrasi lebih rentan menjadi klaster lantaran protokol menjaga jarak jelas tidak dipatuhi.

"Kondisi Indonesia yang sudah banyak klaster, kemudian ditambah misalnya klaster demo dan libur panjang, maka akan menjadi relatif sulit terdeteksi, ini klaster mana asalnya? karena campur baur," kata dia.

Infografis Jenis Masker Mana yang Lebih Efektif untuk Cegah Corona?Foto: CNN Indonesia/Fajrian
Infografis Jenis Masker Mana yang Lebih Efektif untuk Cegah Corona?

Deteksi dan pemetaan kasus boleh jadi akan kian rumit ketika kasus bercampur, antara kemungkinan yang tertular dari klaster demo dengan klaster libur panjang.

Apalagi jika bertolok pada dua kali libur panjang sebelumnya yang juga mengakibatkan kenaikan kasus. Ini pula yang membuat Dicky memperkirakan, libur panjang akhir Oktober bakal berpotensi memunculkan lonjakan kasus Covid-19.

Momen libur panjang yang diikuti lonjakan kasus juga terjadi di berbagai negara di Eropa.

"Fenomena rata-rata, memang kalau saya lihat di Italia, Prancis, Spanyol, setelah libur panjang ada 30 persen naiknya kasus, dan kita pernah mengalami itu [naik] 30 persen setelah mengalami libur HUT RI," terang dia.

Oleh sebab itu, Dicky kembali mengingatkan pemerintah untuk selalu tanggap dan serius melakukan 3T atau testing, tracing, dan treatment. Sementara warga, patuh terhadap 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Jika upaya itu tidak terpenuhi maka Dicky memprediksi fasilitas dan tenaga kesehatan akan mengalami kolaps.

"Bila kondisi terus menerus seperti ini, klaster semakin banyak dan testing minim, maka bisa dipastikan kondisi faskes tak terbendung," kata Dicky.

Terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sebelumnya menyatakan bakal mengantisipasi sejumlah tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan dan penularan virus corona pada masa libur panjang dan cuti pada 28 Oktober-1 November ini.

Kendati begitu, saat dihubungi lagi untuk merinci langkah pencegahan Satgas, Wiku belum merespons panggilan CNNIndonesia.com hingga berita ini ditayangkan.

Sebelumnya, Wiku sempat pula menyinggung potensi lonjakan kasus klaster demonstrasi bakal menjadi fenomena gunung es di tanah air.

"Ini adalah cerminan puncak gunung es dari hasil pemeriksaan yang merupakan contoh kecil saja bahwa virus ini dapat menyebar cepat dan luas, dan angka ini diprediksi meningkat dalam 2-3 minggu ke depan," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (13/10) lalu.

Itu sebab dalam konferensi pers sebelum aksi demonstrasi tersebut, Wiku meminta perguruan tinggi dan perusahaan menyediakan fasilitas pemeriksaan Covid-19 secara massal untuk mahasiswa dan buruh yang mengikuti demo. Selain itu, Wiku juga mengimbau penyediaan lokasi karantina mandiri jika ada mahasiswa atau buruh yang dinyatakan reaktif maupun positif Covid-19.

Sementara menurut Dicky, yang paling bertanggung jawab menyediakan fasilitas pemeriksaan bagi para demonstran dan pelaku wisata adalah pemerintah. Akan tetapi bila pihak kampus atau perusahaan mampu dan bersedia menyediakan fasilitas pemeriksaan, hal ini pun tak jadi soal dan justru lebih baik.

Diketahui bahwa pemerintah menetapkan cuti bersama pada 28 dan 30 Oktober 2020. Adapun 29 Oktober merupakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sementara 31 Oktober dan 1 November secara berturut merupakan hari Sabtu dan Minggu atau akhir pekan. Ini artinya, libur panjang akan berlangsung antara 28 Oktober hingga 1 November 2020.

(khr/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER