Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab penolakan terhadap vaksin? Apa ada masalah komunikasi untuk meyakinkan publik?
Saya mengujinya dari teman-teman di lingkungan sekitar saya. Saya tanya 10 orang yang seumuran ikut vaksin apa enggak. Saya tanya mau divaksin atau enggak, yang jawab lima orang. Jadi, mungkin ya ada masalah, tetapi kita konsentrasi saja kita lakukan eksekusi memvaksin orang yang bersedia.
Ada masalah ketimpangan dan kebocoran vaksin, ketidakmerataan pembagian vaksin di daerah-daerah. Apakah itu diakui Kemenkes? Bagaimana menangani supaya tidak terjadi ke depannya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentimen kebocoran, sentimen ketidakmerataan, itu bukti yang sangat nyata bahwa orang rebutan vaksin. Jadi, sebagian besar masyarakat Indonesia ingin divaksin. Terima kasih sudah memberikan informasi.
Anda menyebut orang-orang berebut vaksin. Di lapangan, ada ketidakmerataan distribusi vaksin. Bagaimana pemerintah pusat dan daerah berkoordinasi?
Setiap Minggu saya melakukan video conference dengan gubernur, kepala daerah. Kita sangat teratur membahas kegiatan vaksinasi ini, tahapannya, kesulitannya, progresnya seperti apa. Masukannya tadi saya confirm bahwa ada memang semua komplain, 'Kok vaksinnya kurang?' Sekali lagi konfirmasi bahwa yang mau vaksin sangat banyak.
Saya bilang memang seluruh dunia juga kurang, seluruh dunia sekarang sedang rebutan vaksin. Sekarang WHO sama PBB sedang berdebat panas karena vaksin-vaksin ini banyak dibeli negara-negara maju. Negara-negara miskin susah sekali mendapatkan vaksin. Australia baru mulai, Jepang baru mulai, Thailand baru akan mulai, Filipina baru akan mulai, Malaysia kita enggak tahu akan mulainya kapan. Jadi Indonesia beruntung kita bisa mulai duluan.
Teman-teman di daerah sangat semangat menyuntik. Bisa dicek langsung ke kepala dinas kesehatan, gubernur, wali kota, semua semangat untuk suntik. Saya bilang vaksinnya kurang. Kita hanya baru bisa men-secure 90 juta dosis. Ada 45 juta orang, target 181 juta.
Baru sesudah Juli, kita bisa men-secure sisanya, bisa buat 181 juta. Sekitar 20-25 persen yang baru bisa divaksin sampai Juli. Bukan karena kita enggak mampu. Dibilang kita hanya bisa 10-20 ribu sehari, karena memang vaksinnya enggak ada. Jadi kita harus secara agresif. Begitu vaksinnya mulai datang dalam jumlah besar di bulan Juli, Agustus, September baru bisa melakukan vaksinasi untuk semuanya.
![]() |
Anda mengakui saat ini vaksin kurang, sedangkan pemerintah menargetkan vaksinasi selesai 15 bulan. Apa target itu akan tercapai?
Jadi vaksinnya kurang sampai Juli. Kita secure 120 juta, distribusinya tidak merata. Jadi di bulan-bulan pertama 90 juta, di bulan-bulan berikutnya baru banyak.
Tantangannya, kita tidak bisa vaksinnya cepat-cepat. Kalau cepat-cepat, vaksinnya habis, protes semua orang. Harus diatur laju vaksinasinya. Kita baru akan naik ke 500 ribu (vaksinasi sehari) bulan April. Kemarin tertinggi sudah 170 ribu (vaksinasi per hari). Tadinya 10 ribu kan yang CNN bilang, The Economist, atau Strait Times yang bilang 10 tahun (vaksinasi di Indonesia) baru akan selesai. Belum, kita baru mulai.
Kemarin sudah 170 ribu. Target kami kalau bisa bulan Maret-April ini 500 ribu karena memang vaksinnya adanya 10 juta-15 juta sebulan. Kalau 500 ribu sehari, artinya 15 juta sebulan. Kalau kita lebih cepat, habis. Nanti kita enggak bisa vaksin, masyarakat resah. Baru kemudian Mei-Juni kita naikkan ke 500 ribu (vaksinasi per hari) dan Juli 1 juta mungkin 1,5 juta karena jumlah vaksin sudah cukup untuk kita lakukan vaksinasi sejumlah itu.
Pesan saya, sabar. Memang sampai Mei itu baru 20-25 persen yang bisa kita vaksinasi karena memang jumlahnya segitu. Nanti sesudah Juli sampai Desember, karena jumlah vaksinnya sudah banyak, di situ kan kebut. Mohon dukungan dan pengertiannya.
