PAHLAWAN NASIONAL

SM Amin Nasution, Wakil Jong Islamieten Bond di Sumpah Pemuda

CNN Indonesia
Selasa, 10 Nov 2020 11:59 WIB
Sejak muda SM Amin telah akrab dengan gerakan perlawanan, sampai kemudian menjabat Gubernur pun kegigihan ini tak luntur. Hingga sempat berujung pemberhentian.
Ilustrasi. SM Amin Nasution dikenal salah satunya sebagai pelopor gerakan Sumpah Pemuda. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sutan Mohammad Amin Nasution atau lebih dikenal SM Amin merupakan tokoh yang berjasa besar dalam gerakan pemuda pada era kolonialisme Belanda. Pada peringatan Hari Pahlawan 2020, Amin Nasution jadi salah satu tokoh yang menerima gelar pahlawan nasional dari Presiden Jokowi.

Ia lahir di Lhoknga, Aceh Besar pada 22 Februari 1904. Amin merupakan salah seorang tokoh yang ikut menggawangi peristiwa Sumpah Pemuda.

Masa sekolah dasar hingga menengah ia habiskan dengan menuntut ilmu di Europeesch Lagere School (ELS), sekolah Belanda untuk keturunan Belanda dan keturunan pribumi terpandang kala itu. 

Lulus dari ELS, ia melanjutkan ke jenjang sekolah dasar yang lebih tinggi, yakni Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Setelah lulus dari MULO, ia kemudian menimba ilmu di sekolah dokter di Stovia di Jakarta.

Bermula dari Stovia, ia kemudian aktif dan mengenal gerakan perlawanan rakyat. Amin juga kerap kali berkumpul dengan pelajar Stovia lain di rumah indekos milik Sie Kong Lian, di rumah ini pula Sumpah Pemuda diikrarkan.

Dalam Kongres Sumpah Pemuda II, Amin hadir mewakili Jong Islamieten Bond, dalam organisasi ini, ia juga menjabat sebagai salah satu komisaris.

Amin muda saat itu ikut berperan aktif dalam merumuskan isi sumpah pemuda dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.

Selain aktif di Jong Islamieten Bond, ia juga aktif dalam organisasi kepemudaan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia. Pergulatannya dengan dunia pergerakan kemerdekaan kerap kali ia tuangkan dalam bentuk tulisan.

Kiprahnya di dunia gerakan ditunjukkan dengan cara aktif menulis pada Surat Kabar Jong Sumatera dan Indonesia Raya. Ia juga mempunyai nama pena sendiri, yaitu Krueng Raba Nasution.

Di kampungnya Kuta Radja (sekarang Banda Aceh), SM Amin juga dikenal sebagai pengacara. Ia banyak membantu para pejuang kemerdekaan ketika harus berhadapan dengan lembaga hukum Pemerintah Hindia Belanda.

Saat era kemerdekaan, SM Amin diangkat sebagai Gubernur Muda Sumatera Utara dan dilantik pada 14 April 1947.

Kala itu, ia harus menghadapi hegemoni moneter Belanda yang masih ingin menguasai perekonomian Sumatera Utara. Akan tetapi semangat perlawanan tidak pernah padam. Amin adalah satu-satunya gubernur yang tetap mengizinkan penerbitan uang Republik Indonesia untuk melawan hegemoni Belanda.

Beberapa bulan setelah penerbitan uang RI tersebut, SM Amin diberhentikan dari jabatannya. Pemberhentian ini diawali dengan munculnya peraturan baru oleh pemerintah darurat Republik Indonesia pada tahun 1949.

Berselang empat tahun, SM Amin kembali dipercaya menjadi Gubernur Sumatera Utara pada 1953.

Ia tercatat beberapa kali mendapat penghargaan, di antaranya Bintang Mahaputera dari Presiden B J Habibie 1998, Bintang Jasa Utama dari Presiden Soeharto 1991, Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia pada1991, Satya Lantjana, dan Peringatan Perdjoaengan Kemerdekaan RI 1961.

SM Amin wafat pada 16 April 1993 di usia 89 tahun. Nama SM Amin kini diusulkan sebagai pahlawan nasional karena baktinya pada pergerakan kemerdekaan Indonesia.

(mln/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER