SELUSUR POLITIK

Tokoh PRD, Hampir Mati di Tangan Orba, Kini Pentolan di Partai Politik

Thohirin | CNN Indonesia
Jumat, 30 Jun 2023 16:00 WIB
Tiada trauma dalam benak Budiman Sudjatmiko, Dita Indah Sari dan Andi Arief yang ditangkap rezim Orde Baru. Politik kembali menjadi habitat mereka.
Budiman Sudjatmiko, Dita Indah Sari dan Andi Arief ditangkap saat Orde Baru. Kini kembali bergulat dengan politik (Diolah dari Dok. CNNIndonesia)

Andi Arief juga keluar dari PRD. Dia memilih jalan bersama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat menghadapi Pemilu dan Pilpres 2004. SBY adalah kenalan lamanya di Yogyakarta.

Andi mengaku memiliki hubungan personal dengan SBY sejak menjadi aktivis di Jogja pada awal 90-an. Masa itu bersamaan saat SBY menjadi Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas Kota Yogyakarta tahun 1995.

Di sana, SBY berdiskusi bersama mahasiswa. Menurut dia, SBY termasuk tokoh militer yang dekat dengan mahasiswa dan tak pernah ikut dalam gelombang penangkapan para aktivis.

"Ia punya pemikiran-pemikiran melampaui zaman dan bahkan melampaui rata-rata pemikiran dari TNI pada waktu itu," ucap Andi.

Setelah lulus pada 1996 dan ikut mendirikan PRD, Andi mengaku putus komunikasi dengan SBY. Ia baru kembali berkomunikasi pada 2003. Dia mengaku diajak untuk bergabung dengan Demokrat dan langsung ikut memenangkan SBY pada Pilpres 2004.

Saat ini Andi dipercaya sebagai Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat.

Dita Indah Sari PKB

Sementara itu, Dita baru keluar dari PRD pada 2009. Setelah itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) jadi kapal Dita berikutnya.

Ia mengikuti Faisol Reza, yang lebih dulu bergabung dengan partai nahdliyin itu beberapa tahun sebelumnya.

Pada 2008, Dita sempat menemui Gus Dur untuk menyampaikan niat bergabung dengan PKB. Kepada Dita, Gus Dur mewanti-wanti latar belakangnya sebagai aktivis.

Presiden RI keempat itu lalu meminta Dita untuk menemui dua orang, yakni Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

"Gus Dur bilang silakan. 'Tapi PKB kan parpol. Aktivis masuk PKB ya. Ini parpol loh'," ucap Dita menirukan ucapan Gus Dur.

Mantan Ketua Umum serikat buruh PRD itu kemudian menemui Cak Imin. Menurut Dita, ia lebih dekat dengan Cak Imin, sebab sering bertemu di DPR saat menggelar aksi demonstrasi. Cak Imin merupakan mantan Wakil Ketua DPR saat dipimpin Akbar Tanjung mulai 1999.

"Jadi demo yang nerima Cak Imin. Dialog Cak Imin. Jadi Cak Imin udah familiar," kata dia.

Saat ini, Dita adalah staf khusus Menteri Ketenagakerjaan. Pada Pemilu 2024, Dita akan kembali maju di pemilu legislatif untuk daerah pemilihan Surabaya dan Sidoarjo. Dia mengaku percaya diri akan terpilih.

Karut-marut pemerintahan Orde Baru membuat Dita Indah Sari tak bisa tinggal diam. Ia, yang kala itu belum mendapat gelar sarjana dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, memutuskan untuk turun ke jalan demi membela hak-hak kaum buruh yang semakin terjajah oleh para penguasa. (CNN Indonesia/Resty Armenia)Mantan petinggi PRD yang kini kader PKB, Dita Indah Sari (CNN Indonesia/Resty Armenia)

Pesimis Kembali Bersama

Para mantan anggota PRD memang memiliki ikatan kuat berkat gerakan aktivisme mereka untuk menjatuhkan rezim Orba. Namun, mereka juga kompak pesimis untuk sampai berkumpul lagi dalam wadah yang sama.

"Enggak. Enggak. Situasi sudah berubah," ucap Dita tegas saat ditanya peluang mereka ber reuni dalam partai yang sama.

Dita menjelaskan bahwa kegagalan PRD di Pemilu 1999 tak diterima kader dengan sama. Baginya, PRD harus kembali pada organisasi advokasi masyarakat. Namun bagi sebagian yang lain, melihat PRD tak memiliki peluang untuk bertahan, terutama karena tak memiliki sumber daya finansial.

Partai-partai baru telah melesat dengan kemampuan finansial yang cukup.

Dita menyebut ada kekecewaan di lingkungan aktivis karena gerakan reformasi terpecah. Partai dari semula hanya tiga menjadi 48 pada Pemilu 1999. Begitu Pula dengan organisasi buruh dari hanya satu menjadi sekitar 200 organisasi buruh.

Padahal, dari jumlah massa sebetulnya mereka tak bertambah. Organ-organ itu tumbuh dilandasi kekecewaan hanya karena kalah dalam perebutan kekuasaan.

"Organ mahasiswa juga begitu, sehingga kemudian lebih sulit untuk menyatukan. Kecil tapi banyak dan kemudian masing-masing juga, karena enggak ada common enemy lagi," ucap Dita.

Sementara itu, Andi Arief memiliki ikatan emosional dengan PRD. Namun, dia menganggap peluang untuk kembali bersama tidak mudah.

Apalagi, Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) yang disebut penjelmaan dari PRD kini juga selalu gagal menjadi peserta pemilu. Namun, dia mengaku tetap menghormati kawan-kawan sesama mantan aktivis yang kini berbeda jalan.

"Tetapi semangat kawan-kawan di bawah yang membangun partai saya hormati saja, dan kita saling menguji saja di lapangan mana yang kira-kira benar nantinya," ucap dia.

Sementara itu, Budiman menyebut para mantan aktivis dan politikus PRD saat ini telah memiliki beban dan tanggung jawab yang berbeda. Situasi itu menurut dia sulit jika ia dan teman-teman sesama aktivis harus kembali bersama.

"Kalau kita masih berhubungan baik iya. Kalau mau bertemu bukan dalam satu partai, paling dalam satu koalisi," kata Budiman. 

(bmw/sur)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER