Jakarta, CNN Indonesia -- Berlaga di kancah sepak bola internasional dalam usia yang sangat muda, ternyata tak menjamin kelangsungan performa terbaik para pemain ini untuk kurun waktu lama.
Hanya beberapa tahun saja, mereka akhirnya tergilas zaman. Pemain-pemain muda yang terlatih sempurna dalam hal taktik, menggeser mereka yang muncul tak terduga.
Berikut beberapa pemain yang akhirnya harus meredup sebelum sinarnya benar-benar terpancar sempurna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bojan KrkicSempat digadang-gadang sebagai salah satu pemain muda berbakat besar di Spanyol, pemain lini serang Bojan Krkic tak mampu mempertahankan prestasinya.
Sang jebolan akademi sepak bola milik Barcelona, La Masia, menjadi sorotan usai melakoni debut bersama tim utama Barca pada 2007. Saat itu ia baru berusia 17 tahun, lebih muda daripada debut Lionel Messi.
Ia merupakan pemain termuda ketiga sepanjang sejarah klub Barcelona yang dapat bermain di tim inti. Bojan mengawali debutnya pada tanggal 16 September 2007, tepatnya saat dia berusia 17 tahun 19 hari, ketika Barcelona menghadapi Osasuna.
Tiga hari kemudian, Bojan melakoni debutnya di Liga Champions dan menggantikan Messi pada menit 88 saat melawan Olympique Lyon. Pada 20 Oktober 2007, Bojan berhasil mencetak gol pertamannya sejak dia bergabung ke tim inti.
Gol ke kandang Villarreal ini menandai Bojan, yang saat itu berusia 17 tahun 53 hari, sebagai pencetak gol termuda Barca di pertandingan La Liga Spanyol.
Semua rekor Messi di tim junior, juga sebagai yang termuda di tim senior, berhasil dipatahkannya. Alhasil, semua pecinta sepak bola saat itu memperkirakan Bojan Krkic Perez akan menjadi pemain bintang di tim senior.
Penampilan terbaik Bojan terlihat saat ia memperkuat barca melawan Bilbao di final Piala Raja 2009. Musim 2009-10 adalah era terbaik bagi Bojan.
Namun, memasuki 2011, performanya menurun dan menjadi penghuni bangku cadangan.
Tiga tahun terakhir, Bojan selalu berpindah klub. Sebut saja AS Roma, AC Milan, hingga terakhir kali memperkuat Ajax Amsterdam musim lalu.
Namun, sejak Juli 2014 lalu, Bojan tercatat sebagai pemain serang Stoke City. Ia berharap Stoke akan menjadi tempat mengukir kembali masa kejayaannya.
Satu lagi keluaran La Masia yang juga sempat disebut-sebut sebagai calon bintang besar di kancah sepak bola, dan akhirnya gagal.
Pada Piala Dunia U-20 2007 di Kanada, Dos Santos berhasil mengantar Meksiko hingga ke babak perempat final.
Tak ayal, Frank Rijkaard pun tak ragu untuk memasukkan namanya ke dalam tim utama Barcelona.
Sebelum direkrut Totenham Spurs pada 2008, pemain kelahiran 1989 ini sempat mencetak hattrick.
Performa Dos Santos bersama barcelona bahkan membuat pesaing utamanya, Real madrid, juga melirik aksinya.
Rekor tersebut, ditambah fakta bahwa ia jebolan La Masia, membuat banyak orang menganggapnya sebagai calon bintang. Namun prediksi itu tak juga terpenuhi.
Pemain kelahiran Meksiko itu tak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya. Spurs pun meminjamkannya ke Ipswich Town, Galatasaray, hingga Racing Santander.
Perilaku tak disiplin menjadi faktor utama kegagalan Dos Santos. Pelatih Spurs saat itu, Harry Redknapp, sempat memberi peringatan kepadanya karena terlalu sering keluar malam.
Menurut Redknapp, setiap Senin, Dos Santos sering telat datang latihan pagi. Meski demikian, Dos Santos berhasil mengantar Meksiko meraih emas di Olimpiade London 2012. Namanya tak lagi ramah di telinga. Padahal, ia pernah dianggap Michael Jordan-nya sepak bola Amerika Serikat pada 2002.
Ia juga disebut-sebut sebagai "The Next Pele".
Kemunculan pemain kelahiran 2 Juni 1989 ini saat berusia 14 tahun begitu menggemparkan dunia sepak bola.
Adu menjadi atlet termuda Amerika yang terikat kontrak dengan tim profesional, yaitu DC United dalam ajang MLS SuperDraft 2004.
Dua musim kemudian, Adu menjadi pemain termuda dalam sejarah MLS yang mencetak gol. Publik Amerika gempar dengan kemunculan Adu.
Tak ayal jika harapan sangat tinggi disandarkan padanya. Bahkan, penyanyi papan atas, Jay-Z, menciptakan lirik rap khusus tentang Adu.
Di kancah sepak bola, pada usia yang sangat muda, Adu sudah tercatat sebagai salah seorang pemain dengan bayaran tertinggi di MLS.
Pada 2006, sang wonderkid menjalani masa percobaan bersama Manchester United selama dua pekan. Namun ia gagal mengesankan Sir Alex Ferguson. Pesonanya menurun drastis bersama tim senior.
Konon, Adu memulai semuanya di usia yang terlalu muda. Di saat seharusnya ia masih mendalami teknik sepak bola, Adu justru sudah berlaga berebut prestasi kelas atas.
Pada 2003, nama Ricardo Quaresma sempat menjadi salah satu pemain paling diburu klub-klub besar Eropa.
Pasalnya, Quaresma mempertontonkan penampilan gemilang bersama Sporting Lisbon.
Harapan agar pemain kelahiran 26 September 1983 itu menjadi "The Next Luis Figo" pun kandas.
Hijrah ke Porto pada 2008, hingga 2010, Queresma hanya bermain sebanyak 24 kali dan mencetak satu gol untuk Nerazzurri.
Itulah gol pertama sang pemain yang juga pernah bermain di Sporting Lisbon (2001-2003), Barcelona (2003-2004), Inter Milan (2008-2010) Chelsea (2009), Besiktas (2010-2012) dan Al Ahli (2013).
Gaya bermain seperti Cristiano Ronaldo yang dimilikinya tak mampu membuatnya bertahan dan akhirnya tersisih dari belantara sepak bola Eropa.
Hingga usianya ke 29, Quaresma dicap sebagai pemain yang gagal menunjukkan potensi terbesarnya. Ia tampil baik hanya saat membela tim-tim kelas bawah.
Pada ajang Piala Dunia 2014 lalu, pelatih Portugal, Paulo Bento mencoretnya dari daftar pemain yang akan membela negaranya itu.