Masih terkait vaksin, apakah strain baru Covid-19 akan memengaruhi efektivitas vaksinasi?
Saya belum melihat sebuah tulisan ilmiah yang mengatakan bahwa vaksin yang ada tidak bisa melawan B117 atau N501Y. Saya baca jurnal-jurnal terkemuka di dunia belum ada ahli yang bilang vaksin tidak bisa digunakan terhadap virus strain baru ini. Untuk sementara, saya serahkan ke ahlinya. Saya baca semua Whatsapp yang lain-lain itu, tapi saya tetap percaya ahli-ahli epidemiologi dan ahli-ahli biologi molekuler.
Setelah temuan strain baru Covid-19 di Indonesia, apakah pemerintah akan menyetop seluruh kedatangan WNA?
Saya sampaikan ada catatan di Malaysia 23 Desember, Filipina 26 Januari, Thailand 15 Februari, Vietnam Januari, Kamboja 15 Februari, Singapura 24 Desember. Kalau sekarang baru keluar di kita, ada dua kemungkinan. Satu, Tuhan sangat menyayangi negara kita selama ini. Dua, karena memang baru ketemu sekarang karena sebelumnya kita tes satu tahun cuma 172 sampel. Dalam dua bulan, kita tes sudah hampir 200 sampel, saya kok lebih percaya yang kedua.
Justru karena teman-teman di Kemenkes dan Kemenristek/BRIN, saya sama Pak Bambang Brodjonegoro, tanda tangan menyatukan 12 laboratorium yang ada untuk lebih serius melakukan surveilans mutasi baru ini. Makanya confirmed. Teman-teman lihatnya apa? Tidak mungkin kan kejadiannya sekarang? Orang lain sudah Januari kok.
Apa yang kita lihat dari Januari sampai sekarang? Naik atau enggak? Enggak. Naik apa enggak yang masuk rumah sakit? Enggak. Jadi kesimpulannya apa? Ya baru ketemunya saja sekarang. Negara lain Desember sudah masuk kok di negara ASEAN.
![]() |
Toh, dari Desember sampai sekarang alhamdulillah kita bisa kontrol. Masyarakat enggak perlu dibingungkan (dengan penjelasan rinci), 'Pak N501Y itu artinya terjadi asam amino di posisi spike nomor 501 dari asam amino yang namanya (N) asparagine menjadi asam amino namanya (Y) tyrosine.' Kan enggak perlu dijelasin kayak begitu, yang penting masyarakat mesti ngapain. Kalau masyarakat mau tahu kita jelasin atau bisa Google.
Yang penting tetap 3M, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Ada virus A, virus B, virus Z, segala macam, selama kita disiplin dengan 3M, itu bisa kita tangkal. Masyarakat tidak usah ter-distract dengan teknis yang enggak penting juga buat dia. Kalau mau tahu, boleh, tapi tetap menjaga 3M.
Soal insentif tenaga kesehatan yang tersendat dan terpotong. Bagaimana Kemenkes memastikan hal ini tidak terjadi lagi ke depannya?
Jadi untuk pertama yang pemotongan, sudah saya bicarakan dengan Ibu Menkeu (Menteri Keuanvan Sri Mulyani) bahwa kita sudah diberikan anggaran yang cukup untuk tidak ada pemotongan nanti sampai Juni. Jadi itu sudah confirmed.
Bahwa ke belakang ada ketidaksempurnaan, ada kompleksitas penganggaran waktu itu dibikin dengan terburu-buru dan cepat, ada yang dikasih oleh pemerintah pusat lewat kementerian kesehatan, ada yang uangnya dikirim ke pemerintah daerah.
Tugas saya adalah bekerja keras memastikan di bulan Maret kita bisa memberikan 100 persen. Kita sudah rembug bareng-bareng dengan Kemendagri karena dananya sebagian ada di pemda, dengan kementerian keuangan, committed memperbaiki ini.
Teman-teman, saya tidak bisa menjamin semuanya bisa segera. Ini 2 bulan plus 1,5 minggu saya bekerja, tapi saya berjanji saya akan jujur, transparan menyampaikan semua fakta. Saya berjanji saya dan seluruh Kementerian Kesehatan akan bekerja sangat keras untuk bisa membantu teman-teman tenaga kesehatan, seluruh rakyat.
Tidak mungkin saya lakukan sendiri, harus bersama-sama. Tidak mungkin Kemenkes eksklusif menjalankan ini semua tanpa berdiskusi dengan kementerian/lembaga lain. Enggak mungkin pemerintah melakukan ini dalam bentuk program sendiri.
Kita akan membangun satu gerakan yang didukung oleh semua komponen bangsa. Terima kasih atas waktunya. Mudah-mudahan terus mendoakan dan membantu kita. Jangan lupa pakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
(dhf/gil)