Nadiem Akui 'Skill' Kolaborasi di Sekolah Masih Jadi PR

CNN Indonesia
Senin, 30 Nov 2020 12:45 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim menggarisbawahi pentingnya mengasah kemampuan berkolaborasi atau bekerjasama sejak usia sekolah agar bertahan di dunia kerja.
Mendikbud Nadiem Makarim menyoroti pentingnya kemampuan bekerja dalam tim sejak usia sekolah. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menilai pihaknya masih harus membenahi kemampuan berkolaborasi atau bekerja dalam tim dalam sistem pendidikan saat ini.

"Sistem pendidikan sekarang belum fokus pada mengasah kolaborasi, belom ke sana. Sudah mulai ke arah sana, tapi belum. Itu tugas saya, PR saya," ungkapnya, dalam program 'Kemenkeu Mengajar 5', dikutip dari kanal YouTube Ministry of Finance Republic of Indonesia, Senin (30/11).

Ia mengibaratkan sistem pendidikan Indonesia bagaikan tank yang bebannya begitu berat. Dalam waktu 4-5 tahun ini, ia ingin berupaya mengangkat dan mengubah arah jalannya tank tersebut agar sesuai dengan masa depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masa depan yang dimaksud adalah potensi terjadinya bonus demografi sekitar tahun 2030. Bonus demografi adalah keadaan dimana usia kerja akan mendominasi populasi.

Berdasarkan rilis Bappenas, bonus demografi akan mencapai puncaknya di Indonesia pada 2030-2040.

Bentuknya, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 64 persen dari keseluruhan penduduk, atau jauh lebih banyak dari usia tak produktif (di bawah 15 dan di atas 64 tahun).

Untuk mengantisipasi bonus demografi ini, lanjut Nadiem, sumber daya manusia harus dipersiapkan sejak masih di sekolah dan perguruan tinggi. Tujuannya, siswa memiliki kemampuan kolaborasi dan kreativitas selepas lulus dari jenjang pendidikan.

"Jangan sampai anak-anak pada keluar dari sistem pendidikan kita enggak bisa dapat kerja, tidak punya skill, kompetensi untuk bekerja, enggak ada yang mau mempekerjakan mereka. Mereka enggak ada yang bisa jadi entrepreneur sendiri, enggak bisa cari duit sendiri," katanya.

Menurut dia, pentingnya kemampuan bekerja dalam tim ini bukan skadar isapan jempol belaka. Nadiem, sebagai pihak yang berlatar entrepreneur di bidang teknologi, tahun betul pentingnya berkolaborasi untuk menghasilkan karya yang bisa berdampak pada kehidupan.

"Bekerja sebagai tim akan menjadi kemampuan terpenting pada saat ade-ade berkarier. Udah enggak ada lagi tuh berkarier individu," selorohnya.

Nadiem pun meminta siswa berperan aktif dalam menunjang pengasahan kemampuan berkolaborasi itu.

"Mulailah bekerja sebagai tim dengan rekan-rekan kelas. Kalau dikasih tugas individu, minta sama gurunya, mas menteri minta kita kerja sebagai kelompok dan hasilkan karya bersama," tandas dia.

Hal itu dikatakannya terkait profil pelajaran pancasila yang merupakan bagian upaya pengembangan SDM unggul dalam bidang pendidikan yang tak hanya fokus pada kemampuan kognitif.

Selain berkolaborasi atau bergotong royong, Nadiem juga mengetengahkan soal beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo mengatakan potensi bonus demografi membutuhkan sumber daya muda yang gesit. Ia menegaskan ke depannya manusia akan dituntut lebih cepat, kreatif dan inovatif.

Infografis Kebijakan 'Kampus Merdeka' ala Menteri NadiemInfografis Kebijakan 'Kampus Merdeka' ala Menteri Nadiem. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Menurut catatannya, ada 2,9 juta penduduk usia kerja baru setiap tahun. Dimana 87 persen diantaranya memiliki tingkat pendidikan di bawah SMA, 39 persennya berpendidikan SD.

"Proporsi anak muda yang besar ini akan bisa jadi tonic yang menguatkan bangsa kita. Tapi juga bisa jadi toxic, racun kalau kita tidak siap dari sekarang," ujarnya, Minggu (29/11).

(fey/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER