Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyoroti adanya gap alias perbedaan data virus corona (covid-19) dari yang dilaporkan pemerintah pusat melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi PAEI, Masdalina Pane menyebut gap data itu hingga mencapai 34 persen. Ia lantas menilai penurunan kasus covid-19 yang terjadi beberapa bulan belakangan ini patut dipertanyakan.
"Pada kondisi penurunan seperti ini masih ada beberapa catatan kami dari epidemiolog terkait pencapaian kita. Pertama, masih ada selisih atau gap antara kasus dilaporkan pemerintah dengan kasus di lapangan antara 20-34 persen," kata Masdalina dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid-19 ID, Selasa (28/9)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masdalina menegaskan gap data merupakan sebuah temuan yang tidak bisa diabaikan dan tidak diperhitungkan dalam penentuan kebijakan pandemi covid-19 di Indonesia. Selain itu, ia menilai testing covid-19 yang diklaim pemerintah meningkat masih kurang agresif dan sesuai sasaran.
Masdalina mengatakan, kendati capaian testing Indonesia telah melampaui standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan standar pemeriksaan 1:1.000 penduduk per pekan. Namun, ia menyoroti golongan suspek yang masih belum 'terjaring'.
"Testing kita masih sepertiga atau setengahnya, artinya masih cukup banyak suspek belum dites," kata dia.
Selain itu, Masdalina juga menyoroti capaian penelusuran kontak atau tracing di sejumlah daerah yang masih rendah. Ia mencatat, untuk saat ini tracing di 49 kabupaten/kota hanya mampu melakukan tracing sebanyak 69,7 persen saja kendati rasio warga yang diperiksa sudah 1:10 orang.
Masdalina lantas tak heran apabila beberapa pekan lalu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut sebanyak 3.830 orang yang terpapar covid-19 terpantau masih berkeliaran di mal, dan terpantau melalui aplikasi PeduliLindungi. Hal itu menunjukkan kondisi tracing di Indonesia masih rendah.
"Sekarang juga yang menjadi perhatian juga PON XX. Kita belajar dari Olimpiade Tokyo, Piala Eropa, itu cukup ada peningkatan kasus sedikit dari kegiatan-kegiatan tersebut. Apalagi kita sudah akan membuka kegiatan internasional maupun lokal, itu juga harus jadi perhatian," ujar Masdalina.
Jumlah penambahan kasus covid-19 mingguan memang terlihat mengalami penurunan dalam kurun Agustus-September ini. Rinciannya, pada pekan pertama Agustus atau 1-7 Agustus, kumulatif kasus berjumlah 229.598 kasus covid-19.
Penurunan kemudian terjadi pada periode 8-14 Agustus dengan 193.925 kasus dalam sepekan, kemudian pada kurun waktu 15-21 Agustus kasus kembali turun menjadi 133.507 kasus, dan berlanjut menurun pada periode 22-28 Agustus dengan 99.356 kasus dalam sepekan.
Lihat Juga :![]() Update Corona 28 September Rangkuman Covid: Vaksinasi Aceh Ricuh, Testing RI Belum Ideal |
Selanjutnya, pada periode 29 Agustus-4 September kasus kembali turun menjadi 57.213 kasus, kemudian pada 5-11 September jumlah kumulatif kasus dalam sepekan juga turun menjadi 40.115 kasus.
Dilanjutkan penurunan pada 12-18 September dengan 24.797 kasus dalam sepekan, pada 19-25 September jumlah kumulatif kasus berada di 17.724 kasus. Dan kemudian pada dua hari terakhir atau selama 26-27 September mencetak 3.150 kasus baru.
(khr/ain)