RSPI Sulianti Saroso Catat Lonjakan Pasien Corona

CNN Indonesia
Jumat, 18 Jun 2021 03:30 WIB
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril menyebut jumlah pasien covid-19 yang menjalani rawat inap menanjak sejak Mei 2021.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril menyebut jumlah pasien covid-19 yang menjalani rawat inap menanjak sejak Mei 2021. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO).
Jakarta, CNN Indonesia --

Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta Utara mencatat lonjakan jumlah pasien covid-19 yang menjalani rawat inap usai libur lebaran.

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengungkapkan peningkatan jumlah pasien covid-19 terjadi setelah empat bulan sebelumnya melandai.

"Jadi betul apa yang disampaikan oleh pemerintah, kalau terjadi lonjakan. Kami pun saat ini merasakan adanya lonjakan itu. Di awal tahun, Januari, Februari, Maret, April ini, (keterisian ruangan) kami sudah turun sebetulnya. Mulai bulan Mei sampai sekarang naik lagi," kata Syahril seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RSPI mulai merawat pasien covid-19 pertama kali pada 2 Maret 2020. Saat itu rumah sakit melayani itu dua pasien dengan 11 tempat tidur yang tersedia.

Saat ini, fasilitas perawatan pasien covid-19 di rumah  itu terus bertambah hingga mencapai 123 tempat tidur, sebanyak 22 tempat tidur di antaranya ruangan Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit/ICU). 

Syahril menerangkan RSPI Sulianti Saroso merawat pasien covid-19 rujukan yang sedang dan berat,

Dari 22 tempat tidur di ICU sudah terisi 95 persen atau hanya tinggal satu tempat yang tersisa. Sementara, 100 tempat tidur di ruang inap biasa tingkat keterisiannya mencapai 88 persen.

Jika dihitung, keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) RSPI sekitar 93 persen, sehingga cukup waspada dan hati-hati terhadap tingkat kebutuhan maupun hunian ruangan perawatan pasien COVID-19.

Guna mengantisipasi hal itu, Syahril mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan, menyadari, serta menjadi peringatan adanya lonjakan kasus covid-19.

"Masyarakat dengan adanya kondisi seperti ini menjadi disiplin dengan protokol kesehatan (mulai dari) menjaga jarak, (menggunakan) masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan sebagainya tadi. Jadi betul-betul disiplin supaya jangan sampai menambah kasus lagi," ujar Syahril.

Syahril juga menekankan pemerintah untuk melakukan pelacakan (tracing) dengan menindaklanjuti kasus aktif untuk mencari dan memeriksa tes usap terhadap masyarakat yang kontak erat dengan penderita dirawat di rumah sakit.

Syahril juga mengingatkan untuk menghindari kepanikan yang pernah terjadi pada awal masa pandemi. Sebagai langkah antisipasi perlu membuat sistem rujukan yang presisi, seperti kategori erat atau tanpa gejala cukup isolasi mandiri.

Dalam hal ini, ketika pasien mengalami gejala ringan hingga sedang cukup menjalani perawatan di Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah setempat.

"Nah, tentu saja kewaspadaan dari Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Darurat, termasuk kami (RSPI), sistem itu harus dimantapkan melalui SPGDT atau Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu," tutur Syahril.

Sedangkan pasien bergejala berat harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit rujukan.

Sebagai informasi, per Kamis (17/6), kasus positif virus corona Indonesia bertambah 12.624 kasus. Angka ini merupakan jumlah kasus harian tertinggi sejak Januari 2021.

Mengutip data pada situs covid19.go.id, total kasus positif covid-19 di Indonesia mencapai 1.950.276 sejak pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 lalu oleh Presiden Joko Widodo.

Dari jumlah itu sebanyak 1.771.220 di antaranya telah sembuh, 53.753 orang meninggal dunia, dan 125.303 orang lainnya masih dalam perawatan dan isolasi mandiri.

(antara/sfr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER