Hermawan menilai euforia itu pula yang membuat masyarakat menjadi abai terhadap prokes dan kebijakan yang diambil pemerintah. Banyak di antara warga yang mudik sebelum dilarang, maupun berbondong-bondong pergi ke pusat perbelanjaan menjelang Lebaran.
"Sehingga ini bisa jadi ada potensi kenaikan kasus setelah Idulfitri akan tetap terjadi," kata dia.
Lebih lanjut, Hermawan memprediksi kejadian masifnya mobilitas warga jelang lebaran akan merembet ke seluruh wilayah Indonesia. Terlebih di tempat berbelanja akan makin ramai di daerah-daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lantas menyoroti pemerintah selama ini hanya berfokus pada menertibkan arus lalu lintas warga jelang lebaran. Namun di sisi lain abai terhadap kerumunan di tempat perbelanjaan.
"Tapi pemerintah lupa pada pusat-pusat perbelanjaan, pusat kuliner, sekarang makin ramai dan prokes seperti tak diutamakan lagi. Keramaian itu risiko besar. Ini bukan situasi sederhana. Seharusnya bisa dikalkulasi," kata dia.
Melihat kondisi tersebut, Hermawan menilai pemerintah tetap akan kesulitan mengatasi mobilitas warga jelang lebaran. Terlebih lagi, banyak kebijakan 'kompensasi' yang diberikan pemerintah belakangan ini. Contohnya, kebijakan pelarangan mudik namun tempat wisata dibuka.
Ia lantas menganjurkan pemerintah dapat melakukan antisipasi pada titik-titik potensial kerumunan. Seperti pasar, mal hingga terminal untuk menekan penyebaran Covid-19. Satgas diharapkan dapat bekerja mengawasi tempat-tempat itu.
(rzr/pmg)