Seorang ibu hamil di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Agustin Damayanti, sempat kesulitan mendapatkan pelayanan rumah sakit (RS) usai divonis Covid-19. Alasannya, kamar isolasi penuh.
Warga Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Pamekasan itu pun sempat kehabisan cairan ketuban. Beruntung bayinya selamat meski dalam kondisi lemah.
Mulanya, Agustin, yang merasa sudah saatnya melahirkan bayi, mendatangi RS Kusuma Hospital, salah satu rumah sakit swasta di Jalan Bonorogo, Pamekasan. Di sana, ia sudah mendapatkan pelayanan kelahiran dengan cara operasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum proses operasi, ia terlebih dahulu diswab antigen dan hasilnya positif Covid-19. RS mendadak membatalkan proses operasi dengan alasan tidak memiliki ruang isolasi Covid-19.
Agustin kemudian disarankan dirujuk ke RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo atau RS Mohammad Noer.
Pihak keluarga meminta surat rujukan untuk mendapat pelayanan di antara dua RS tersebut. Namun, petugas berdalih bahwa ruang isolasi Covid-19 di dua RS tersebut juga sudah penuh.
"Terus bagaimana ini? Apa saudara saya diinginkan mati begitu saja, sedangkan kondisinya sudah sangat kritis," kata keluarga Agustin, Nora, menceritakan peristiwa itu, Kamis (8/7).
RS Kusuma Hospital pun angkat tangan untuk melayani Agustin, ia disarankan untuk menghubungi Bidan Desa, mencari solusi agar mendapatkan pelayanan RS. Akhirnya Agustin diputuskan oleh Bidan Desa untuk dirujuk ke RS Larasati.
"Sesampainya di RS Larasati, setelah diswab dan hasilnya positif, lagi-lagi pihak rumah sakit ini menolak dengan alasan tidak ada ruang isolasi bagi pasien Covid-19," ungkap Nora.
Di RS Mohammad Noer dan RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, mereka ditolak dengan alasan yang sama. Setelah itu, Bidan yang menanganinya angkat tangan. Agustin lantas ke RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo tanpa didampingi Bidan.
"Pihak keluarga meminta bantuan Kepala Desa untuk mencarikan rumah sakit yang bersedia menerima Agustin. Desa memutuskan untuk kembali ke RS Kusuma Hospital. Tapi disana ditolak, karena suaminya sudah menandatangi pernyataan menolak dilakukan operasi," ujarnya.
Isi suratnya menyatakan menolak dioperasi dan akan merujuk ke RS lain. Pernyataan tersebut tidak diketahui suami Agustin, Ach Hidayatullah, lantaran saat itu keluarganya dalam kondisi panik.
![]() |
Nora mengungkapkan Agustin terpaksa dirujuk ke RS luar daerah dengan pertimbangan melihat kondisi bayi dan ibunya.
RS Nindita, salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Sampang, bersedia menanganinya usai ada komunikasi antara Pemerintah Desa Pamaroh, Kecamatan Kadur, dengan Pemerintah Kabupaten Sampang.
"Beruntung salah satu RS swasta di Kabupaten Sampang menerima Agustin dan langsung dioperasi," ucap Nora.
Ibu dan bayi pun selamat. Meskipun, kondisi sang anak masih dalam keadaan lemah karena orang tuanya kehabisan air ketuban lantaran berjibaku mencari RS sejak Senin (5/7) mulai pukul 08.00-21.00 WIB.
Diketahui, tingkat keterisian atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien Covid-19 di Indonesia tengah tinggi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut tingkat keterisian rumah sakit di Jawa dan Bali rata-rata di atas 80 persen.
(nrs/arh)