Sementara itu, Masduki menuduh Sungkar menolak mengembalikan anggota NII di Afghanistan ke Komandemen Wilayah (KW) masing-masing. Friksi itu kemudian membuat mereka bersimpang jalan. Anggota NII yang ingin bergabung bersama Ajengan Masduki pun kemudian dipersilakan segera pulang dari Afghanistan.
Abdullah Sungkar dan Ba'asyir dengan para pengikutnya lalu keluar dari NII pada 1992. Mereka lantas mendirikan Jamaah Islamiyah di Malaysia pada 1993. Orang-orang yang pro kepada mereka dan tengah berada di Afghanistan, boleh lanjut menempa ilmu militer.
Dalam buku Membongkar Jamaah Islamiyah (2005) karangan Nasir Abbas, Amir Jamaah adalah pimpinan tertinggi organisasi tersebut. Di bawahnya ada Majelis Syura, Majelis Fatwa, Majelis Hisbah, dan Majelis Qiyadah Markaziyah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amir Jamaah Islamiyah yang pertama adalah Abdullah Sungkar. Setelah meninggal dunia, ia digantikan oleh Abu Bakar Ba'asyir. Setelah itu berturut-turut dijabat oleh Abu Tholut, Abu Rusydan hingga Para Wijayanto.
Dalam struktur Jamaah Islamiyah juga dikenal dengan istilah Mantiqi atau wilayah gerak atau kegiatan. Bukan wilayah kekuasaan.
Sejak 1997, ada tiga Mantiqi. Mantiqi Ula (I) meliputi Malaysia Barat dan Singapura. Pernah dipimpin oleh Hambali dan Mukhlas atau Ali Gufron. Mantiqi ini berfungsi sebagai wilayah penopang ekonomi atau pendanaan.
Kemudian Mantiqi Tsani (II) meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB dan NTT. Mantiqi Tsani merupakan wilayah garapan utama, sehingga banyak perekrutan anggota dan pengembangan kemiliteran.
Lalu Mantiqi Tsalis (III) meliputi Sabah Malaysia, Kalimantan Timur, Palu, dan Mindanao Filipina. Mantiqi Tsalis berfungsi sebagai wilayah penopang Askary atau daerah yang dapat digunakan sebagai tempat diklat kemiliteran jangka pendek. Poso masuk ke dalam Mantiqi yang terakhir pada 2002.
Ada pula Mantiqi Ukhro yang belum ditetapkan secara pasti wilayahnya. Hanya sebagian Australia. Pernah diusulkan agar Mantiqi IV mencakup seluruh wilayah Sulawesi, namun tidak disetujui.
Abdullah Sungkar dan Ba'asyir memilih kitab Mitsaq Amal Islami (Pedoman Amal Islam) yang ditulis tokoh-tokoh Jamaah Islamiyah Mesir sebagai rujukan utama. Buku itu menjelaskan 9 prinsip yang menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar bagi jemaah baru.
Prinsip itu antara lain bertujuan mendapat Ridha Allah, berakidah Salafus Shalih, berpaham Islam secara utuh, menghambakan manusia hanya kepada Allah dan menegakkan khilafah, memilih jalan iman, hijrah, dan jihad fi sabilillah, memusuhi setan jin dan setan manusia dan lainnya.
Sungkar juga menambahkan prinsip ke 10 yang berbunyi, Pengalaman Islam kita adalah murni dan kaffah, dengan sistem Jamaah, kemudian Daulah, lalu Khilafah.
Berlanjut ke halaman berikutnya...