Yogyakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah perwakilan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah mendatangi kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta, Kotagede, Kamis (23/9). Mereka mengadukan kehadiran aparat kepolisian bersenjata lengkap selama 3 hari terakhir.
M. Azim, salah seorang perwakilan warga Wadas mengatakan aparat bersenjata lengkap dari Polres Purworejo datang ke desanya dengan alibi membagikan masker dan patroli rutin. Menurutnya, alasan mereka tersebut tak masuk akal dan terbilang lucu.
"Aparat tiga hari ini dengan motif apapun mereka datang, dan yang motif ini bisa dibilang cukup lucu karena cuma bagi-bagi masker atau patroli. Akan tetapi mereka datang dengan senjata lengkap. Ada tujuh orang dan yang lima pakai senjata lengkap," kata Azim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Azim menyebut kehadiran aparat bersenjata lengkap itu membuat warga resah. Menurutnya, warga masih terbanyak bentrokan yang terjadi dengan aparat di desanya pada 23 April 2021 lalu.
Bentrokan pecah di tengah rencana pemasangan patok untuk keperluan penambangan batuan andesit di desa tersebut. Aktivitas penambangan termasuk satu kesatuan dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Bendungan Bener.
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta mencatat 11 warga sempat ditangkap dan sembilan orang lainnya luka-luka setelah terlibat bentrok dengan aparat gabungan dari kepolisian dan TNI di Desa Wadas.
"Warga sebetulnya hampir lupa dengan kekerasan itu, tapi polisi datang membawa senjata lengkap dan ini menimbulkan trauma kembali," ujarnya.
Lebih lanjut, Azim menegaskan warga Wadas masih konsisten menolak lahan mereka dipakai untuk pertambangan. Azim pun menilai kedatangan aparat bersenjata lengkap itu untuk melihat situasi di desanya.
"Ini membuat resah bapak-bapak dan juga ibu-ibu yang traumanya berkepanjangan. Bahkan anak-anak kalau di Desa Wadas kalau ada polisi histeris," katanya.
Arofah, perwakilan lain menyebut berdasarkan informasi yang ia himpun kedatangan aparat ke Wadas pada hari pertama dan kedua dimaksudkan untuk patroli. Hari ketiga, aparat yang datang lebih banyak dengan agenda bagi-bagi masker.
"Setelah dicek di beberapa desa lain, ternyata mereka juga tidak membagikan ke desa lain, jadi pertanyaan juga kenapa hanya Wadas yang mau dibagikan masker, harusnya kan menyeluruh," ujar Arofah.
Dugaan intimidasi warga dan bantahan polisi berlanjut ke halaman berikutnya...
Kadiv Advokasi dan Kawasan Walhi Yogyakarta, Himawan Kurniadi mensinyalir kedatangan aparat ini masih terkait wacana penambangan material di Wadas untuk PSN Bendungan Bener. Menurutnya, warga yang menolak rencana tersebut dihujani tekanan selama beberapa tahun terakhir.
"Dari sekitar 2016 sampai hari ini banyak tekanan-tekanan yang utamanya dilakukan pihak kepolisian. Ini kemudian jadi preseden buruk soal keamanan apalagi demokrasi, ternyata negara abai menyikapi penolakan-penolakan oleh warga. Terbukti 3 hari ini warga jadi resah," kata Himawan.
"Ada indikasi memang sengaja untuk melakukan teror kepada warga, soalnya kalau mau bagi-bagi masker kenapa harus dan cuma di Desa Wadas saja dan pakai senjata lengkap," ujarnya menambahkan.
Anggota LBH Yogyakarta Dhanil Algifari mengatakan terdapat indikasi dugaan pelanggaran HAM terkait kehadiran aparat bersenjata lengkap itu. Menurutnya, negara seharusnya menciptakan rasa aman dan nyaman bagi warganya, bukan sebaliknya. LBH Yogyakarta yang bertindak selaku kuasa hukum warga Wadas memikirkan untuk melaporkan peristiwa ini ke Komnas HAM.
"Dengan adanya teror dan intimidasi ini, ke depannya mungkin kita akan laporkan juga ke Komnas HAM," katanya.
[Gambas:Photo CNN]
Bantah Intimidasi
Terpisah, Kabid Humas Polda Jateng Kombes M. Iqbal Alqudusy menampik tudingan yang menyebut jajaran Polres Purworejo telah melakukan intimidasi dan teror terhadap warga Wadas.
Iqbal mengklaim kedatangan aparat di Wadas sebatas melakukan bagi-bagi masker dan menjalankan tugas menjaga pemeliharaan keamanan ketertiban masyarakat (Harkambtibmas).
"Aman di Purworejo. (Aparat) melaksanakan patroli dan membagi masker. Patroli adalah tugas Polri dalam rangka Harkambtimbas," kata Iqbal.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Purworejo AKBP Fahrurozi justru mempertanyakan kabar atau isu adanya ketakutan warga dengan patroli jajarannya. Ia meminta warga berpikir jernih.
Menurutnya, warga seharusnya merasa terayomi dengan kehadiran aparat kepolisian. Fahrurozi menyebut warga yang takut dengan keberadaan polisi biasanya adalah penjahat atau pelaku kriminal.
"Kami patroli dengan senjata itu kan cara kami sesuai SOP pastinya dalam melindungi warga dari kejahatan, dan gangguan kamtibmas, pastinya warga jadi merasa nyaman karena terlindungi oleh kami. Sebaliknya, yang justru takut dengan polisi itu biasanya penjahat atau pelaku kriminal," kata Fahrurozi lewat sambungan telpon kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/9).
Fahrurozi menyayangkan keterlibatan pihak lain yang mencoba memperkeruh suasana yang sudah kondusif di Desa Wadas. Ia menuding ada pihak-pihak yang sengaja menyebarkan foto jajarannya dengan menambah narasi berlebihan.
"Kami tahu kok siapa yang bermain. Kami juga tahu bagaimana sikap warga sebenarnya. Kami berharap pihak luar, yang bukan warga Wadas tidak memperkeruh suasana. Soal patroli, kami juga tahu siapa yang disuruh untuk memfoto-foto patroli kami terus disebarkan dengan menambahkan narasi yang tidak pas," ujarnya.