Edukasi mengenai vaksin masih diperlukan untuk mendorong kepercayaan masyarakat. Kekurangan informasi mengenai vaksin masih membuat sebagian masyarakat enggan mengikuti imunisasi.
Direktur RSUD Saiful Anwar Malang dr. Kohar Hari Santoso menyebutkan salah satu informasi yang membuat sebagian masyarakat enggan mengikuti imunisasi adalah soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
"Tidak semua orang mau anaknya diimunisasi karena ketidaktahuan soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Peran media untuk mengedukasi masyarakat sangat kuat," ujar Kohar dalam acara Dialog Produktif 'Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi' yang diselenggarakan KPC PEN, Selasa (17/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Tim Tracing #SatgasCovid19 Jawa Timur ini mencontohkan KIPI pemberian vaksin untuk infeksi virus campak (measles) dan campak Jerman (rubella) atau MR menimbulkan gejala ringan seperti demam.
Ia menyebutkan gejala ini membuat sebagian masyarakat enggan mengikuti imunisasi. Padahal fungsinya penting untuk mencegah meningitis dan kelainan bawaan terhadap bayi.
Memberikan pengertian semacam ini tidak sederhana. Seringkali saluran informasinya harus melewati tokoh-tokoh yang berpengaruh di kalangan masyarakat.
"Kita sudah siapkan tim, ahli-ahlinya, para dokter untuk antisipasi kalau ada KIPI. Itu kita sudah siapkan. KIPI sendiri bukanlah hal yang menakutkan karena biasanya bersifat ringan. Namun, pencegahan untuk mengurangi risiko kejadian ikutan ini tetap harus dilakukan," ujar Kohar.
Lihat juga:Belajar dari Keberhasilan Vaksin Usir Polio |
Ia menyebut Jawa Timur misalnya, ada tiga kelompok besar masyarakat. Kawasan barat disebut Mataraman, biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah.
Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli. Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura yang cenderung mendengarkan tokoh-tokoh agama.
"Pendekatan kultural ini yang nantinya bakal didukung oleh media," imbuhnya.
Jurnalis yang terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 Wahyoe Boediwardhana mengatakan karakter masyarakat Jawa Timur yang beragam jadi tantangan tersendiri terutama mengikis informasi hoax seputar vaksin MR saat itu.
Tantangannya antara lain demografi masyarakat pesantren, perkotaan, masyarakat komunal, hingga keterjangkauan komunikasi. Bahkan terkadang yang terpapar hoax tentang vaksin ini dari kalangan yang teredukasi dengan baik.
"Ini yang membutuhkan strategi tersendiri. Untuk mengikis hal itu, kami memilih untuk membanjiri masyarakat dengan informasi positif," terang Wahyoe.