Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) mengaku imbauan wisatawan luar daerah tidak berkunjung dulu ke Bandung Raya, yang tengah Siaga I Covid-19, selama sepekan dilakukan demi keselamatan warga itu sendiri.
Khusus Kota Bandung, saat ini sudah dikepung zona merah yakni Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat yang notabene berbatasan langsung atau masih dalam satu aglomerasi.
"Ini kan bukan hal baru, keselamatan jiwa masyarakat adalah nomor satu. Jadi kalau situasinya sudah darurat, maka tindakan menyelamatkan nyawa itu akan jadi pilihan," kata pria yang akrab disapa Emil itu, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (16/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, lanjutnya, tingkat keterisian alias bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit rujukan Covid-19 sudah di atas angka 80 persen. Angka ini melebihi ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan nasional yakni maksimal 60-70 persen.
"Hari ini karena keterisian rumah sakit juga sudah di atas 80 persen di Bandung Raya. Makanya saya deklarasikan siaga satu dan menghimbau wisatawan supaya tidak datang dulu," katanya.
Menurut Emil, penerapan zonasi Covid-19 sangat penting untuk mengatur agar ekonomi tetap bisa bergerak.
"Itulah pentingnya ada zonasi merah, oranye, kuning apa. Merah kami tahan, ekonomi [di zona] kuning ya dipersilakan. Semua [pembatasan] ini terjadi hanya di zona merah. Dan Jawa barat tidak semua zona merah hanya Bandung raya yang sedang dikepung zona merah," ujar mantan Wali Kota Bandung itu.
Sebelumnya pada Selasa (15/6), Ridwan Kamil resmi menetapkan siaga satu di wilayah Bandung Raya sebagai buntut lonjakan kasus Covid-19.
BOR di Wilayah Bandung Raya yang meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang, berada di angka 84,19 persen, atau melebihi ambang batas standar aman dari World Health Organization (WHO) sebesar 70 persen.
Terpisah, lonjakan kasus di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, direspons dengan kedatangan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI Mahfud MD, untuk menemui sejumlah tokoh masyarakat dan agama di wilayah ini.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jatim itu, Mahfud ingin para tokoh bekerjasama mengingatkan warga tentang ancaman Covid-19. Sebab, kata dia, pemerintah tak bisa melakukannya sendiri.
"Ulama, tokoh di Bangkalan, Bupati Bangkalan, dan seluruh jajarannya yang telah berkumpul di sini untuk membantu pekerjaan bersama, bahwa Covid-19 itu harus kita lawan," kata Mahfud, yang juga merupakan tokoh kelahiran Madura, di Gedung Serba Guna Rato Ebu, Bangkalan, Selasa (15/6).
![]() |
"Covid-19 itu dipandang dari sudut apapun harus dihadapi sebagai hal yang mengancam manusia, mengancam rakyat, mengancam kita semua," ucapnya.
Mahfud pun berharap para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Bangkalan bisa menyampaikan bahaya Covid-19 dan menyadarkan warga.
"Masyarakat kita ini, apalagi di Bangkalan, kalau tokoh agama mencontohkan, dan bicara mereka pasti ikut,," pungkas dia.
Senada, Miftachul mengajak semua tokoh agama dan masyarakat menumbuhkan kepercayaan masyarakat Bangkalan terkait bahaya Covid-19.
"Bisa dimulai dari santri pondok pesantren dan kemudian dapat disampaikan ke masyarakat," kata dia.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, kasus positif Covid-19 di Bangkalan tercatat mengalami kenaikan signifikan sepekan terakhir. Per 14 Juni, jumlah kasus kumulatif corona di wilayah ini mencapai 2.309 kasus, bertambah 65 kasus dari hari sebelumnya.
Dari jumlah itu, sebanyak 1.548 dinyatakan sembuh atau terkonversi negatif, 222 meninggal dunia.
(hyg/frd/tst/arh)