ANALISIS

Cap Radikal Santri Tutup Telinga, Paradoks Toleransi Beragama

CNN Indonesia
Kamis, 16 Sep 2021 12:37 WIB
Komentar Staf Khusus Presiden terkait video santri tutup telinga dinilai tak sesuai dengan sikap pemerintah yang kerap menggaungkan toleransi.
Sejumlah santri mengikuti pemeriksaan kesehatan di GOR Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (17/10/2020). (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Sejumlah tokoh agama hingga lembaga negara ikut berkomentar atas video viral santri tutup kuping.

Putri Presiden keempat RI sekaligus mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid ikut bersuara. Ia meminta tak ada orang yang seenaknya melabeli cap radikal kepada para santri yang menutup kuping saat mendengar musik.

Menurut Yenny, aksi para santri itu bukanlah indikator yang menunjukkan mereka terpapar radikalisme. Yenny mengatakan narasi-narasi yang menyematkan label atau cap kepada orang lain dengan mudah itu justru makin memperuncing keterbelahan di tengah rakyat Indonesia yang plural. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk saling belajar dan mengerti satu sama lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Alquran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal," kata Yenny dalam akun Instagram @Yennywahid.

Senada, Sekretaris Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Achmad Uzair Fauzan meminta seluruh pihak tidak cepat melabeli ustaz dan para santri yang menutup telinga saat mendengar musik sebagai kelompok radikal.

Uzair mengatakan belum tentu para santri menutup telinga karena menganggap musik haram. Menurutnya, bisa saja para santri terganggu dengan audio yang terlalu keras.

Baginya, perilaku menutup kuping saat terdengar lagu hanya merupakan satu segmen yang berbeda. Terlebih, sama sekali tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan hingga bisa disebut radikalisme.

"Kita jangan tergesa-gesa memberikan judgement, tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Kita masyarakat bermedia, ketika media di-share, sering kali lepas konteksnya," kata Uzair.

Presiden Joko Widodo sempat menyatakan bahwa pemerintah tidak akan kompromi terhadap tindakan intoleransi. Menurut Jokowi, intoleransi bakal merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Sikap pemerintah tegas, tidak akan berkompromi terhadap tindakan intoleransi yang merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara," kata Jokowi saat membuka Mukernas dan Munas Alim Ulama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di Istana Negara, Kamis (8/4).

(mts/pmg)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER