Pasar Tanah Abang, Bong Sabu dan Bayang Premanisme

CNN Indonesia
Senin, 10 Jul 2023 15:47 WIB
Pasar Tanah Abang kembali jadi sorotan setelah ditemukan alat mirip bong sabu di Blok G yang kini kosong ditinggal pedagang.
Suasana di lantai atas Pasar Tanah Abang Blok G yang terbengkalai, Kamis, 2 Februari 2023. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Empat petugas polsek mondar mandir di lantai tiga Gedung Blok G Pasar Tanah Abang, Jumat (7/7). Mereka menyisir satu demi satu kios tak berpenghuni, bermodalkan senter di fitur gawai.

Siang itu, tak ada yang ditemukan petugas di lantai tiga. Mereka turun ke lantai di bawahnya. Dengan langkah lambat, seorang satpam pasar mengikuti di belakang.

Kelimanya berhenti di depan kios bernomor ACT 149. Di pojok lantai pembatas kios, terlihat sebuah botol bekas kemasan air mineral dengan dua sedotan terpasang pada tutup yang dilubangi. Botol tersebut mirip dengan bong, alat untuk mengisap narkoba jenis sabu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menemukan satu alat untuk menggunakan narkoba seperti botol untuk pengguna narkoba. Kami temukan di lantai 2," kata Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang Kompol M. Kukuh Islami saat menyisir di lokasi, Jumat (7/7).

Petugas menilai alat itu masih baru apabila dilihat dari sidik jari di botol tersebut. Setelah mengambil beberapa foto dan video, botol itu kemudian diamankan.

Pasar Tanah Abang Blok G terletak di pinggir Jalan Kebon Jati, Jakarta Pusat. Gedungnya terdiri dari empat lantai. Berkelir biru, warnanya telah memudar dan terkelupas.

Di lantai dasar pasar, toko kelontong, bumbu-bumbu hingga aneka daging berjejer. Area depan kios-kios yang tutup, dimanfaatkan sebagai tempat parkir motor.

Tak ada eskalator yang berfungsi untuk naik ke lantai satu. Di lantai ini, kios yang buka rata-rata berada di area terluar. Mayoritas menjual pakaian, sepatu hingga tas. Ada juga yang menjual sayur-mayur. Aktivitas jual beli sesekali terjadi.

Menyusuri gang-gang di lantai satu, lebih banyak kios yang tutup daripada yang buka. Semakin ke dalam, penerangan semakin redup. Keramik di lantai banyak yang retak.

Selembar kertas tertempel di rolling door kios-kios yang tutup. Isinya, pemberitahuan dari PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar soal pengguna kios yang belum membayar Biaya Pengelolaan Pasar (BPP).

Aktivitas cukup ramai terlihat di area belakang lantai satu. Pedagang makanan berdampingan. Di beberapa warung, beberapa lelaki paruh baya main catur.

Suasana kontras terlihat di lantai dua. Saat didatangi pada Jumat siang, satu-satunya akses menuju lantai ini ada di ujung koridor.

Anak tangga dipenuhi noda hitam, beberapa sudut berlumut, pegangan tangga berkarat. Di dinding tangga terlihat tulisan "masjid langsung lantai 3".

Bau pesing tercium ketika berdiri di lantai dua. Sementara penglihatan disuguhkan pemandangan kios-kios yang kosong. Tak ada aktivitas jual beli.

Penerangan di lantai ini hanya mengandalkan sinar matahari. Butuh menyalakan senter untuk menyusuri tiap gang.

Polisi menemukan satu alat untuk menggunakan narkoba seperti botol pengguna narkoba di Blok G lantai 2 Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).Suasana lantai atas Pasar Tanah Abang Blok G yang terbengkalai, Kamis, 2 Februari 2023. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah)

Sampah plastik, kain bekas hingga potongan manekin tertumpuk di beberapa kios kosong. Tembok-tembok kios juga berlumut dan kehitaman. Di beberapa kios lainnya, bungkus rokok, botol air mineral dan minuman berenergi berserakan.

