Dihubungi terpisah, Kakak tertua dari Trio, Viki, mengaku adiknya merupakan salah satu pegawai alih daya di salah satu perusahaan BUMN. Alhasil, sambungnya, Trio juga mendapat jatah vaksinasi tahapan kedua pada kategori petugas pelayanan publik.
Ia menceritakan sepulang mendapatkan suntikan vaksinasi, Trio mengeluh sakit kepala yang luar biasa, hingga tengah malam Trio mengalami demam hingga suhu tubuhnya menjadi 39 derajat celcius. Trio, kata Viki, saat itu masih menolak dibawa ke Rumah Sakit dan juga menolak diberikan obat bebas yang tidak sesuai resep dokter.
"Sampai di rumah si Trio bercerita, dia habis vaksin, dan yang dirasakan tidak enak badannya, pusing luar biasa yang dia sampai berteriak," kata Viki kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya pagi Kamis (7/5) pagi hingga siang, kondisi Trio dilaporkan belum membaik. Viki menuturkan bahwa adiknya tersebut malah sempat kejang-kejang dan seperti kehabisan nafas.
Melihat kondisi Trio tersebut, akhirnya pihak keluarga melarikannya ke rumah sakit terdekat. Namun, kata dia, dokter sempat menolak usai keluarga menyebut Trio sakit pascavaksinasi.
Oleh karena itu, Trio kemudian langsung dibawa ke RSIA Asta Nugraha yang juga tak jauh dari rumahnya. Namun saat sampai di UGD, dokter menyatakan Trio telah meninggal dunia saat tiba di Rumah Sakit.
"Rumah sakit yang awal, mereka takut mungkin," duga Viki.
Lebih lanjut, Viki juga mengaku pihaknya masih awam saat itu, ia tak menghubungi kontak tertera di surat vaksinasi melainkan langsung secara mandiri pergi ke rumah sakit langganan keluarganya. Viki juga mengaku sejauh ini tidak ada laporan penyakit penyerta atau komorbid yang diderita adiknya.
![]() |
Saat itu, Viki juga mengatakan keluarganya langsung mengurusi kematian Trio secara mandiri, tanpa menghubungi pihak Pemprov DKI Jakarta. Ia menyebut orang tuanya khawatir apabila kabar tersebar, jenazah Trio akan diautopsi.
"Kalau masalah autopsi, setelah kejadian kami khawatir rumor beredar di lingkungan, 'nanti jenazah akan diautopsi', sehingga kami tidak lapor ini itu begitu. Harfiahnya seorang bapak dan ibu, mikirnya pasti 'jangan deh, kasihan kalau diautopsi'. Jadi keluarga takut karena kita awam," ungkapnya.
Viki mengatakan, saat ini pihak keluarganya hanya ingin keterangan lebih lanjut dan detail dari pihak penyelenggara vaksinasi, dan juga tenaga kesehatan yang menyuntik vaksin ke Trio kala itu. Viki menyebut ia ingin mengetahui sebenar-benarnya apakah prosedural vaksinasi yang dilakukan terhadap adiknya sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) atau belum.
Sebab menurutnya sejauh ini, Pemprov DKI Jakarta belum menemui keluarganya secara resmi, sejauh ini baru pihak perusahaan yang memberikan dukungan moril kepada keluarganya. Ia juga menyebut, kemungkinan komunikasi dengan Komda maupun Komnas KIPI dilakukan via telepon melalui adik perempuannya.
"Kami hanya minta dipuaskan, jadi apakah proseduralnya dijalankan dengan baik? kita ingin mendengarkan penjelasan dari pihak yang menyuntik. Karena sudah tiga terakhir tidak ada komunikasi resmi dari pemerintah DKI," pungkas Viki.
(khr/kid)