Ada beberapa kios yang tampak seperti telah dibersihkan. Hal itu terlihat dari debu sisa aktivitas menyapu di lantai.

Kios dengan alat diduga bong yang ditemukan petugas berada di area tengah lantai 2. Area ini gelap lantaran hanya sedikit terpapar sinar matahari.

Situasi tidak jauh berbeda terlihat di lantai 3. Tidak ada penerangan. Sampah juga berserakan. Mayoritas plastik, kain, potongan manekin hingga botol, tertumpuk di gang-gang maupun dalam kios.

Bau pesing tidak terlalu menusuk hidung di lantai ini. Selain itu, lebih banyak kios yang tampak telah dibersihkan.

Sementara di lantai 4, ada sebuah masjid bernama Al Ikhlas. Kondisinya bersih, terang dan luas. Berbeda dengan kondisi dua lantai di bawahnya.

Tempat mabuk hingga pelarian copet

Salah seorang pedagang yang ditemui CNNIndonesia.com, Dadang (bukan nama sebenarnya) mengatakan sejak suasana sepi, lantai dua dan tiga pasar itu kerap digunakan sebagai tempat orang mabuk maupun memakai narkoba.

"Atas mah, tempat orang begini," katanya sambil memeragakan aktivitas menyuntik tangan dan menenggak minuman.

Selain itu, ia juga menyebut lantai yang kosong itu sebagai tempat pelarian copet hingga jambret.

Namun menurutnya, fenomena itu marak saat akses tangga menuju lantai atas belum ditutup oleh pengelola pasar. Ia menyebut akses sekarang ditutup setiap sore.

"Tapi itu dulu setahu saya, sekarang pintu udah dikunci," kata Dadang.

Pedagang lainnya, Rini (bukan nama sebenarnya) mengatakan hal serupa. Namun, ia menyebut kejahatan marak di lantai itu ketika orang-orang masih bebas untuk keluar-masuk.

"Saya malas ke atas karena dulu pada ada jablay-jablay (PSK). Udah tahun-tahun lalu, lupa. Sekarang digembok enggak boleh ke atas," katanya.


Meski begitu, sejumlah pedagang hingga tukang parkir lain yang ditemui mengaku tidak tahu ada aktivitas di lantai dua dan tiga saat kosong.

Manajer Unit Pasar Besar (UPB) Blok A, F dan G Tanah Abang, Yamin Pane mengklaim pihaknya terus mengawasi dua lantai itu selama kosong. Petugas kebersihan pasar juga secara bertahap membersihkan sampah-sampah di lantai tersebut.

"Akses itu kita buka hanya saat aktivitas pedagang, dari pagi sampai sore," katanya.

Sepi ditinggal pedagang dan pembeli

Salah seorang pedagang di lantai satu Blok G, Andri (bukan nama sebenarnya) mengatakan kios lantai dua dan tiga sempat penuh ketika pedagang kaki lima (PKL) direlokasi ke pasar.

Relokasi PKL dilakukan September 2013, ketika itu, Presiden Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, menurut Andri, kondisi tersebut tidak bertahan lama. Para PKL kembali meninggalkan kios dan balik ke trotoar lantaran sepinya pembeli di dua lantai itu.

"Waktu itu lumayan ya, berapa bulan, lantai 2-3 penuh. 2015 sudah berangsur kosong," kata dia.

Ia juga merasakan dampak sepinya pembeli. Meski tidak tutup atau pindah, dia hanya berganti barang dagangan. Awalnya menjual pakaian jadi, kemudian beralih dagang bahan pakaian pada 2016.

"Corona memperparah. Udah nutup, enggak boleh dagang lagi," katanya.

Ia kini membayar Rp110 ribu per bulan sebagai Biaya Pengelolaan Pasar (BPP). Pembayaran langsung dilakukan auto debet ke PD Pasar Jaya. Menurutnya, ada pedagang yang kembali menjadi PKL usai tak lagi menempati kios di pasar.

"Kalau PKL tetap bayar juga. Cuma kan mindset-nya, PKL bisa langsung ketemu calon pembeli," katanya.

Sepenggal Kisah Bang Jago di Tanah Abang

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER